Satu Islam Untuk Semua

Friday, 30 June 2017

RENUNGAN JUM’AT – Tertundanya Rezeki hingga Kehilangan Orang yang Dicintai


islamindonesia.id – RENUNGAN Jumat – Tertundanya Rezeki hingga Kehilangan Orang yang Dicintai

 

Kebanyakan manusia tidak mampu bersabar atas tiga hal dalam hidupnya, yaitu gagal dalam obsesinya, kehilangan seseorang yang dicintainya, dan menanti rezeki.

Kisah pertemuan Nabi Musa as dengan seorang arif di dalam surah Al-Kahfi merangkai tiga buah peristiwa. Tiga peristiwa itu adalah peristiwa tenggelamnya perahu, terbunuhnya seorang pemuda, dan tidak adanya upah atas perbaikan dinding rumah dua anak yatim. Semua kisah ini merupakan perumpamaan dari Allah yang patut kita jadikan renungan dalam kehidupan.

“Demikian itu adalah takwil (ta’wil) perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” (QS. Al-Kahf [18]: 82)

Pertama, peristiwa tenggelamnya perahu mengibaratkan kegagalan obsesi dalam hidup kita. Boleh jadi kegagalan yang menimpa kita adalah rahasia kesuksesan kita. Dan keselamatan kita dalam suatu urusan justru menghancurkan kesuksesan kita. Jika kita bersabar dalam menghadapi suatu ujian, maka sangat mungkin kita meraih kesuksesan.

“Karena di hadapan mereka ada seorang penguasa yang hendak merampas setiap bahtera.” (QS. Al-Kahf [18]: 79)

Dengan penenggelaman perahu-perahu itu, para pemilik perahu justru selamat dari rencana buruk penguasa lalim yang hendak merampas perahu-perahu mereka.

Kedua, terbunuhnya seorang pemuda mengibaratkan kehilangan seseorang yang kita cintai. Boleh jadi kehilangan atas seseorang yang kita cintai adalah bentuk kasih sayang dari Tuhan kita.

“dan Kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.” (QS. Al-Kahf [18]: 80)

Sedikitnya ada tiga rahmat Allah swt atas peristiwa terbunuhnya pemuda itu. Bagi pemuda itu sendiri, dia akan masuk surga tanpa hisab. Bagi orang tuanya, mereka memperoleh pengganti yang lebih baik dalam bakti terhadap mereka. Bagi masyarakat, mereka aman dari kejahatan sang pemuda yang terbunuh.

Ketiga, tidak adanya upah atas perbaikan rumah dua anak yatim mengibaratkan tertundanya rezeki kita. Hal itu sering terjadi saat tertundanya tugas-tugas kita, tertundanya sebuah perkawinan, atau tertundanya memperoleh keturunan. Boleh jadi semua penundaan itu akan menjadi rahmat dan lebih baik bagi kehidupan kita.

“maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka sampai dewasa dan mengeluarkan harta mereka, sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (QS. Al-Kahf [18]: 82)

Ketiga peristiwa ini sejatinya menjadi cermin dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui ayat-ayat ini, Allah swt mendidik kita bahwa setiap persoalan adalah rahmat dari-Nya. Wallahu a’lam.[]

 

Tom/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *