Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 31 May 2023

Azan Terakhir Bilal Sepeninggal Rasulullah


islamindonesia.id – Tak ada hari paling menyedihkan bagi Bilal bin Rabah selain hari itu. Bukan saat dia dicambuki oleh majikannya Ummayah bin Khalaf, hingga punggungnya hancur. Bukan pula ketika dia dibakar terik gurun dan ditimpa batu besar. Atau saat lehernya diikat dan diarak keliling Makkah bagai hewan.

Hari itu, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah, atau 8 Juni tahun 632 Masehi. Rasulullah s.a.w wafat. Bilal merasa kehilangan semuanya. Sosok seorang Nabi, pemimpin umat, pembebas, dan sahabat terbaiknya.

Semasa Rasulullah s.a.w hidup, setiap hari Bilal mengumandangkan azan. Suaranya merdu. Mengalun di atas langit Madinah. Seakan mengetuk setiap pintu rumah. Mengajak orang untuk sujud bersama menghadap Rabbnya.

Cuma tiga hari Bilal sanggup mengumandangkan Azan setelah Rasulullah s.a.w wafat. Namun Bilal selalu berhenti pada kalimat “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”. Betapa sedihnya Bilal saat mengucapkan kalimat itu, yang artinya: “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Dia selalu menangis tersedu-sedu sebelum bisa menyelesaikan azan.

Merasa tak sanggup lagi tinggal di Madinah sepeninggal Nabi, akhirnya Bilal pun pindah ke Syam.

Suatu hari Bilal yang telah tinggal di Syam bermimpi bertemu Rasulullah. Kerinduannya memuncak. Dia segera pulang ke Madinah.

Bilal menangis di Makam Rasulullah. Dia kemudian mengunjungi dua cucu Nabi, Hasan dan Husein. Dipeluknya dua pemuda kesayangan Nabi itu dengan penuh haru. Keduanya meminta Bilal mengumandangkan azan.

“Kami ingin mendengarkan azan-mu, hai muazin Nabi, sebagaimana pada masa Rasulullah.” 

Ibnu Katsir dalam kitabnya, al-Bidayah wan Nihayah, menuliskan Bilal mengabulkan permintaan Hasan dan Husein. Dia naik ke menara dan berkumandanglah suara azan yang sangat indah.

Suara khas Bilal yang dulu mampu menggetarkan Madinah. Penduduk kota tersentak kaget. Hampir semua keluar dari rumah dan berlari menuju ke masjid.

Puncaknya ketika sampai pada kalimat “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Bilal tak sanggup melanjutkannya.  Dia kembali menangis. Betapa rindunya dia dengan Rasulullah s.a.w.

Orang-orang yang tiba di masjid juga menangis. Mereka merasakan kesedihan yang begitu dalam. Hari itu Bilal kembali membuka kenangan mereka akan Rasulullah.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *