Satu Islam Untuk Semua

Monday, 04 July 2022

Penghina Manusia adalah Sehina-hinanya Manusia


islamindonesia.id – “Sehina-hinanya manusia adalah yang menghina manusia lain.” Begitu sabda Rasulullah s.a.w.

Itulah sebabnya kita dilarang merendahkan dan menghina orang lain apalagi terhadap sesama Muslim. Karena setiap Muslim itu adalah saudara. Dan setiap Muslim mempunyai tanggung jawab untuk saling menjaga kehormatan, keamanan, dan keselamatan saudara Muslim lainnya. Belum lagi karena boleh jadi orang yang dihina, diremehkan itu justru memiliki ketakwaan yang tinggi di sisi Allah. Sehingga membuat si penghina, pada saat bersamaan juga ibarat menjadi musuh Allah, lantaran menghina hamba-Nya yang bertakwa.

Bila ada manusia atau seorang Muslim yang meremehkan, merendahkan, menghina manusia atau saudara Muslim lainnya, maka sejatinya perbuatan itu sudah menggolongkannya pada orang yang berbuat kejahatan sehingga menjatuhkannya pada predikat manusia yang hina dan zalim.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.“ (QS. Al Hujurat:11)

Dalam ayat ini Allah memanggil hambanya yang beriman dengan panggilan (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ), yang merupakan sebaik-baik panggilan Allah terhadap hamba-hamba-Nya.

Setiap ayat Allah yang didahului dengan panggilan kepada hamba-Nya(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) menunjukkan bahwa sesudahnya Allah akan menyampaikan sesuatu yang penting. Sebagaimana ucapan sahabat Abdullah bin ‘Abbas r.a, “ Jika engkau mendengar Allah berfirman (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) maka dengarkanlah dengan baik-baik. Karena di situ terdapat kebaikan yang Allah perintahkan atau kejelekan yang dilarang oleh Allah.” (Dinukil dari Nidaa-atu Ar Rahman li Ahlil Iman)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Allah SWT melarang dari perbuatan sikhriyyah terhadap manusia, yaitu sikap merendahkan orang lain dan menghina mereka.

Hal ini sebagaimana terdapat pula dalam hadis Nabi tatkala beliau bersabda, “Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” Maksudnya adalah menghina dan menganggap orang lain lebih rendah, dan ini adalah perbuatan haram. Karena sekali lagi, boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih Allah cintai.

Syaikh Abdurrahman As Sa’di mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang Mukmin dengan Mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata-kata maupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama Muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri.”

Perlu diketahui bahwa larangan ini bersifat umum, mencakup celaan terhadap segala hal.

Imam At Thabari menjelaskan, “Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehingga larangan ini mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang Mukmin mencela Mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya.”

Jelaslah bahwa dalam ayat ini Allah mengharamkan perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib bagi seorang Muslim untuk menjauhinya dan mengingatkan orang lain dari dosa ini. Karena bahkan sifat ini merupakan di antara sifat orang munafik dan orang kafir.

Syaikh As Sa’di menjelaskan, “Padahal boleh jadi pihak yang dicela itu justru lebih baik daripada pihak yang mencela. Bahkan inilah realita yang sering terjadi. Mencela hanyalah dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang tercela dan hina serta kosong dari akhlak mulia. Oleh karena itu Nabi s.a.w juga bersabda, “Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama Muslim.” (HR. Muslim)

Mencermati sekelumit penjelasan di atas, patut kiranya diakui bahwa kita memang tidak mengetahui hakikat seseorang. Boleh jadi orang yang dicela itu lebih mulia di sisi Allah, boleh jadi dia lebih banyak amal kebaikannya, boleh jadi dia lebih bertakwa, dan seterusnya.

Ttidak ada juga yang dapat menjamin seseorang akan selalu lebih baik kondisinya dari orang lain. Orang yang tadinya kaya bisa jadi mendadak hilang hartanya. Orang yang punya jabatan tinggi, bisa lengser seketika. Orang yang tadinya mulia kedudukannya, bisa jadi nanti masyarakat merendahkannya. Sehingaa, tidaklah pantas seseorang merasa jemawa, merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga merasa berhak mencela dan merendahkannya.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *