Satu Islam Untuk Semua

Friday, 06 January 2023

Perhatikan 6 Adab Utama ini dalam Memberi Nasihat


islamindonesia.id – Adab menasihati dalam Islam harus diterapkan agar seseorang yang membutuhkan nasihat tidak merasa terpojok dan disalahkan. Seseorang juga tidak diperbolehkan menasihati dengan cara mempermalukan orang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata nasihat memiliki arti ajaran atau pelajaran baik. Nasihat juga berupa anjuran seperti petunjuk, peringatan, teguran yang baik.

Beberapa orang membutuhkan nasihat untuk setiap permasalahan hidup yang dijalani. Orang-orang yang dianggap dewasa, tokoh masyarakat ataupun tokoh agama kerap diminta untuk memberikan nasihat.

Dalam Islam, nasihat boleh diberikan dengan tujuan untuk memberi masukan yang baik. Setiap umat muslim juga akan senantiasa menasihati dan dinasihati.

Rasulullah s.a.w bersabda: “Agama adalah nasihat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?” Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim)

Adab Menasihati dalam Islam

Berikut ini beberapa adab yang harus dilakukan ketika menasihati orang lain. Nasihat bagi seorang muslim sangatlah penting, karena dengannya akan tercipta hubungan silaturahmi dan persaudaraan yang kuat serta munculnya tradisi saling menjaga dalam kebenaran.

1. Ikhlas karena Allah

Seorang yang ingin menasihati hendaklah memiliki niat semata-semata untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala. Karena amalan kebaikan tidak diterima dan tidak dianggap sebagai amalan shalih kecuali jika dengan niat yang ikhlas.

Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya. (HR. Bukhari-Muslim)

2. Sesuai syariat

Selain niat yang harus ikhlas, cara memberikan nasihat juga harus benar dan sesuai dengan syariat.

Rasulullah s.a.w memberikan tingkatan urutan dalam mengingkari kemungkaran. Beliau bersabda, “Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa ketika tidak mampu untuk mengingkari suatu kemungkaran dengan tangan maka tidak boleh nekat tetap melakukan pengingkaran dengan tangan, walaupun niatnya baik.

Namun berpindah kepada cara selanjutnya yaitu mengingkari dengan lisan. Ini mengisyaratkan wajibnya mengikuti tuntunan syariat dalam mengingkari kemungkaran dan juga dalam memberikan nasihat.

3. Gunakan cara lembut

Ketika seseorang datang dan meminta nasihat maka hendaklah sambut dengan lemah lembut. Seseorang yang hendak memberikan nasihat haruslah memiliki sikap lembut, sensitif, dan beradab di dalam menyampaikan nasihat.

Meskipun orang yang meminta nasihat berada di jalur yang salah, hindari untuk menghardik dan mengungkapkan kalimat yang seolah-olah memojokkan.

Rasulullah s.a.w bersabda, “Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan
memperburuknya. (HR. Muslim)

4. Lakukani secara rahasia

Sebaik-baik nasihat adalah yang dilakukan secara empat mata tanpa diketahui siapa pun, bahkan kalau perlu diberitahukan secara rahasia. Hendaknya memberi nasihat kepada orang lain tidak di hadapan pada orang banyak sehingga tujuan dari nasihat akan tercapai.

Menasihati seseorang di tengah keramaian juga akan membuat orang tersebut merasa dipermalukan.

Imam Asy Syafi’i berkata: “Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti.”

5. Jangan memaksa agar nasihat diterima

Salah satu kewajiban seorang muslim adalah menasihati saudaranya tatkala melakukan keburukan. Sementara seorang pemberi nasihat hanyalah sebagai orang yang menunjukkan jalan, bukan memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya.

Ketika memberikan nasihat kepada seseorang, jangan pernah memaksa orang tersebut menerima nasihat secara langsung. Dalam memberikan nasihat diperlukan hati yang lapang bila nasihat yang telah diucapkan ternyata tidak diindahkan oleh orang tersebut.

6. Carilah waktu yang tepat

Setiap orang tidak selalu dalam keadaan siap untuk menerima nasihat, terkadang ada kondisi jiwanya sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang menghalanginya untuk merenungi atau bahkan menolak nasihat tersebut. Pemilihan waktu yang tepat ini sekaligus menjadi penentu seseorang menerima nasihat.

Ibnu Mas’ud pernah bertutur: “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.”

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *