Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 26 July 2023

Mengapa Cinta Dunia disebut Pangkal Segala Bencana


islamindonesia.id – Rasulullah Muhammad s.a.w telah memperingatkan kepada umatnya tentang potensi munculnya satu penyakit atau sikap tak terpuji yang disebut dengan cinta dunia. Yakni sikap cinta pada kehidupan dunia melebihi kecenderungan pada kehidupan akhirat. Inilah sumber keburukan dan maksiat. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat melemahkan dan menggerus keimanan seseorang kepada Allah dan menimbulkan mudharat atau bahaya yang besar di dalam kehidupan sosial.

Cinta dunia membuat seseorang kehilangan akal sehat sehingga akan melakukan apa pun demi untuk mendapatkan semua keinginannya. Seperti kondisi maraknya praktik korupsi di berbagai lapisan dan sektor di negeri kita ini juga tidak lepas dari faktor cinta dunia.

Dalam salah satu hadis Nabi s.a.w menegaskan bahwa cinta dunia merupakan pangkal segala kesalahan. Dalam hadis yang lain beliau bersabda: “Wallahi bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa kalian, akan tetapi aku justru khawatir jika dunia ini sudah dibentangkan untuk kalian, sebagaimana ia telah dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian semua berebut sebagaimana mereka saling berebut dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.”

Jika demikian, apakah berarti kita sama sekali tidak boleh memiliki sikap cinta dunia, padahal kita hidup di dunia dan tentu saja butuh hal-hal duniawi untuk hidup?

Imam Al Ghazali dalam kitabnya menjelaskan bahwa tidak semua yang ada di dunia ini berarti duniawi. Menurutnya, segala sesuatu yang dilakukan karena Allah maka tidak bisa disebut semata urusan duniawi. Sebaliknya, setiap yang dilakukan bukan karena Allah maka itulah urusan duniawi.

Lantas mengapacinta duniabisa merusak hidup seseorang?

Al Baihaqi dalam kitab Syu’ab Al Iman meriwayatkan bahwa cinta dunia adalah biang semua kesalahan.  

Cinta dunia yang sudah membutakan hati mendorong seseorang berani korupsi, merampok, berjudi, dan melakukan kemaksiatan lainnya.

Imam Ali bin Abi Thalib dalam Nahj Al-Balaghah menyebutkan: “Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan.”

Allah SWT juga menimpakan berbagai musibah kepada suatu kaum jika cinta dunia mendominasi relung hati mereka.

Rasulullah s.a.w bersabda: “Umatku akan selalu dalam kebaikan selama tidak muncul cinta dunia kepada para ulama fasik, qari yang bodoh, dan para penguasa. Bila hal itu telah muncul, aku khawatir Allah akan menyiksa mereka secara menyeluruh.”

Mengapa cinta dunia disebut sebagai pangkal semua bentuk dosa dan kesalahan serta merusak keberagamaan seseorang? Ini bisa ditinjau dari beberapa aspek.

Pertama, mencintai dunia yang berlebihan akan menimbulkan sikap mengagungkannya. Padahal, dunia di hadapan Allah sangat rendah. Mengagungkan apa yang dianggap hina oleh Allah termasuk dosa besar.

Kedua, Allah melaknat dunia dan membencinya, kecuali dunia yang digunakan untuk kepentingan agama-Nya. Maka, aiapa saja mencintai sesuatu yang dilaknat Allah, dia dibenci Allah dan diuji-Nya. Ad Daylami meriwayatkan hadis yang menyatakan bahwa dosa besar yang paling besar adalah cinta dunia. 

Ketiga, kalau seseorang cinta dunia berlebihan, dunia jadi sasaran akhir hidupnya. Sehingga, orang itu akan menjadikan akhirat sebagai sarana mendapatkan dunia. Seharusnya, dunia ini dijadikan wasilah untuk menanam investasi akhirat.

Keempat, mencintai dunia akan menghalangi seseorang dari urusan akhirat. Selain itu, menghalangi mereka dari keimanan dan syariat. Cinta dunia bisa merintangi mereka menjalankan kewajiban atau minimal malas berbuat kebajikan. 

Kelima, mencintai dunia mendorong kita menjadikan dunia sebagai orientasi hidup.

Keenam, pencinta dunia disiksa berat dalam tiga tahapan. Di dunia tersiksa dengan berbagai kepayahan dalam mencarinya, di alam kubur merasa sengsara karena harta dunia yang telah dicarinya tidak dibawa ke alam barzah, dan di alam akhirat, dia akan menjumpai kesusahan berat saat dihisab.

Siksa inilah yang ditegaskan dalam Al-Qur’an surah at Taubah ayat 55: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.”  

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *