Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 11 February 2016

KAJIAN – Makar Allah


Di dalam Al-Qur’an beberapa kali Allah menggunakan istilah “makar”. Secara harfiah, makar adalah usaha seseorang mencegah atau memalingkan orang lain dari tujuannya. Dari arti harfiah itulah lalu muncul istilah makar yang sering digunakan, yakni tipuan atau trik dari seseorang atau sekelompok orang untuk menggagalkan usaha yang lain mencapai tujuan. Karena itu, “makar” ini biasanya bersifat halus, meskipun tidak selalu berujung dengan keburukan sebagaimana makar Allah untuk menggagalkan makar orang-orang zalim.

Para ahli tafsir menemukan hal menarik soal ayat-ayat makar. Bahwa Allah selalu langsung membalas makar orang yang hendak bermakar. Misalnya dalam surah Al Imran ayat 54, Allah berfirman: “Orang-orang kafir itu membuat makar, dan Allah membalas makar. Dan Allah sebaik-baik Pembuat makar.” Berbeda dengan semua dosa atau pembangkangan lain, makar langsung dibalas dengan makar. Boleh jadi karena makar itu sesuatu yang halus, sehingga hanya Allah yang mampu mendeteksinya dan membalikkannya. Jadi, Allah itu punya makar dan berbuat makar. Tapi, makar Allah bertujuan untuk mengantarkan orang-orang beriman dan beramal saleh kepada tujuan-tujuan mereka.

Dalam surah Fathir ayat 43, Allah berfirman: “Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena makar (mereka) yang jahat. Dan makar yang jahat tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) Sunah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi Sunah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi Sunah Allah itu.”

Ayat di atas mempertegas sifat “langsung” dan “segera” dari dampak makar atas pelakunya. Artinya, jangan pernah bermakar untuk menggagalkan rencana atau tujuan orang, karena ujung-ujungnya sang perencana itu sendiri yang akan gagal dan sengsara. Manusia yang suka menyorot, memantau, meneropong dan merencanakan makar tidak akan mendapat apa-apa kecuali kegagalan dan kesengsaraan.

Tentu pengertian ini penting kita pahami mengingat Allah sendiri pernah berfirman: “Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? * Maka apakah mereka merasa aman dari makar Allah (yang tidak terduga-duga). Tiada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS 7: 98-99).

Mereka yang merasa aman atas datangnya siksaan dan makar Allah sesungguhnya mereka sedang tertipu. Alasannya, siksaan dan makar Allah itu halus,  tidak terduga dan datang saat kebanyakan manusia masih bermain-main, bersenang-senang bahkan masih berbangga diri di muka bumi.[]

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *