Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 02 April 2020

Kajian – Manajemen Kematian


islamindonesia.id – Manajemen Kematian

Apakah definisi kematian itu? Bagaimanakah keadaannya? Inilah dua pertanyaan sangat penting yang tak pernah bisa dijawab oleh para ahli ilmu-ilmu empiris (biologi, kedokteran, dsb.). Ilmu-ilmu empiris yang bertumpu pada metodologi observasi dan  eksperimentasi jelas tidak mampu berbicara banyak menyangkut hakikat dan definisi kematian¾suatu keadaan yang berada di luar wacana fisik.

Perangkat ilmu-ilmu empiris hanya dapat bekerja di wilayah ‘sebelum kematian’, sedangkan hakikat kematian berada di luar wilayah tersebut. Maka itu, semua buah positif dari ilmu-ilmu empiris hanya bersifat duniawi dan menyangkut kehidupan fisik yang sementara.

Dalam Alquran dan Hadis, kematian diistilahkan dengan al-maut (pergi, hilang, lenyap, lewat, dsb.) atau al-wafat (sampai, sempurna, tunai, terlaksana, naik, dsb.). Istilah maut menunjukkan lepasnya ruh atau nyawa (sumber kehidupan) dari tubuh, sedangkan wafat menunjukkan sempurna atau tertunaikannya fungsi tubuh sebagai kendaraan ruh.

Jadi, sederhananya, kematian adalah selesainya ruh mendaya-gunakan tubuh yang ditandai dengan pergi atau naiknya ruh ke alam berikutnya. Karena itu, alam setelah kematian disebut dengan al-akhirah (alam berikut), sedangkan alam sebelum kematian disebut dengan ad-dunya (alam rendah yang dekat).

Selanjutnya, kematian adalah tahap yang tak terelakkan. Semua orang, bahkan semua maujud fisik, pasti mengalaminya. Namun demikian, kematian itu tidak memiliki tanda-tanda yang pasti atau teridentifikasi. Sebagai fakta yang niscaya terjadi, kematian tidak selalu bisa terdeteksi.

Akibatnya, kematian bergerak di dalam momen-momen yang disebut dengan kehidupan, tanpa suara yang terdengar dan gerak yang teramati. Inilah misteri yang tak terungkap oleh daya pikir dan daya khayal, tetapi secara jelas menggrumiti pikiran dan khayalan setiap manusia.

Oleh karena itu, meskipun memiliki nilai kepastian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri, tetap saja sebagian besar orang mengabaikannya. Faktor kematian yang pasti itu sering tidak muncul dalam matematika kehidupan. Orang lebih sering menghitung embrio sebagai probabilitas kehidupan yang akan terus berlanjut hingga menjadi bayi yang sehat.

Tapi, jarang sekali orang menghitung risiko kematian yang pasti terjadi pada embrio itu sesaat setelah dia memasuki tahap awal kehidupannya. Jadi, risiko kematian yang pasti bakal muncul sering terlupakan, sedang peluang kehidupan yang belum pasti selalu diperhitungkan.

Menurut logika sederhana, keniscayaan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada kemungkinan ataupun peluang. Keniscayaan adalah dasar untuk mengukur dan memprediksi suatu peluang. Keniscayaan merupakan peluang yang telah terjadi dan tercipta, sedangkan kemungkinan dan kesempatan adalah peluang yang belum terjadi.

Karena itu, mencari peluang dengan mengabaikan keniscayaan atau kepastian adalah kesia-siaan dan kerugian. Sebagai misal, jelas merupakan suatu kerugian total bila ada orang nekat terjun dari lantai 10 sebuah gedung pencakar langit untuk mendapatkan uang dari orang yang mungkin berbelas kasih kepadanya setelah dia mungkin selamat mendarat di tanah. Upaya yang demikian ini tidak akan dilakukan oleh orang waras dan berpikiran sehat.

Sebaik-baik orang hidup adalah yang berpijak pada prinsip-prinsip yang pasti dan niscaya, bukan semata-mata dugaan atau angan-angan. Karenanya, sebaik-baik manusia hidup adalah yang selalu mengingat kematian. Kehidupan ini mestilah dikelola dengan dasar kepastian datangnya kematian, sehingga semua gerak langkah selalu konsisten dengan realitas dan bukan dengan imajinasi.  

Wal’ashr

Al-maut (menaiki tangga)

Sekiranya semua perbuatan ini suatu ketika menjadi kesempurnaan bagi pelakunya,

                niscaya berakhlak mulia menjadi lebih indah dan lebih sempurna

Sekiranya rezeki merupakan bagian yang telah ditentukan,

                niscaya sedikit upaya dalam memperolehnya lebih bagus

Sekiranya dunia ini saja sudah dianggap berharga,

                niscaya surga Allah lebih tinggi dan lebih istimewa

Sekiranya tubuh-tubuh ini telah dipersiapkan untuk mati,

                niscaya kematian seseorang dengan pedang di jalan Allah lebih utama

Sekiranya harta benda dikumpulkan untuk ditinggalkan (sebagai warisan)

                maka mengapa orang mesti kikir dengan harta yang bakal ditinggal ini?

MK/IslamIndonesia/Foto ilustrasi: Wallpaper Safari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *