Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 11 May 2022

Mengapa Islam Melarang Kita Berputus Asa? Berikut ini 3 Bahaya Utamanya


islamindonesia.id – Setiap orang pada suatu waktu bisa saja mengalami masalah yang terasa begitu berat dan sulit menemukan jalan keluarnya, hingga menyebabkan putus asa.

Putus asa adalah emosi atau perasaan yang ditandai dengan kurangnya harapan, optimisme, dan gairah. Seseorang yang mengalami kondisi ini seringkali tidak memiliki harapan dalam hidup, atau sudah menyerah dengan keyakinannya untuk berubah menjadi lebih baik atau sukses di masa depan.

Adapun emosi ini dapat memengaruhi cara seseorang memandang diri sendiri, orang lain, atau bahkan dunia. Ini pun bisa berpengaruh signifikan pada perilakunya karena pandangan negatifnya tersebut.

Sebagai gambaran, ketika seseorang merasa putus asa dan berpikir tidak punya masa depan, ia enggan untuk melakukan apa pun yang bisa keluar dari kondisinya tersebut dan percaya bahwa tidak ada orang lain yang bisa membantunya. Ia pun kehilangan minat pada objek, aktivitas, peristiwa, atau orang penting di sekitarnya.

Sebaliknya, jika seseorang menemukan jalan menuju masa depan yang cerah, harapan mulai tumbuh dan berkembang, dan ia pun berupaya untuk mencapai masa depannya.

Begitulah, putus asa memang merupakan salah satu kondisi yang bisa saja dialami oleh siapa pun di dunia ini. Namun ketahuilah bahwa putus asa sebenarnya tergantung dari diri kita sendiri. Dengan kata lain, sebenarnya kita dapat menghilangkan putus asa dari dalam diri kita. Kuncinya pun sederhana, yaitu dengan cara selalu berusaha dan berdoa kepada Allah SWT, entah sesulit atau serumit apa pun masalah yang sedang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa demikian? Karena kebanyakan orang-orang yang mengalami putus asa setidaknya disebabkan oleh dua hal pokok ini:

1. Ketika ia ditimpa musibah dalam hal dunia, seperti sakit, gagal dalam pekerjaan, dan berbagai cobaan lainnya yang tak lain merupakan ujian dari Allah SWT dalam kehidupan.

2. Ketika ia terjerumus ke dalam dosa-dosa yang membinasakan. Artinya ia sudah terbiasa melakukan maksiat-maksiat yang di luar batas sehingga menimbulkan anggapan bahwa dosanya akan sulit diampuni oleh Allah SWT. Padahal sebagaimana kita tahu bahwa Allah SWT adalah Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengampun. Sebesar atau seberat apa pun dosa kita, selama kita mau berusaha bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat (taubat nashuha), maka niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa tersebut.

Itulah kedua hal pokok yang seringkali dialami kebanyakan orang sehingga mereka mengalami putus asa. Padahal kita tahu bahwa sebenarnya putus asa itu dilarang dalam ajaran Islam. Hal ini dikarenakan sikap putus asa justru akan menimbulkan bahaya apabila dibiarkan terus-menerus tumbuh di dalam diri seseorang.

Sebagaima firman Allah SWT dalam Surah Al Hijr ayat 56 dan Az Zumar ayat 53 berikut.

“Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (QS. Al Hijr:56)

“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (QS. Az Zumar:53)

Dari kedua ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah melarang kita untuk berputus asa, karena sesungguhnya putus asa itu hanya dilakukan orang-orang sesat. Jadi, sebagai orang Islam kita harusnya tidaklah berputus asa karena kita bukan termasuk orang-orang yang tersesat selama masih mengaku Islam dan beriman kepada Allah SWT serta Rasul-Nya, Muhammad s.a.w.

Lalu apa saja bahaya dari rasa putus asa tersebut bagi pengidapnya? Berikut tiga di antaranya.

1. Lupa terhadap Kebaikan Tuhan

Bahaya putus asa yang pertama ialah membuat kita lupa terhadap kebaikan yang telah diberikan Tuhan, Allah SWT. Hal ini sebagaimana tersirat dari makna salah satu firman Allah SWT dalam Alquran:

“Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.” (QS. Ar Ruum:36)

Dari ayat tersebut dapat kita ambil sebuah ibarah (pelajaran) bahwa sikap putus asa membuat kita lupa kepada kebaikan yang pernah diberikan Allah SWT kepada kita di saat senang (gembira). Lalu di saat kita tertimpa musibah, kita menjadi lupa terhadap kebaikan tersebut karena tertutupi oleh sikap putus asa. Dalam Islam, istilah lupa kebaikan atau nikmat biasanya disebut dengan “kufur nikmat”.

2. Rugi Dunia dan Akhirat

Bahaya putus asa yang kedua ialah menjadikan kita termasuk orang-orang yang merugi, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini sebagaimana tercantum dalam salah satu firman Allah SWT dalam Alquran:

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al Hajj:11)

Dari ayat tersebut jelas dikatakan bahwa orang yang ditimpa musibah dan berpaling ke belakang, maka ia akan rugi di dunia dan akhirat, dan kerugian itu adalah kerugian yang nyata. Sebagaimana dapat kita maknai bahwa orang yang ditimpa musibah dan berpaling ke belakang berarti menandakan kalau ia adalah orang yang putus asa karena justru semakin lupa kepada Allah SWT.

3. Sama Derajatnya dengan Kaum Kafir

Bahaya putus asa yang ketiga ialah menjadikan kita memiliki derajat yang sama dengan kaum kafir. Hal ini sebagaimana tercantum dalam salah satu firman Allah SWT dalam Alquran:

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya; dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf:87)

Ayat tersebut merupakan cerita Nabi Yaqub a.s yang mewasiatkan kepada anak-anaknya ketika sedang ikhtiar (berusaha). Dari ayat tersebut kita dapat mengambil ibarah (pelajaran) bahwa saat kita berusaha terhadap segala sesuatu, maka janganlah berputus asa atas rahmat Allah SWT. Karena keputusasaan itu hanyalah milik orang kafir, sehingga apabila kita berputus asa, maka kita sebanding dengan orang kafir.

Itulah tiga bahaya pokok apabila kita berputus asa di dunia, terlebih berputus asa atas rahmat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Padahal apabila kita memang mengaku Islam dan beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad s.a.w, maka tidak seharusnya kita berputus asa. Karena putus asa itu dilarang dalam ajaran Islam.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *