Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 11 January 2018

Mengapa Anak Menjadi Durhaka?


islamindonesia.id – Mengapa Anak Menjadi Durhaka?

 

Mendidik, merawat dan mengasuh anak memang bukan perkara mudah. Ada kalanya anak mudah diberitahu tapi sering juga sulit diarahkan sehingga tak jarang memantik konflik dan saling adu pendapat antara mereka dan orangtua.

Setiap orangtua Muslim tentu ingin anaknya kelak menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.

Sebagai seorang Muslim, prinsip-prinsip akidah dan akhlak tentunya wajib diajarkan pada si buah hati. Jangan sampai anak yang kita urus sejak bayi, dirawat dengan penuh kasih sayang
menjadi anak durhaka.

Durhaka berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u yaitu memutus, membelah, merobek, atau memotong. Dalam Islam, anak dikatakan durhaka kepada orangtua (uquuqul walidain)
apabila melakukan perbuatan atau mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati orangtuanya.

Banyak faktor yang membuat seorang menjadi durhaka, berikut beberapa di antaranya.

  1. Kebodohan

Kebodohan bisa dibilang merupakan penyakit yang ‘mematikan’. Orang bodoh adalah musuh bagi dirinya sendiri. Apabila seseorang tidak mengetahui akibat dari kedurhakaan dan hasil yang diperoleh dari berbakti kepada kedua orangtua, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka hal itu akan membawa seseorang kepada kedurhakaan dan memalingkannya dari berbakti.

Jadi sebisa mungkin berikanlah ilmu agama yang baik kepada anak-anak sejak kecil. Hal ini merupakan ‘modal’ bagi mereka baik di dunia maupun akhirat agar tidak menjadi orang-orang yang bodoh dan mengalami kerugian.

  1. Salah Asuhan

Orangtua yang tidak mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar bertakwa, berbakti, menyambung silaturahim, dan mencari kemuliaan, maka hal itu akan membawa mereka kepada sikap membangkang dan durhaka.

Asuhan penuh kasih sayang, menjadi teladan yang baik serta selalu mendampingi anak-anak adalah kunci agar kelak anak-anak menjadi pribadi lemah lembut dan tahu cara menempatkan diri serta menghormati orangtuanya.

  1. Kontradiksi

Kedua orangtua mengajarkan sesuatu kepada anak-anaknya, akan tetapi keduanya tidak mengamalkan apa yang telah mereka ajarkan, bahkan terkadang keduanya melakukan hal yang
bertentangan dengan hal itu. Perkara ini akan memancing sang anak untuk melakukan pembangkangan dan kedurhakaan.

Misalnya orangtua yang selalu menyuruh anaknya salat, tapi mereka sendiri tak pernah salat. Memaksa anak-anak untuk menunaikan ibadah puasa, tapi dirinya sendiri justru tak menjalankannya. Orangtua akan kehilangan wibawa karena kontradiksi/pertentangan ini dan membuat si anak tak menghormatinya lagi.

  1. Durhaka ‘Turunan’

Hal ini merupakan salah satu sebab terjadinya kedurhakaan anak kepada orangtua. Apabila orang tua durhaka kepada ibu-bapaknya (kakek dan nenek sang anak), niscaya keduanya akan
dihukum dengan kedurhakaan anak-anak mereka kepadanya.

Hal ini sering terjadi karena dua hal; yaitu karena anak-anak akan meniru orang tuanya dalam berbuat durhaka dan balasan diberikan sesuai dengan jenis amalannya.

  1. Perceraian Minus Ketakwaan

Ada sebagian orang tua apabila mengalami perceraian, maka keduanya tidak bertakwa kepada Allah, sehingga perceraian antara keduanya pun terjadi dengan cara tidak baik.

Yakni ketika masing-masing dari keduanya (bapak-ibu -ed) akan saling menjelekkan satu sama lain di hadapan anak-anaknya. Jika anak-anak pergi menemui sang ibu, maka sang ibu akan menyebutkan keburukan ayahnya, lalu mulailah dia mengajak untuk membenci dan menjauhi ayahnya. Begitu juga jika sang anak-anak pergi menemui sang ayah, maka sang ayah akan berbuat sebagaimana apa yang diperbuat ibunya.

Akibatnya, anak-anak akan durhaka kepada kedua orang tuanya. Penyebabnya adalah kedua orang tua itu sendiri, sebagaimana apa yang dikatakan oleh Abu Dzuab Al-Hadzli:

Janganlah engkau marah terhadap suatu perbuatan yang engkau juga ikut melakukannya,

Sesungguhnya orang yang layak mendapatkan keridhaan adalah orang yang mengamalkan Sunah.

 

EH / Islam Indonesia – Sumber: Relakah Anakmu Durhaka? karya Hamad Hasan dan Muhammad bin Ibrahim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *