Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 23 February 2020

Iman yang Paling Menakjubkan


islamindonesia.id – Iman yang Paling Menakjubkan

Menjelang subuh, Rasulullah saw. bermaksud untuk berwudhu. Ternyata tidak ada air. Beliau bertanya kepada para sahabatnya, apakah ada kantong kulit yang biasa dipakai untuk menyimpan air. Mereka pun kemudian menghadap Nabi saw. dengan membawa katong kulit.

Kemudian, Nabi saw. meletakkan tangannya di atas kantong itu dan membuka jari-jari tangannya. Para sahabat takjub melihat air mengalir dari sela-sela jari Nabi saw., seperti tongkat Nabi Musa a.s. Para sahabat lalu berwudhu dengan air yang memancar dari sela-sela jari Nabi itu. Ibnu Masud malah meminumnya.

Iman yang Paling Menakjubkan

Setelah mereka berwudhu, Nabi saw. memimpin salat subuh. Usai salat, beliau duduk menghadap para sahabatnya dan bertanya, “Siapakah makhluk Allah yang paling menakjubkan imannya?”

Para sahabat menjawab, “Malaikat!”

“Bagaimana malaikat tidak beriman sedangkan mereka pelaksana perintah Allah.”

“Kalau begitu, para Nabi, ya Rasul Allah.”

“Bagaimana para Nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka.”

“Kalau begitu, sahabat-sahabatmu, ya Rasul Allah.”

“Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. (Mungkin maksudnya mereka menyaksikan mukjizat Nabi, hidup bersama Nabi, melihat Nabi dengan mata kepala sendiri dengan ain al-yaqin). Orang yang paling menakjubkan imannya ialah kaum yang datang sesudah kalian. Mereka beriman kepadaku, padahal tidak melihatku. Mereka membenarkanku tanpa melihatku. Mereka menemukan tulisan (tentangku) dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa yang ada dalam tulisan itu. mereka membelaku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan ikhwan-ku itu!”

Kemudian Nabi saw. membaca (QS Al-Baqarah [2]: 3) “Mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan salat, dan menginfakkan sebagian dari yang Kami berikan kepada mereka.” (Al-Duur al-Mantsur 1:66-68).

Beriman tanpa Berjumpa

Kepada kaum Muslim di sekitarnya, Nabi saw. memanggil dengan sebutan sahabat. Tetapi, kepada kaum Muslim yang datang kemudian, yang beriman tanpa berjumpa dengannya, Nabi saw. menyebut ikhwani, saudara-saudaraku.

Dalam satu riwayat, Nabi saw. berkata bahwa mereka mendapat pahala 70 kali lebih besar daripada pahala sahabat-sahabatnya.

“Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku.” Nabi saw. mengucapkan kalimat ini satu kali.

“Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak melihatku.” Nabi saw. mengucapkan kalimat ini tujuh kali.

Keistimewaan ini diberikan karena beberapa hal. Pertama, sahabat beriman kepada Nabi saw. secara lahir. Mereka melihat, berjumpa, menyaksikan Nabi saw. dan segala perilakunya. Sedangkan para ikhwan beriman kepada Nabi saw. setelah membaca dan mendengar tentang perilaku Nabi saw.

Kedua, para sahabat mengenal Nabi saw. secara langsung, berdasarkan bukti “empiris”. Sedangkan para ikhwan mengenal Nabi saw. secara tidak langsung, berdasarkan bukti rasional.

Yang disebut kedua (ikhwani) memerlukan upaya belajar lebih berat karena lebih abstrak daripada yang pertama (sahabat).

AM/IslamIndonesia/ Sumber: Quranic Wisdom; Jalaluddin Rakhmat, Penerbit Mizan, Bandung, Cet.I, 2012, hlm.33/ Foto Fitur: Malik/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *