Satu Islam Untuk Semua

Friday, 15 July 2022

Ulama Buruk dan Jahat, Seperti Apa Karakternya?


islamindonesia.id – Kata ulama adalah bentuk jamak dari ‘alim yang artinya ahli ilmu atau ilmuwan. Sementara kata su’ adalah masdar dari sa’a-yasu’u-saw’an yang artinya jelek, buruk dan jahat.

Secara bahasa arti ulama su’ adalah ahli ilmu atau ilmuwan yang buruk dan jahat.

Rasulullah s.a.w bersabda, ”Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama.” (HR. Ad Darimi)

Ulama hakikatnya berhubungan dengan ilmu dan kebaikannya. Namun harta dan tahta adalah godaan bagi ulama yang bisa menjerumuskannya ke dalam kehinaan.

Anas meriwayatkan: “Ulama adalah kepercayaan Rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik terhadap dunia, maka mereka telah mengkhianati para Rasul, karena itu jauhilah mereka.” (HR al Hakim)

Diriwayatkan bahwa Abu Dzar berkata, ”Dahulu saya pernah berjalan bersama Rasulullah s.a.w, lalu beliau bersabda, “Sungguh bukan dajjal yang aku takutkan atas umatku.”

Beliau mengatakan hal itu tiga kali, maka saya bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah selain dajjal yang paling Engkau takutkan atas umatmu?”

Beliau menjawab, “Para tokoh yang menyesatkan.” (Musnad Ahmad)

Dalam sebuah hadis Rasulullah mengatakan: “Apabila seseorang di antara kamu bertasyahud, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari 4 hal seraya mengucapkan, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa Neraka Jahannam, Siksa Kubur, Cobaan Hidup dan Mati, dan perlindungan dari Fitnah Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari berbagai sumber, ada beberapa karakteristik ulama su’ sebagai bagian dari fitnah akhir zaman.

Beberapa karakter itu adalah sebagai berikut:

1. Menjual Ilmu kepada Penguasa

“Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama su’, mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa, masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu.” (HR. Al Hakim)

2. Menukar Kebodohan sebagai Ilmu

Ibnu Rajab al Hambali mengatakan bahwa Asy Sya’bi berkata, “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi suatu bentuk kejahilan dan kejahilan itu sebagai bentuk ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua urusan.”

3. Memburu Harta dan Tahta

“Mereka adalah ulama agama untuk membedakan antara mereka dan ulama dunia, mereka adalah ulama jahat yang dengan ilmunya bertujuan untuk kesenangan dunia, mendapatkan pangkat dan kedudukan pada penduduk.” (Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha Ad Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Asyfiya, hal. 70 dan Sayyid Muhammad Al Husaini Az Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqien bi Syarhi Ihya’i Ulumudin, hal. 348).

4. Sombong dengan Banyaknya Pengikut

“Penuntut ilmu ketiga adalah orang yang kesetanan. Ia menjadikan ilmunya sebagai jalan untuk memperkaya diri, menyombongkan diri dengan kedudukan, dan membanggakan diri dengan banyaknya pengikut. Ia masuk terperosok ke banyak lubang tipu daya karena ilmunya itu dengan harapan hajat duniawinya terpenuhi.” (Imam Al Ghazaly, Bidayatul Hidayah, hal. 7-8).

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *