Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 15 April 2020

Sumbangsih Zaman Keemasan Islam bagi Dunia Medis Saat ini


islamindonesia.id – Sumbangsih Zaman Keemasan Islam bagi Dunia Medis Saat ini

Banyak orang bertanya: Apa yang telah diberikan Islam kepada dunia, apa hal baik yang telah dihadirkan oleh umat Islam, apa itu Islam, dan bagaimana menjalani ajaran Islam?

Pertanyaan-pertanyaan ini disampaikan dengan kasar dan juga cenderung menyudutkan. Dan secara khusus mereka juga mempertanyakan apa kontribusi Muslim bagi sains dan penelitian.

Tentu saja, bagi siapa pun yang telah sedikitnya mempelajari sejarah Islam, itu semua begitu jelas, bagaimana para ilmuwan, dokter, akademisi, dan filsuf Muslim telah menyumbangkan pilar kemajuan modern dalam bidang sains, inovasi, dan penelitian di sejumlah disiplin ilmu.

Muslim, pertama-tama dan yang terpenting, mempraktikkan ajaran revolusioner Alquran yang menjangkau begitu banyak subyek yang tidak terbatas, seperti moral, tujuan, etika, masyarakat, ekonomi, perdamaian internasional, sains, penelitian, penemuan, peran agama, ateisme, jiwa, akhirat, dan sebagainya.

Dengan mengikuti ajaran-ajaran ini, umat manusia dapat (sebagaimana dibuktikan sepanjang sejarah Islam) mengarahkan lajunya menuju kemajuan besar, baik secara spiritual maupun fisik. Kemudian padukanlah ajaran-ajaran tersebut dengan Sunah Nabi suci SAW, dan Anda akan memiliki daya kebaikan yang belum pernah dilihat dunia.

Di sini, saya ingin menyorot potongan kecil dari sejarah peradaban Islam yang agung, di mana langkah besar untuk dunia medis dimulai.

Sejak mewabahnya Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menekankan dalam berbagai kesempatan bahwa untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, setiap orang harus sering mencuci tangannya menggunakan sabun selama setidaknya 20 detik dan menggunakan sanitiser tangan.

Seiring dengan rekomendasi kebersihan ini, negara-negara juga telah ditekan untuk melakukan lockdown (mengunci suatu populasi dalam suatu wilayah agar mereka tidak keluar dan juga mencegah orang luar masuk ke tempat tersebut) dan karantina untuk mencegah penyebaran berkelanjutan virus ini dan untuk “mengubah gelombang” dan “meratakan kurva” (penyebaran virus).

Seluruh metode ini telah digunakan sepanjang sejarah. Namun menarik untuk diketahui, bahwa penemuan dan pendekatan ini terjadi pada Zaman Keemasan Islam (the Islamic Golden Age).

Dalam hadis-hadis Nabi suci SAW, beliau menekankan banyak hal tentang kebersihan, dan bahkan berkata, “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Beliau juga mendorong umat Islam untuk secara berkala menyikat gigi, menggunakan wewangian, memotong kuku, dan mencukur rambut kemaluannya.

Jadi, dengan memandang begitu pentingnya mengenai kebersihan, maka tidak mengherankan jika sabun ditemukan oleh seorang Muslim.

Formula untuk membuat sabun padat, dapat dilacak dan ditemukan pada Zaman Keemasan Islam, dan untuk lebih spesifiknya, penemunya adalah Muhammad bin Zakaria al-Razi (854–925 M), seorang filsuf, dokter, dan tokoh penting Muslim Persia dalam sejarah kedokteran.

Sebuah buku yang berjudul  Science and Technology in Islam: Technology and Applied Sciences (karya A. Y. Al-Hassan, diterbitkan oleh UNESCO tahun 2001-red) telah menyajikan bukti-bukti bahwa sabun memang ditemukan pada waktu Zaman Keemasan Islam. Berikut ini adalah beberapa kutipan dari buku tersebut:

“Pada tahun 800 M, sabun yang terbuat dari lemak hewani diproduksi di Eropa, yang baunya sangat tidak enak. Tapi sabun toilet yang padat, dengan bau yang menyenangkan, dari berbagai wilayah Islam mulai berdatangan.

“Di negeri Islam, pembuatan sabun adalah sebuah industri yang mapan. Formula untuk pembuatan sabun muncul dalam risalah-risalah alkimia, sebagaimana (formula) dari al-Razi.”

Bahkan, Muhammad bin Zakaria al-Razi juga lah yang telah menyumbangkan formula untuk membuat minyak zaitun.

Alquran sangat jelas menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol dilarang. Alquran juga menyatakan bahwa ada beberapa manfaat di dalamnya, tetapi dosa dari mengkonsumsi itu lebih besar ketimbang manfaatnya.

Pada banyak kesempatan, Alquran memerintahkan umat Islam untuk merenungkan dan berpikir tentang alam semesta dan dunia di sekitar mereka. Penekanan dari Sang Penulis Alquran ini, secara lebih jauh mendorong umat Islam untuk terus mencari pengetahuan dan menemukan cara-cara baru yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia.

Dengan demikian, dengan kebijaksanaan, bahwa meskipun mengkonsumsi alkohol tidak diizinkan di dalam Islam, namun jika penggunaannya untuk kepentingan kesehatan umat manusia maka itu diperbolehkan.

Sanitiser tangan yang begitu banyak digunakan pada hari ini, pada dasarnya terbuat dari alkohol suling yang memiliki sifat anti bakteri. Para ilmuwan Muslim pada masa awal telah menggunakan alkohol dalam praktik medis dan penemuan mereka untuk waktu yang sangat lama, seperti Jabir bin Hayyan yang menjelaskan tentang penyulingan anggur dalam karyanya.

Buku Science and Technology in Islam menjelaskan bahwa alkohol dari anggur suling banyak digunakan sejak masa Jabir bin Hayyan, yang dikenal sebagai bapak kimia. Berbagai sarjana Muslim lain juga membahas tentang penyulingan anggur dan sifat medisnya, misalnya Al-Kindi, tokoh Muslim terkemuka lainnya, dalam bukunya yang berjudul The Book of the Chemistry of Perfume and Distillations (Kitab al-Taraffuq fi al-‘itr). 

Saat ini, banyak negara telah menggunakan metode lockdown sepenuhnya untuk mengendalikan Covid-19 agar tidak menyebar lebih luas. Metode ini juga dikenal sebagai karantina. Metode karantina, atau, mengisolasi diri dari orang lain selama sakit, pertama kali dapat ditemukan pada zaman Kekhalifahan Umayyah ketika rumah sakit pertama di Damaskus yang sengaja didirikan hanya untuk tujuan ini saja. (The Oxford Encyclopedia of Philosophy, Science, and Technology in Islam)

Thomas Walker Arnold, seorang orientalis Inggris dan sejarawan seni Islam, dalam bukunya yang berjudul The Preaching of Islam: A History of Propagation of the Faith Muslim memaparkan sebuah kisah yang pernah diperbuat oleh Umar bin Khattab RA.

Dia menyoroti topik tentang bagaimana Umar memperlakukan orang-orang dari agama lain. Telah dikisahkan bahwa Umar memerintahkan pemberian bantuan dana dan makanan bagi beberapa orang Kristen yang menderita penyakit kusta.

Contoh lainnya sebagaimana disampaikan oleh sejarawan Muslim al-Tabari. Khalifah Umayyah, al-Walid, telah memberikan bantuan terhadap para penderita kusta dengan mendirikan leprosarium di Damaskus pada tahun 707 M.   

Tempat ini tidak berfungsi sebagaimana rumah sakit seperti yang dikenal pada saat ini, tetapi sebagai tempat berlindung dan tempat di mana mereka yang terinfeksi dapat mengisolasi diri dari masyarakat, sehingga dapat membendung penyebaran penyakit lebih lanjut. (A History of Medicine: Byzantine and Islamic Medicine)

Banyak praktik dasar medis yang saat ini begitu kita andalkan sebenarnya berasal dari penemuan yang diciptakan oleh peradaban Muslim.

PH/IslamIndonesia/Sumber: Al-Hakam/Foto utama: Lukisan karya Gerardus Cremonensis tentang al-Razi (1250-1260)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *