Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 03 October 2019

TAFSIR – Timbangan Amal di Akhirat


Tiga Amal terberat dalam timbangan

islamindonesia.id-TAFSIR – Timbangan Amal di Akhirat

Ayat Alquran yang menerangkan timbangan amal di akhirat seperti tercermin dalam firman Allah Swt. yang berbunyi:

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran, maka barang siapa berat timbangan-timbangan (amal baiknya), mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan-timbangannya, maka (mereka) itulah orang-orang yang merugikan dirinya disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami” (QS. Al-A’raf: 8-9)

Ayat di atas menjelaskan, alat timbangan yang digunakan untuk menimbang amal-amal perbuatan manusia pada Hari Kiamat nanti adalah kebenaran. Sementara penggunaan bentuk jamak pada kata timbangan-timbangan dalam firman-Nya di atas mengandung arti: seberapa besar kesesuaian amal seseorang dengan kebenaran, sebesar itu pula nilai yang diperolehnya.

Dengan demikian, amal-amal salih setiap hamba yang mengandung kebenaran menjadikan timbangan amalnya berat. Sebaliknya, amal yang mengandung kebatilan tidak akan memiliki bobot.

Sayidina Ali bin Abi Thalib juga pernah menafsirkan firman Allah terkait “Barang siapa yang berat timbangan-timbangan (kebaikan)-nya”. Sahabat sekaligus menantu Rasulullah ini berkata, “Maksudnya, kebaikan dan keburukan akan ditimbang. Kebaikan menyebabkan beratnya timbangan, dan keburukan menyebabkan ringannya timbangan. Dalam riwayat lain, Sayidina Ali berkata, “Ia (timbangan) adalah (pertanda) sedikit-banyaknya amal baik.”

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah maksud dari firman Allah Swt. yang berbunyi: Mereka itu adalah orang-orang yang mengufuri ayat-ayat Tuhan mereka dan perjumpaan dengan-Nya, maka sia-sialah amalan-amalan mereka dan Kami tidak mengadakan bagi mereka pada Hari Kiamat timbangan (QS. Al Kahfi: 105). Karena tidak ada gunanya melakukan timbangan terhadap amal yang sia-sia dan tidak bernilai.

Lalu apakah ayat pertama dan kedua di atas saling menafikan? Tentu tidak. Dalam konteks ini, suatu hari seorang sufi ditanya olah muridnya:

“Bukankah amal-amal perbuatan akan ditimbang di akhirat nanti?”

“Tidak, karena amal perbuatan bukan benda (sehingga dapat ditimbang). Ia adalah sifat serta gambaran tentang suatu yang mereka kerjakan. Yang perlu menimbang sesuatu hanyalah orang yang tidak mengetahui jumlah (kadar) sesuau dan tidak mengetahui berat-ringannya. Sementara tiada sesuatu yang tersembunyi di sisi Allah.”

“Lalu, apakah makna timbangan?”

“Keadilan”

Sang murid lalu bertanya tafsir “Barang siapa berat timbangan-timbangannya”.

“Barang siapa yang amalnya (salah satu di antara amal baik dan amal buruknya) lebih banyak,” jawab sang guru.

Pada kesempatan lainnya, sang guru juga menjelaskan, “Timbangan dan catatan amal hanya akan dilakukan untuk mereka yang Muslim. Oleh karena itu, takutlah kepada Allah wahai para hamba Allah.”[]

YS/Islamindonesia/Diadaptasi dari buku Kehidupan Setelah Mati (2013)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *