Satu Islam Untuk Semua

Monday, 28 March 2022

Mengapa Kita Dilarang Meremehkan Dosa Kecil?


islamindonesia.id – Setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan dan dosa. Tidak peduli sebaik apa pun dia. Sebab, sudah menjadi fitrah manusia untuk lupa dan melakukan kesalahan. Akan tetapi, Allah memberikan anugerah dan juga pengampunan berupa kesempatan bertaubat.

Taubat memungkinkan seorang hamba untuk kembali menyucikan diri setelah melakukan kesalahan. Taubat juga merupakan bentuk cinta Allah kepada para hamba-Nya. Bahkan Allah menjanjikan pengampunan kepada setiap hamba yang bertaubat. Walau dosa yang dimilikinya sangat besar sekalipun.

Meski setiap taubat pasti diterima dan setiap dosa pasti diampuni, bukan berarti seorang hamba bisa merasa bebas berbuat dosa.

Di samping itu, Anda mungkin saja berpikir, kalau Allah bisa mengampuni dosa besar, Allah pasti mau memaafkan dosa kecil. Namun, faktanya tidak seperti itu. Perkara dosa bukanlah sesuatu yang bisa digampangkan. Bahkan dosa kecil sekalipun bisa menjadi dosa besar jika disepelekan.

Lalu mengapa dosa kecil tidak boleh dianggap enteng atau diremehkan? Berikut ini penjelasannya.

Setan selalu punya cara untuk menipu manusia. Sesuatu yang kita anggap remeh biasanya digunakan setan sebagai gerbang utama untuk menggoda manusia. Manusia kerap kalap meremehkan suatu perbuatan, menganggapnya hal sepele sehingga tanpa sadar dia telah menganggap kesalahan tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Bahkan meremehkan dosa kecil yang dilakukan oleh dirinya sendiri, meskipun dia tahu bahwa di telah melakukan perbuatan yang salah.

Rasulullah sendiri telah mengingatkan kepada kita bahwa setan sangat menyukai hal-hal kecil yang diremehkan manusia. Sebab itulah, Ali bin Abi Thalib menuturkan dalam Hikam Ali Ibn Abi Thalib: “Dosa yang paling berat adalah dosa yang dianggap enteng oleh pelakunya.”

Manusia sering meremehkan dosa kecil yang dilakukannya, padahal dosa kecil bisa berbalik menjadi penghancur dirinya sendiri. Sebab, dosa-dosa kecil bisa terkumpul dengan dosa-dosa kecil lainnya.

Imam Ghazali dalam Faidhul Qadir menyebutkan bahwa dosa-dosa kecil itu akan saling tarik menarik, dan akhirnya sangat bisa menghancurkan keimanan di dalam diri seorang Muslim.

Ketika seseorang mulai mewajarkan satu perbuatan salah, maka tidak menutup kemungkinan dia juga akan mewajarkan perilaku salah yang lainnya. Ini akan menjadi efek domino yang berkelanjutan, terjebak dalam lingkaran dosa yang karena sudah terlalu nyaman dan biasa, maka enggan untuk beranjak.

Oleh sebab itu, para ulama terdahulu sudah mewaspadai bahaya dosa-dosa kecil dan besar. Mereka sangat menjauhinya, bahkan menganggap dosa-dosa kecil sebagai dosa besar. Ini sebagai suatu cara untuk melindungi diri mereka dari kelalaian.

Imam Ghazali juga menjelaskan bahwa dosa kecil akan menjadi besar karena manusia menganggap kecil dosa tersebut atau karena dilakukan secara terus-menerus. Apabila ada seorang Muslim yang menganggap dosa kecil sebagai dosa besar, maka dosa tersebut menjadi kecil di hadapan Allah. Pun sebaliknya, bila ada seorang Muslim menganggap dosa kecil sebagai dosa kecil maka akan dianggap besar di hadapan Allah.

Orang-orang yang menganggap semua dosa sebagai dosa besar muncul karena adanya penolakan di dalam hati untuk melakukannya. Mereka terbiasa dengan menjaga tubuhnya dari segala hal yang mengakibatkan murka Allah kepadanya.

Maka, agar tidak menjadi orang yang terus menanggung dosa berat hanya karena meremehkan dosa kecil, kita perlu untuk terus bermuhasabah tentang kesalahan-kesalahan apa saja yang sudah kita perbuat. Kita mesti lebih berhati-hati dalam bertindak. Apabila sudah terlanjur melakukan dosa, maka seorang Muslim hendaknya bersegera memohon ampunan kepada-Nya. Percaya bahwa pintu ampunan Allah SWT selalu terbuka lebar bagi hamba-hamba yang bertaubat dan menyesal atas kesalahan yang telah diperbuat.

Dinukil dalam sebuah riwayat hadis dalam Al Kabir menuturkan bahwa malaikat akan memberi kesempatan bagi orang yang melakukan dosa selama enam jam pertama untuk memohon ampun kepada Allah dan belum mencatat perbuatan dosa tersebut. Tetapi, jika dalam enam jam tersebut ia tetap lalai dan tidak meminta ampunan kepada-Nya, maka malaikat bersegera untuk mencatatnya.

“Sesungguhnya malaikat yang berada di sebelah kiri mengangkat pena (tidak mencatat) selama enam jam ketika seorang hamba Muslim melakukan dosa. Jika ia menyesali perbuatannya dan meminta ampunan Allah, maka dilepaslah pena itu, namun jika tidak demikian, maka akan dicatat satu dosa.” (HR. Thabrani)

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *