Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 07 May 2016

KAJIAN—Haidar Bagir: Tafsir Al-Qur’an Muhammad Asad (3)


Islamindonesia.id—Pertemuan Saya dengan Tafsir Al-Qur’an Muhammad Asad (3)

Oleh: Haidar Bagir

Kelima, penafsiran-penafsiran Asad terasa sangat relevan dengan konteks kekinian. Dengan kata lain, ayat-ayat Al-Quran di tangan Asad tidak tinggal sebagai suatu kitab kuno yang anakronistik. Uraiannya tampak sekali diupayakan untuk beresonansi dengan situasi dan kondisi kontemporer dan kebutuhan orang-orang yang hidup pada zaman ini. Jadi, sebaliknya dari mengesankan kekunoan, tafsir Asad menampilkan Kalam Allah “yang hidup”.

Keenam, yang ini harus segera saya akui amat subjektif, saya—meski tentu tidak begitu saja menyetujui semua pemahaman Asad (mana mungkin hal seperti ini terjadi di dunia pemikiran)—merasa mendapati banyak kesejalanan dengan pandangan-pandangannya dalam menafsirkan berbagai ayat Al-Quran yang maknanya bisa diperselisihkan. Sejalan dengan itu, saya merasa pandangan-pandangan Asad lebih memungkinkan bagi perumusan pemahaman terhadap ajaran Islam yang progresif dan terbuka, tapi pada saat yang sama tetap autentik. Mari kita ambil contoh pandangan Asad terhadap berbagai agama di luar Islam.

Asad sepenuhnya sejalan dengan pemahaman umum kaum Muslim berdasar pernyataan-pernyataan yang tegas dalam Al-Quran mengenai kebenaran agama-agama lain di luar Islam. Dia tidak ragu untuk menyatakan bahwa, bersama waktu, ajaran-ajaran agama lain—meski berasal dari Pemilik Firman yang sama dengan Yang Menurunkan Al-Quran—telah mengalami modifikasi-modifikasi dan distorsi-distorsi yang menyebabkan penyimpangan dari ajaran-aslinya (lihat misalnya catatan no. 60 dan 144 pada Surah Âlu ‘Imrân [3]—peny.). Tapi, bukan saja dia percaya pada kesamaan-sumbernya, Asad—mendasarkan diri pada Al-Quran juga—percaya bahwa pemeluk agama lain, selama beriman kepada Allah, beriman pada Hari Pengadilan, dan beramal saleh, akan mendapatkan keselamatan sebagaimana orang Muslim (yang baik-baik). (Lihat catatan no. 50 pada Surah Al-Baqarah [2]: 62 dan catatan no. 20 pada Surah Al-Hajj [22].—peny.) Pandangan Asad ini sejalan dengan keyakinan saya selama ini tentang perlunya kita membedakan antara “kebenaran” dan “keselamatan”. Kita, sebagaimana pemeluk agama lain, bisa saja percaya pada kebenaran agama kita vis a vis penyimpangan dari kebenaran oleh agama-agama lain. Tapi, hal ini tak harus menjadikan kita beranggapan bahwa pemeluk agama-agama lain itu tak selamat.

 

AJ/IslamIndonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *