Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 09 April 2023

Tafsir Surah Al-Qadr Ungkap Kemuliaan Lailatul Qadar


islamindonesia.id – Tak terasa kita sudah mulai memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Sebagai umat yang cerdas, kita harus memanfaatkan momen ini untuk lebih giat beribadah dan melakukan amal kebajikan lainya. Sehingga, ketika kita melewati bulan Ramadhan ini, hati kita bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan karena bisa memanfaatkan bulan Ramadhan dengan baik, khususnya bisa bertemu dengan malam Lailatul Qadar.

Selain memberkahi bulan Ramadhan itu sendiri, Allah SWT menghadiahkan kepada umat Nabi Muhammad s.a.w sebuah malam pada bulan Ramadhan, yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu malam Lailatul Qadar. Kenapa malam Lailatul Qadar bisa begitu istemewa di antara malam lainya?

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadr. Dan tahukan kamu apa malam Qadr itu? malam Qadr itu lebih baik dari malam seribu bulan. Pada malam itu, turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah malam itu hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr:1-5)

Secara kebahasaan kata inzaal menurut sebagian ulama dimaknai, bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Lauhil Mahfudz ke Bayt al-‘Izzah (langit dunia), kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun sesuai kejadian yang terjadi.

Makna Al-Qadr, secara terminologi, menurut Ibnu Mukarram adalah keputusan yang ditetapkan oleh Allah Yang Mahaperkasa dan Mahatinggi dan Dia memberlakukannya terhadap segala perkara. Dalam Al-Qur’an, kata Al-Qadr digunakan untuk menunjukkan makna yang beragam, seperti membatasi, menentukan, mengagumkan, menguasai, mengukur, dan sebagainya. Sedangkan dalam surah Al-Qadr sendiri, kata Qadr, memiliki makna “kemuliaan”. Jadi, Lailatul Qadr adalah malam kemuliaan.

Malam Qadr juga dikenal dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan (khayrun min alfi syahrin). Ibnu Jarir At-Thabari mengatakan (pahala) beribadah pada malam tersebut lebih utama daripada malam-malam yang tidak bertepatan pada al-Lail al-Qadr. Artinya banyak kebaikan-kebaikan yang akan diberikan pada malam itu. Jadi, sangat disayangkan jika tidak dipergunakan dengan baik. Dikatakan malam yang lebih baik dari seribu bulan, bukan berarti seseorang harus mengabaikan malam di bulan-bulan lainnya.

Kalimat lailatul al-qadr dalam ayat di atas diulang kembali setelah ayat pertama, yaitu pada ayat kedua dan ketiga. Padahal, bisa saja pada dua ayat tersebut cukup menggunakan zamir (Pronomina) yang merujuk pada kalimat lailatul al-qadr pada ayat pertama, tanpa mengulangnya pada ayat kedua dan ketiga.

Hal ini ternyata bertujuan untuk menunjukkan kepada kita akan keagungan malam Lailatul Qadar, sehingga kalimat tersebut perlu diulang agar pesan bahwa keagungan malam Lailatul Qadar tersebut meresap ke dalam hati kita.

Ayat-ayat di atas menjelaskan beberapa alasan yang membuat malam Lailaltul Qadar begitu istimewa di antara malam lainya. Pada malam itu, Allah SWT menurunkan Al-Qur’an secara menyeluruh dari lauhil mahfudz ke langit dunia. Kemudian, Al-Qur’an tersebut disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w melalui perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur selama 23 tahun.

Syekh Musthafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan, tidak ada malam yang lebih mulia dan agung dibandingkan malam turunnya Al-Qur’an (Lailatul Qadar). Sepatutnya bagi para Muslim untuk menjadikan malam Lailatul Qadar sebagai malam yang agung dan mulia.

Setelah dijelaskan bahwa malam Lailatul Qadar adalam malam diturunkanya Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan bahwa malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan. Sehingga ketika kita beribadah dan berbuat kebaikan pada malam itu, maka nilai kebaikannya lebih baik daripada seribu bulan (83 tahun 4 bulan).

Ada juga sebagian mufassir yang berpendapat, bahwa maksud seribu bulan itu menunjukkan jumlah yang banyak, bukan terbatas pada bilangan seribu. Hal ini menunjukkan bahwa kasih sayang Allah SWT kepada kita, umat yang tidak memiliki umur sepanjang umat-umat sebelumnya, untuk memperoleh amalan kebaikan yang melimpah, yang tentunya tidak kalah dengan amalan kebaikan umat sebelumnya yang memiliki umur yang panjang.

Lebih lanjut lagi, pada malam itu, para malaikat turun ke muka bumi ini. Seperti dijelaskan pada ayat ke 4: “Pada malam itu turun para malaikat dan ruh (jibril) dengan izin tuhanya untuk mengatur semua urusan.” (Q.S Al-Qadr:4)

Selain membawa keberkahan dari Allah SWT, ada beberapa penafsiran terkait faedah turunnya malaikat ke muka bumi ini pada malam Lailatul Qadar. Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa turunnya malaikat ke muka bumi, untuk mengaminkan doa-doa orang yang berdoa pada malam tersebut.

Imam Fachruddin ar-Razi menjelaskan juga, kehadiran malaikat pada malam tersebut, untuk memacu ibadah dan amal baik seseorang, sebagaimana seorang terpacu untuk ibadah dan amal kebaikan dengan kehadiran para ulama.

Allah SWT pun menjamin malam Lailatul Qadar dipenuhi dengan kesalamatan dan kesejahteraan, Allah Swt berfirman: “Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr:5)

Malam Lailatul Qadar yang menjadi malam turunnya Al-Qur’an dan para malaikat ke muka bumi, tak lain ialah malam yang diselimuti keselamatan, keamanan, keberkahan, dan kebaikan. Tidak ada keburukan di dalamnya, dari terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Pada malam tersebut, terus berlanjut turun kebaikan, keberkahan, dan para malaikat yang membawa rahmat dari Allah SWT untuk hamba-Nya yang taat, hingga terbitnya fajar.

Ada beberapa penafsiran apa yang dimaksud dengan kata Salam pada ayat tersebut. Di antaranya ialah: pertama, Salam di sini ialah salamnya para malaikat kepada orang-orang yang taat kepada Allah SWT pada malam Lailatul Qadar. Kedua, Salam di sini ialah selamatnya dari kekurangan, maksudnya ialah ibadah pada malam ini tidak mengandung kekurangan di dalamnya, dikarenakan kebaikan yang terkandung di dalamnya lebih baik daripada seribu bulan. Ketiga, Salam yang berarti keselamatan malam tersebut dari kejahatan setan.

Dalam Tafsir Al-Misbah, kemuliaan malam itu akan terasa, ketika ada kesadaran dalam hati manusia sebagai hasil ibadah dan kedekatan kepada sang Pencipta. Dari kesadaran itu, maka akan timbul kedamaian dan ketenangan dalam hati seseorang.

Kemuliaan malam itu semakin dipertegas kembali pada ayat ke-4, bahwa Jibril (ar-Ruuh) dan bala tentaranya (malaikat-malaikat) turun untuk memenuhi bumi. Doa-doa para malaikat menyertai doa-doa para manusia pada malam itu. Karena malam tersebut sangat mulia. Maka menjadi wajar jika Muslimin di malam Lailatul Qadar ini memperbanyak amal ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah. Karena Lailatul Qadar adalah malam yang mulia.

Terakhir, kata as-Salam dalam ayat ke-5 menurut para ahli tafsir bermakna kesejahteraan dalam segala urusan. Kesejahteraan ini akan terasa hingga terbitnya fajar (hatta mathla’il fajr).

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *