Satu Islam Untuk Semua

Monday, 27 February 2017

KAJIAN – Bukankah dengan Ingat Allah Hati Jadi Tenang?


Islamindonesia.id – KAJIAN – Bukankah dengan Ingat Allah Hati Jadi Tenang?

 

Setiap orang mengejar kesenangan dan kebahagiaan bergantung pada tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Dia berupaya mencari kesenangan dan kebahagiaan diri pada hal-hal tertentu dan menghindari sesuatu yang merampas kebahagiaannya.

Jika kita berpikir benar tentang akar segala keresahan dan kegelisahan, akan sampai pada kesimpulan bahwa sumber kegelisahan berhubungan dengan hilangnya kebahagiaan dan tertimpa nasib buruk. Perkara ini adalah nyata dalam semua kejadian yang dihadapi setiap manusia dan menimbulkan kesedihan.

Dengan perbedaan bahwa orang-orang yang berpandangan material mengkaji akar kegelisahan dan kesedihan mereka, terletak pada hilangnya kebahagiaan material dan kesenangan-kesenangan duniawi.

Sedangkan kaum yang bertauhid dan beriman kepada Allah, yang memandang lebih jauh dari dunia dan memikirkan akhirat, mengkaji akar kegelisahan dan keresahan mereka dalam hilangnya kebahagiaan ukhrawi dan keridhaan Allah. Kegelisahan selalu tergolong bencana terbesar bagi kehidupan manusia dan dapat dirasakan dampak-dampak yang timbul darinya dalam kehidupan individual dan sosial manusia.

Disamping itu, ketenangan selalu merupakan barang yang hilang baginya. Manusia dengan jalan apapun berusaha untuk menemukannya.

Sebagian ilmuwan mengatakan, “Tatkala penyakit menular merajalela, seperti wabah atau kolera, banyak orang-orang mati lantaran terserang penyakit ini. Pahadal, pada kenyataannya mereka mati lantaran ketakutan dan kegelisahan yang menggerogoti jiwa mereka. Hanya sebagian mereka saja yang benar-benar mati karena penyakit yang menjangkiti.”

Secara umum ketenangan dan kegelisahan sangat berperan penting dalam sehat dan sakitnya individu dan masyarakat, serta kebahagiaan dan kesengsaraan manusia.

Sejarah manusia penuh lembaran-lembaran menyedihkan. Demi meraih ketenangan, manusia berpegang pada apapun, menapaki setiap lembah, terdampar, dan pasrah kepada berbagai macam kecanduan. Di tengah itu, Alquran dengan kalimat singkat padat makna, menunjukkan jalan terdekat dan paling menyakinkan dalam meraih ketenangan hati. Sebuah ayat menjelaskan, “Ketahuilah, bukankah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang?”.

Pertanyaannya, mengapa sebagian umat Islam tidak menjadi tenteram dengan mengingat Allah? Mengapa mereka tetap gelisah, resah, gundah gulana, fanatik dan saling membenci? Jawabnya gambang saja tapi perlu penjelasan yang memadai. Maka mohon dengarkan.

Menurut Syekh Hasan Farhan Almaliki, mengingat Allah atau zikir kepada Allah bukanlah dengan lidah. Mengingat Allah adalah dengan menjadikan Allah di dalam dirimu. Dengan cara ini maka Anda berdamai bahkan dengan benda-benda mati, pepohonan, dan hewan yang melata. Kau menyadari bahwa semua itu bertasbih dan menyanjung Tuhan mereka.

Kesadaran dan sikap berdamai ini secara otomatis mendorong orang untuk merenungi makhluk-makhluk-Nya. Dan renungan ini akan menyingkap pelabagai sistem, hukum dan rahasia alam. Inilah iman. Pada saat itulah kau menemukan Allah di sana, di mana-mana.

Setan dan bala tentaranya menyibukkan kita dengan perang, ekspedisi militer, berita-berita pampasan dan tawanan dalam rangka mencegah kita memakai kunci dunia dan iman ini untuk melihat dan menyingkap alam raya.

Barat merenungi alam makhluk dan menyingkap bermacam rahasia. Awalnya mereka juga menemukan kesimpulan-kesimpulan sederhana. Namun mereka terus bergerak dan meninggalkan gereja, menghentikan kebohongan atas Allah. Maka Allah membalas mereka dengan menyingkapkan alam materi bagi mereka.

Apakah umat Islam pernah sadar akan pentingnya begitu banyak peritah Allah untuk merenungi makhluk? Apakah mereka melaksanakan segenap perintah-Nya dalam perkara ini secara sungguh-sungguh hingga Allah mengganjar mereka atau mereka menyepelekannya hingga Allah menyiksa mereka?

Tidak ada keraguan bahwa umat Islam ini meremehkan perintah-perintah tersebut, sehingga Allah membalas mereka. Dan kini kita di tengah masa pembalasan yang dipenuhi dengan keterbelakangan, pertikaian, kepanikan, kegundahan, kemiskinan dan saling menindas. Allah berfirman

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا نُفُورًا

Dan sesungguhnya dalam Alquran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan pengulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS 17: 41)

 

YS/MY/AJ/ islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *