Satu Islam Untuk Semua

Monday, 09 March 2020

Ini Kata Imam Al-Ghazali tentang Musik


islamindonesia.id – Ini Kata Imam Al-Ghazali tentang Musik

Imam al-Ghazali berkata:

Hati adalah tempat diamnya rahasia kekayaan dan itu adalah tambang perhiasan yang tak ternilai. Di sana terletak permata yang paling berharga, seperti api yang bersemayam secara rahasia di dalam batu dan besi. Ia bersemayam tersembunyi sedemikian rupa seperti air yang terletak di dasar bumi yang paling rendah.

Tiada cara lainnya untuk membangunkan seseorang dari tidurnya tanpa suara yang indah. Tiada cara lain dari suara untuk masuk ke dalam hati tanpa pintu telinga. Perasaan yang tersembunyi di dalam hati dibawa keluar melalui keindahan melodi dan bunyi berima. Ia tidak keluar dari dalam hati tanpa gerakan, sebagaimana apa yang ada di dalam kuali tidak tumpah tanpa mendidih terlebih dahulu.

Lagu yang merdu mengeluarkan apa yang tersembunyi di dalam hati dan menghasilkan perasaan yang indah. Ketika hati dikendalikan oleh lagu-lagu, mereka mengambil darinya kualitas dan kegelisahannya. Jadi, adalah penting untuk membahas tentang lagu-lagu dalam ajaran Islam yang terang….

Bukti Bahwa Sama Dibenarkan

Syariat artinya adalah perkataan dan perbuatan Nabi dan kesimpulannya. Dari syariat-syariat ini, tidak dapat dibuktikan bahwa sama atau lagu religi itu terlarang.

Kesimpulan dan Bukti dari Perkataan dan Perbuatan Nabi

Gana berarti lagu-lagu yang mencakup sama atau lagu-lagu religi. Biasanya itu berarti bunyi yang indah. Bunyi indah terdiri dari dua jenis – bunyi ritmis dan bunyi sederhana, bunyi ritmis terdiri dari dua jenis – dapat dimengerti seperti puisi atau tidak dapat dimengerti seperti bunyi binatang.

Sama berarti lagu-lagu religi dengan suara yang indah. Tidak elok jika lagu religi tidak dipadankan dengan suara yang indah. Hal ini bagaimana mungkin disebut melanggar hukum? Melainkan ia sesuai dengan tradisi (sunah).

(Imam Ghazali membagi pembahasan menjadi empat bagian, yakni (1) bunyi indah tanpa ritme, (2) bunyi indah dengan ritme, (3) suara manusia yang mudah dimengerti (menggunakan bahasa), dan (4) sama yang membuka rahasia ilahi. Karena pembahasannya cukup panjang, artikel ini hanya akan mengulas bagian pertama saja, bagian lain mungkin akan disampaikan lain waktu.)

Bunyi Indah tanpa Ritme

Telinga diciptakan untuk mendengar bunyi-bunyian yang indah dari sama. Manusia memiliki lima indra dan akal, dan setiap indra memiliki kemampuan alamiah untuk menangkap sensasi rasa yang menyenangkan.

Kemampuan alamiah mata adalah untuk melihat. Ia merasakan kegembiraan saat melihat hal-hal indah, seperti berbagai jenis daun dan tanaman, air yang mengalir, wajah yang indah. Dalam satu kata, semua warna dan pemandangan indah sangat disukai mata. Pemandangan warna yang buruk tidak disukai oleh mata.

Kemudian hidung diciptakan untuk mencium. Ia menyukai wangi-wangian dan tidak menyukai bau-bau busuk. Kemudian pada lidah. Ia menyukai yang manis-manis dan gurih, dan tidak menyukai makanan-makanan yang pahit dan tidak berasa. Kemudian pada akal. Ia merasa nyaman terhadap pengetahuan dan tidak menyukai buta huruf dan kebodohan.

Begitu pula dengan telinga. Suara yang didengar telinga adalah dari dua jenis – bunyi indah seperti suara burung bulbul dan lagu-lagu indah, dan ia tidak menyukai suara yang mengganggu seperti suara keledai. Apa yang disukai indra lain juga berlaku untuk telinga. Berdasarkan hadis, mendengar bunyi-bunyian yang indah itu diperkenankan.

Allah berfirman, “Dia meningkatkan dalam penciptaan.” (al-Ghazali tidak memberi keterangan bahwa ini dikutip dari ayat Alquran yang mana). Apa yang dimaksud meningkatkan di sini dikatakan adalah bunyi yang indah.

Nabi bersabda, “Allah tidak mengutus nabi mana pun tanpa suara yang indah.”

Beliau juga bersabda, “Jika seseorang membaca Quran dengan suara yang indah, Allah mendengar bacaannya lebih dari mendengar sebuah lagu dari penyanyi wanitanya.”

Sebuah hadis memuji Nabi Daud dengan mengatakan, “Daud biasa bernyanyi dengan suara yang merdu sehingga manusia, jin, binatang buas, dan burung berkumpul bersama-sama dengan damai untuk mendengarnya. Hampir empat ratus orang berkumpul untuk mendengarkan lagu-lagunya.”

Nabi pernah memuji sahabatnya Abu Musa Al-Asyari dengan mengatakan, “Dia telah diberkahi kemampuan bermusik dari lagu-lagu keluarga Daud.”

Allah berfirman, “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS Lukman: 19)

Ayat ini juga memuji suara yang indah. Jika sama dianggap melanggar hukum, maka untuk mendengar suara burung bulbul juga melanggar hukum. Jika mendengar suara burung bulbul adalah halal maka bukan kah halal jika mendengar suara-suara indah dan merdu yang telah mendapat hikmat dan makna yang baik?

*Dikutip dari Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din Vol.2 (Karachi: Darul-Ishaat, 1993), hlm 162-164.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Womex

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *