Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 15 July 2021

Kisah – Ketika Musa “Mengundang” Tuhan ke Rumahnya


islamindonesia.id – Kisah – Ketika Musa “Mengundang” Tuhan ke Rumahnya

Musa berjalan sendiri di tengah gurun dan berdoa kepada Allah, “Ya Allah, selama bertahun-tahun aku telah menjadi hamba-Mu yang taat, namun Engkau tak pernah masuk ke dalam hatiku, juga tak pernah makan roti bersamaku. Sudikah Engkau untuk datang dan makan di rumahku?”

Dan Tuhan senang dengan permintaan ini. Dia menjawab, “Ya, tentu saja! Sesungguhnya engkau telah menjadi hamba-Ku yang taat, jadi Aku akan datang malam ini untuk tinggal dan makan malam bersamamu.”

Musa sangat girang karena permintaan khususnya dipenuhi. Dengan riang dia pulang ke rumah, menyuruh keluarganya menyiapkan hidangan khusus. Dan dia memasak sendiri makanan khusus untuk Tuhannya.

Setelah semuanya siap dan jam makan malam sudah tiba, Musa mengenakan jubahnya yang terindah dan menunggu di luar rumah. Dia tak sabar menanti Tuhannya.

Banyak orang lalu lalang pada saat itu. Mereka baru pulang dari kerja. Mereka memberi salam kepada Musa saat melintas di depannya. Musa membalas salam mereka dengan tergesa-gesa.

Hingga kemudian, datanglah seorang lelaki tua berpenampilan pengemis. Dia datang dan menunduk di hadapan Musa. Dia berpakaian kumuh, berjalan dengan tongkat, dan hanya mengenakan sandal butut.

“Salam, Tuan,” kata orang tua itu. “Sudikah Tuan berbagi sedikit makanan dari hidangan Tuan yang istimewa itu untuk diri hamba yang kurang beruntung ini? Sesuai adab kedermawanan, hamba minta sedikit sedekah dari hidangan Tuan.”

“Ya, ya…” jawab Musa dengan ramah namun tak sabar. “Kau akan mendapatkan bagianmu, dan juga uang. Tapi kau datang saja nanti. Sekarang aku sedang menunggu tamu penting. Aku tak punya waktu untukmu.”

Lalu pergilah pengemis itu, sedang Musa terus menunggu. Jam demi jam berlalu hingga larut malam, tetapi Tuhan tak kunjung datang. Musa menjadi resah. Dia menangis dan tak tidur semalaman.

Terlintas di dalam pikirannya bahwa Tuhan telah melupakannya dan ini membuatnya bersedih. Pada subuh dia bergegas ke gurun pasir. Sambil menangis, dia merobek jubah indahnya dan bersujud di atas tanah.

“Wahai Tuhan,” jeritnya, “apakah aku telah menyinggung- Mu, sehingga Engkau tidak datang ke rumahku sebagaimana janji-Mu?”

“Oh, Musa,” jawab Tuhan, “Aku adalah pengemis yang berjalan dengan tongkat, yang kau abaikan. Ketahuilah, sesungguhnya Aku ada di semua ciptaan-Ku, dan apa pun yang kau berikan kepada hamba-Ku yang paling lemah berarti engkau berikan kepada-Ku.”

PH/IslamIndonesia/Sumber: Dikutip dari Irving Karchmar, Master of the Jinn: A Sufi Novel/Foto: ratpack2/Bigstock

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *