Satu Islam Untuk Semua

Monday, 20 March 2023

Syukur dan Sukacita Menyambut Ramadhan


islamindonesia.id – Menyambut dengan sukacita atau gembira dan bersyukur dengan datangnya bulan suci Ramadhan adalah amrun ilahi, perintah Allah, sebuah amal yang sangat dianjurkan. Sambutan gembira itu kita ekspresikan dengan Men-tarhib Ramadhan dengan ungkapan, “Marhaban Ya Ramadhan” dan semacamnya.

Kata “tarhib” dalam bahasa Arab berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban yang berarti ‘melapangkan dada’, ‘menyambut dengan mesra, senang hati dan suka cita.’ Dalam konteks ini, tarhib alias menyambut bahagia kedatangan bulan suci Ramadhan termasuk tuntunan iman yang sejati.

Bagaimana kita tidak berbahagia, bukankah Ramadhan merupakan anugerah, karunia dan rahmat Allah?

Allah SWT memerintahkan kita, para hamba-Nya, untuk berbahagia dengan karunia dan rahmat-Nya, sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dengan itu hendaklah mereka bergembira. Sebab karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan’.” (QS Yunus:58)

Karena itu, Rasulullah s.a.w biasa melakukannya. Bahkan, Nabi s.a.w telah men-tarhib Ramadhan dua bulan sebelumnya. Sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik, ketika memasuki bulan Rajab Nabi s.a.w berdoa: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadhan.” (HR Imam Ahmad dan Ath Thabrani)

Hal ini penting guna menanamkan kerinduan kepada Ramadhan sekaligus sebagai upaya persiapan mental (tahyi’ah nafsiyah), spiritual (tahyi’ah ruhiyah) dan intelektual (tahyi’ah fikriyah).

Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual, puasa Ramadhan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa makna, tanpa pahala dan tidak mampu memberikan pengaruh positif bagi kehidupan.

Perhatikan sabda Nabi s.a.w: “Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja. Berapa banyak orang yang bangun malam (Qiyam Ramadhan), tidak mendapat pahala kecuali hanya begadang/bangun malam.” (HR An-Nasai dan Ibnu Mâjah)

Sebaliknya, dengan persiapan dan perbekalan yang maksimal disertai dengan hati yang gembira akan mampu meraih sukses Ramadhan secara optimal.

Untuk itu, Rasulullah s.a.w mengondisikan umatnya agar gembira dengan menyampaikan khotbah khusus dalam menyambut Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan-keutamaannya.

Beliau s.a.w bersabda: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Barangsiapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi (mendapatkan kebaikan di waktu lain).” (HR. Ahmad dan An-Nasai)

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengomentari hadis ini dengan mengatakan, “Sebagian ulama berkata, bahwa hadis ini adalah dasar pijakan mengucapkan tahniah (ucapan selamat) dengan datangnya bulan Ramadhan” dan saling mendoakan, seperti dengan mengucapkan, “Ramadhan Mubarak atau Ramadhan Karim, Semoga Allah Menerima Amal Ibadah kita semua” dan yang sejenisnya.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *