Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 21 March 2019

Sekilas tentang Puasa Sunah Ayyamul Bidh


islamindonesia.id – Sekilas tentang Puasa Sunah Ayyamul Bidh

Umat Islam saat ini berada di pertengahan bulan Rajab. Tepatnya, saat Maghrib pada Rabu, 20 Maret 2019 kemarin, Rajab masuk tanggal 13. Mulai tanggal tersebut hingga dua hari setelahnya, yaitu 15 Rajab 1440 H atau 23 Maret 2019, umat Islam dianjurkan melaksanakan puasa sunah Ayyamul Bidh. Puasa ini disunahkan untuk dilakukan di tiap bulan, namun ditekankan ketika pada bulan Rajab.

Ayyamul Bidh sendiri adalah sebutan untuk hari 13, 14, dan 15 di tiap bulan. Artinya nama Ayyamul Bidh sendiri adalah ‘hari putih’.

Orang yang menjalankan ayyamul bidh dianggap sama dengan menjalankan puasa sebulan. Sedangkan jika rutin tiap bulan menjalankan puasa sunah ini, maka dianggap sama dengan mengerjakan puasa setahun penuh.

Hal ini seperti disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, “Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang kaulakukan. Karena itu, maka puasa Ayyamul Bidh sama dengan berpuasa setahun penuh.”

Penjelasan Ulama

Badruddin Al ‘Aini Al Hanafi dalam kitab ‘Umdatul Qari’ Syarhu Shahihil Bukhari menjelaskan dinamai Ayyamul Bidh untuk tiga hari di tengah bulan karena terkait kisah Nabi Adam AS. Ketika diturunkan ke bumi, tubuh Nabi Adam hitam legam karena terbakar matahari.

Kemudian Allah menurunkan wahya agar Nabi Adam berpuasa selama tiga hari. Ini agar tubuh Nabi Adam dapat putih dan bercahaya.

“Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarknya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’. Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”

Sedangkan pendapat lain menyatakan pemberian nama ayyamul bidh karena malam-malam di tiga hari tersebut begitu terang. Sinar rembulan memancar keindahan malam.

“Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang).”

Wallahu ‘a’lam.

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *