Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 07 July 2021

Kisah Raja Sulaiman: Ketika Malaikat Maut Sesungguhnya adalah Malaikat Rahmat


islamindonesia.id – Kisah Raja Sulaiman: Ketika Malaikat Maut Sesungguhnya adalah Malaikat Rahmat

Suatu hari, saat Raja Sulaiman sedang berjalan-jalan sendiri di taman istana, dia bertemu Izrail, Sang Malaikat Pencabut Nyawa, yang sedang mondar-mandir dengan wajah gelisah.

Sulaiman kenal betul wajah malaikat itu, sebab dia diberi karunia bisa menyaksikannya saat dia melayang, mengintai di atas peperangan, atau di tenda-tenda mereka yang sedang terluka dan sekarat.

Ketika Sulaiman bertanya kepadanya tentang apa yang membuatnya gelisah, malaikat itu mengeluh dan berkata bahwa dalam daftar orang yang harus dicabut nyawanya, ada dua juru tulisnya: Elihoreph dan Aljah.

Kini Sulaiman sedih ketika menyadari bahwa dia akan kehilangan dua juru tulis kesayangannya, yang sudah akrab dengannya sejak kecil. Dia menyayangi keduanya seperti saudaranya sendiri.

Karena itu, dia lantas memerintah para jin-nya untuk membawa Elihoreph dan Aljah ke kota Luz, satu-satunya tempat di mana Malaikat Maut akan kehilangan kekuasaannya.

Dalam sekejap mata, sang jin membawa keduanya, tetapi kedua orang itu meninggal tepat pada saat keduanya sampai di pintu gerbang kota itu.

Sehari kemudian, Izrail muncul di depan Sulaiman. Malaikat Maut itu tampak senang dan berkata, “Terima kasih, wahai Raja… Engkau telah mengirimkan dua juru tulismu ke tempat yang telah ditentukan. Keduanya telah ditakdirkan untuk mati di depan gerbang kota itu, tapi saat itu aku tak tahu bagaimana cara membawa mereka sampai ke sana karena jaraknya sangat jauh dari sini.”

Sulaiman pun menangis tersedu-sedu. Hatinya terbelah antara kesedihan dan kemarahan, karena kematian dua sahabatnya dan juga sedih mengingat bahwa ajal adalah sesuatu yang tak terelakkan.

Melihat ini, Izrail terheran- heran. “Kenapa engkau menangis, wahai Raja Dunia?”

“Sebab sahabat lamaku kini tak lagi bersamaku,” kata Sulaiman. “Apakah engkau tidak kasihan pada orang-orang yang kau cabut nyawanya?”

“Kasihan?” seru Izrail. “Engkau menangis karena kehilangan persahabatan dengan mereka. Sesungguhnya kau bersedih pada dirimu sendiri. Dan kemarahanmu sesungguhnya adalah rasa kasihan pada dirimu sendiri.

“Kematian adalah salah satu anugerah terlembut dari Tuhan. Kematian memisahkan orang dari kegembiraan dan kesedihan sementara, yang hanyalah setetes belaka bagi jiwa.

“Wahai, Raja, di balik kematian ini terbentang Samudra Cahaya. Segala puji bagi Allah, karena aku, yang menurutmu adalah Malaikat Maut, sesungguhnya adalah Malaikat Rahmat.”

PH/IslamIndonesia/Sumber: Irving Karchmar, Master of the Jinn: A Sufi Novel/Foto utama: Wallpaper Flare

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *