Satu Islam Untuk Semua

Friday, 28 September 2018

Memahami Makna Rezeki dalam Pandangan Islam


islamindonesia.id – Memahami Makna Rezeki dalam Pandangan Islam

 

Alkisah, seorang fakir miskin yang sedang melewati perkampungan di Madinah dan sering melihat banyak orang makan daging, merasa sedih mengingat nasibnya sendiri yang jarang makan daging. Dia pun pulang ke rumahnya dengan hati jengkel.

Sesampainya di rumah, istrinya menyuguhkan kedelai rebus. Merasa bosan disuguhi kedelai, dengan hati terpaksa dia memakan kedelai itu seraya membuang kupasan kulitnya ke luar jendela sambil berkata kepada istrinya, “Bagaimana hidup kita ini? Orang-orang makan daging, kita masih saja makan kedelai..!?”

Tak lama kemudian, dia keluar ke jalan di pinggir rumahnya. Alangkah terkejutnya, dia melihat seorang lelaki tua duduk di bawah jendela rumahnya, sambil memungut kulit-kulit kedelai yang tadi ia buang dan memakannya seraya bergumam, “Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala, yang telah memberiku rezeki tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga.”

Mendengar ucapan lelaki tua itu, dia menitikkan air mata seraya berbisik lirih, “Sejak detik ini, aku rela dengan apapun yang Engkau berikan Yaa Allah…”

***

Dari kisah singkat di atas, kita patut mengingat petuah bijak bahwa rezeki itu yang penting mengalir, besar kecil yang penting ada alirannya. Jangan berharap selalu mengalir seperti banjir, karena bagi mereka yang tak bisa berenang maka bisa-bisa justru membuatnya bakal tenggelam. Artinya, bagi mereka yang tak mampu mengelola dan pandai bersyukur, rezeki berlimpah justru akan membahayakan dirinya. Bagi mereka yang tak pandai bersyukur, akan ditanyakan, “Sampai kapan engkau akan terus sibuk dengan kelezatan, sedangkan engkau akan ditanya tentang semua yang kau lakukan?”

Berkata Sayidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, “Barang siapa perhatiannya hanya pada apa yang masuk ke dalam perutnya, maka nilai orang itu tidak lebih dari apa yang keluar dari perutnya..”

Bagi kita yang selama ini menyangka bahwa rezeki itu hanya berwujud uang, banyak job, urusan kerjaan lancar, banyak tabungan, punya banyak asset disana-sini, atau dengan kata lain menganggap rezeki hanya terbatas pada harta benda semata, maka sudah saatnya mencari tahu apa sebenarnya makna rezeki dalam Islam sesuai yang tertera dalam Al-Quran dan hadis Nabi. Yakni yang menyatakan bahwa:

Langkah kaki yang dimudahkan untuk hadir ke majelis ilmu, itu adalah rezeki.

Langkah kaki yang dimudahkan untuk shalat berjamaah di masjid, itu pun rezeki.

Hati yang Allah jaga jauh dari iri, dengki, dan kebencian, juga termasuk rezeki.

Punya teman-teman yg saleh dan saling mengingatkan dalam kebaikan, itu juga rezeki.

Saat keadaan sulit penuh keterbatasan, sejatinya juga rezeki. Karena mungkin saja jika dalam keadaan sebaliknya, justru akan membuat kita kufur, sombong, bahkan lupa diri.

Punya orang tua yang sakit-sakitan, adalah rezeki, karena itu merupakan ladang amal pembuka pintu surga.

Tubuh yang sehat, adalah rezeki. Bahkan saat diuji dengan sakit, itu juga bentuk lain dari rezeki karena sakit adalah penggugur dosa.

Selain list di atas, mungkin masih banyak bentuk-bentuk lain dari rezeki yang tidak kita sadari.

Namun sebenarnya ada satu hal yang harus kita waspadai. Yakni ketika hidup kita serba berkecukupan, penuh dengan kemudahan dan kebahagiaan, sementara begitu banyak hak Allah yang tidak kita tunaikan, maka sesungguhnya itu semua adalah istidraj. Yakni nikmat duniawi yang Allah berikan sebagai bentuk ujian atau jebakan, sebagai semacam penundaan atas segala bentuk azab-Nya.

Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda:  “Bila kamu melihat Allah memberi kepada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad)

Sabda Rasulullah di atas sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-An’am ayat 44: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” 

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *