Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 04 August 2018

Kajian – Sifat Fir’aun Menurut Al Qur’an


islamindonesia.id – Sifat Fir’aun Menurut Al Qur’an

 

Hasil pelbagai penelitian ilmiah satu persatu telah menguak tentang sosok Fir’aun secara fisik. Para peneliti pun berhasil mengidentifikasi apakah Fir’aun yang tertera dalam kitab suci Alquran maupun Agama Samawi seperti Taurat dan Injil yang bertemu langsung dengan Nabi Musa AS itu  satu orang yang sama atau berbeda, siapa namanya dan direntang waktu mana – baca ganaislamika.com Fir’aun di Zaman Nabi Musa (1).

Terlepas dari bukti-bukti fisik Raja Mesir Kuno itu, Alquran pun mendefinisikan Fir’aun sebagai sifat-sifat yang harus dijadikan pengingat dan pelajaran manusia.

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar  engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasan) Kami.” (QS Yunus: 92)

Kekejaman dan kebengisan Fir’aun telah menjadi semacam lambang kebiadaban dan kesombongan. Dalam bahasa Arab pun, kata Tafar’ana memiliki sinonim Takabbaro, yaitu kata yang memiliki arti menyombongkan diri atau memfir’aunkan diri.

Menurut Muhammad bin Alwi BSA dalam bukunya berjudul 25 Hidangan dari Al Qur’an, setiap Muslimin harus mengenali sifat-sifat Fir’aun untuk mengetahui siapa saja yang mengikuti jejak kedzolimannya. Apa saja sifat-sifat yang diterangkan oleh Al Qur’an:

  1. Manusia Paling Congkak

Fir’aun telah berani memakai pakaian kesombongan yang sebenarnya hanya miliki Allah.

“Dan sungguh, Firaun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di bumi.” (QS. Yunus:83)

  1. Melampaui Batas

Segala sesuatu  memiliki takaran namun terkait Fir’aun Al Qur’an mensifati dirinya sebagai manusia yang melampaui batas untuk segala hal. Dia melakukan apapun yang diinginkan.

“Pergilah kepada Fir’aun; dia benar-benar telah melampaui batas.” QS. Thaha: 24.

  1. Selalu Membodohi Rakyat

Fir’aun membodohi kaumnya dengan menyebarkan kekerasan sehingga rakyat takut, kadang pula dengan rayuan sehingga tidak ada lagi yang berani melakukan perlawanan. Membodohi rakyat adalah caranya untuk melanggengkan kekuasaan.

“Maka Fir’aun dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh mereka adalah kaum yang fasik.” (QS. az-Zukhruf:54)

  1. Memecah Belah Rakyat

Setelah membodohi kaumnya Fir’aun menjadikan mereka berkelompok-kelompok. Rakyat tidak dibiarkan bersatu dengan cara menyulut api kebencian dan perselisihan di antara mereka. Pertikaian yang terjadi di masyarakat ini menyebabkan mereka lemah sehingga tidak memiliki ikatan kuat untuk melawan dan memberontak.

“Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak permpuan mereka.” (QS. al-Qashas:4)

  1. Tidak Mau Mendengar Pendapat Lain

Tidak boleh ada yang berbeda pendapat dengan Fir’aun. Ketentuannya mutlak. Perintahnya harus dilaksanakan tanpa pengecualian.

“Fir’aun berkata, “Aku hanya mengemukakan kepadamu, apa yang aku pandang baik.” (QS. Ghofir:29).

  1. Menjauhkan Rakyat dari Kebenaran

Orang-orang yang membangkitkan kesadaran atas kebenaran dan menegakkan keadilan di hadapan masyarakat dilemahkan dan disiksa sebagai pelajaran bagi yang lain. Mereka juga difitnah sebagai orang-orang yang merusak dan pengacau yang akan melenyapkan adat dan budaya bangsa.

Dia (Fir’aun) berkata,”Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan aku salib kamu semuanya.” (QS. asy-Syuara:49)

“Mereka (para pesihir) berkata, “ Sesungguhnya dua orang ini adalah pesihir yang hendak mengusirmu (Fir’aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.” (QS. Thaha:63).

Fir’aun tidak ingin rakyatnya menjadi cerdas dan memiliki kesadaran karena takut kekuasaannya akan digulingkan.

“Mereka berkata, “apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa (kepercayaan) yang kami dapati nenek moyang kami mengerjaknnya (menyembah berhala), dan agar kalian berdua mempunyai kekuasaan di bumi (Mesir)? Kami tidak mempercayai kalian berdua.” (QS. Yunus:78).

  1. Memperbudak Manusia

Semua manusia selain dirinya dan golongan yang dikehendakinya adalah budak yang tidak memiliki hak bahkan atas diri mereka sendiri.

“Mereka berkata, “Apakah (pantas) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (QS. al-Mukminun:47)

  1. Melakukan Kerusakan di Muka Bumi

Melakukan kerusakan di muka bumi tidak bisa dilakukan seorang diri. Setidaknya ada tiga penopang yang membuat kekuasaan dzalim terus berjalan yaitu pemimpin, ahli strategi dan manajem serta penyandang dana yang kuat.

Pemimpin adalah Fir’aun, ahli strategi dan manajemen adalah Haman dan konglomerat adalah Qorun.

Kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun; lalu mereka berkata, “(Musa) itu seorang pesihir dan pendusta.” (QS. Ghofir:24).

Al Qur’an melihat orang yang memiliki harta kekayaan jauh lebih berbahaya karena itu mendahulukan Qorun dari Fir’aun dan Haman.

“Dan (juga) Qorun, Fir’aun, dan Haman.” (QS. al-Ankabut:39)

  1. Mempunyai Penyihir (Dukun)

Di setiap zaman ada orang-orang yang menyerupai penyihir yang menempel pada kekuasaan. Mereka mendapat fasilitas mewah karena Fir’aun berharap kekuasaannya bisa langgeng karena mereka.

“Dan para pesihir datang kepada Fir’aun. Mereka berkata, “(Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?” Dia (Fir’aun) menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” (QS. Al-A’raf: 113-114).

  1. Mengaku sebagai Tuhan lalu Tuhan Yang Paling Tinggi

Fir’aun merasa telah memiliki kekuasaan yang begitu luas karena itu ia tidak butuh kepada siapapun dan tidak ada yang bisa menandinginya. Akhirnya ia dengan penuh kesombongan mengaku sebagai Tuhan.

“Dan Fir’aun berkata, “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku.” (QS. al-Qashas:38)

Lalu setelah berjalan 40 tahun Fir’aun mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan Yang Maha Tinggi saat mengejar Musa dilautan yang terbelah.

“(Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. an-Nazi’at:24).

Setelah kata itu terucap Allah SWT murka dan menenggelamkannya saat mengejar Nabi Musa AS. Fir’aun tahu bahwa ada Tuhan lain yang disebut Musa AS tapi dia berkata bahwa dialah tuhan yang tinggi.

Lj/IslamIndonesia

 

Referensi:

  1. Al Qur’an
  2. 25 Hidangan dari Al Qur’an, penulis Muhammad bin Alwi BSA, Penerbit Khazanah Al Qur’an, 2017

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *