Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 31 May 2020

Abu Yazid al-Bustami, Seorang Sufi yang Baru “Mampu” Mengucapkan Syahadat Menjelang Akhir Hayatnya


islamindonesia.id – Abu Yazid al-Bustami, Seorang Sufi yang Baru “Mampu” Mengucapkan Syahadat Menjelang Akhir Hayatnya

Abu Yazid al-Bustami adalah seorang sufi yang terkenal, dan dipuja oleh ribuan Muslim. Menjelang akhir hayatnya, Abu Yazid memasuki tempat salatnya dan memakai ikat pinggang. Baju dan kopiahnya yang terbuat dari bulu biri itu dipakainya secara terbalik, dan kemudian dia berkata kepada Allah:

“Ya Allah, aku tidak membanggakan zuhud yang telah kuupayakan selama hidupku, salat yang kulakukan sepanjang malam, puasa yang telah kujalankan selama hidupku, dan aku tidak menonjolkan diriku karena telah beberapa kali aku khatam Alquran.

“Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman ajaib yang telah kulihat, doa yang telah kupanjatkan dan betapa rapat hubunganku dengan-Mu. Engkau pun mengetahui aku tidak mungkin membanggakan segala sesuatu yang telah kulakukan itu.

“Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk memamerkan diri atau meminta kepercayaan daripada-Mu. Semua ini kukatakan kepada-Mu lantaran aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah menumpahkan rahmat-Mu sampai aku dapat mengenal diriku sendiri.

“Semuanya tidak berarti, anggaplah tidak pernah terjadi. Aku adalah orang Persia yang berusaha selama tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih dalam kejahilan. Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru: ‘Tangri! Tangri!’

(Tangri atau Tengri, yang berarti Langit Biru Abadi adalah dewa tertinggi bagi orang Mongol dan Turki yang umumnya tinggal di wilayah Asia Tengah, yang mana pada waktu itu masih bagian dari Persia-red.)

“Baru sekarang inilah aku dapat memutuskan ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam kehidupan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidah untuk mengucapkan syahadat.

“Segala yang telah Engkau perbuat tidak bisa dipertanyakan. Engkau tidak menerima seseorang karena kepatuhannya dan Engkau tidak menolaknya hanya karena pembangkangannya. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu.

“Atas setiap perbuatanku yang tidak berkenan di sisi-Mu aku memohon ampunan-Mu. Basuhlah debu maksiat dalam diriku karena aku juga telah membasuh debu prasangka mematuhi-Mu.”

MK/IslamIndonesia/Foto utama: Google/Unknown

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *