Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 13 April 2023

Memahami Makna Ikhlas, Mukhlis dan Mukhlas


islamindonesia.id – Selama Ramadhan, banyak sifat manusia yang bisa diasah. Salah satunya ialah sifat ikhlas.

Sifat itu terdapat pada seseorang bukan karena tanggung jawab kepada orang lain, atasan, pimpinan, atau jabatan, melainkan karena Allah SWT semata.

Ketika Ramadhan, seseorang akan lebih terasah rasa ikhlasnya, kesadarannya, bahwa puasa mereka lakukan hanya untuk Allah SWT semata. Dalam sebuah Hadis Qudsi dituliskan bahwa setiap amal perbuatan untuk manusia kecuali berpuasa hanya untuk Allah. Hal itu karena pada hakikatnya puasa menjadi hubungan hanya antara individu dan Allah SWT.

Seperti diketahui, pada dasarnya manusia itu rusak, kecuali yang berilmu. Orang-orang yang memiliki ilmu akan rusak bila tidak mengamalkan ilmu mereka. Bahkan, orang yang mengamalkan ilmu pun akan rusak kecuali mereka ikhlas dalam melakukannya.

Lebih lagi, orang yang ikhlas pun terkadang juga akan diganggu rasa ingin mendapatkan balas budi.

Dalam kehidupan, terkadang manusia sulit untuk menerima kenyataan pahit, namun dituntut untuk ikhlas atas semua yang telah terjadi. Namun, tidak semua orang dapat menerima kenyataan yang sulit dengan penuh keikhlasan.

Islam mengajarkan umatnya untuk menerima kenyataan apa pun bentuknya dengan lapang dada dan ikhlas. Dikutip dari buku Ikhlas Beramal untuk Hidup Berkualitas oleh Ibnu Muhajir, ikhlas memiliki arti jernih, bersih, dan suci dari campuran dan pencemaran.

Di dalam Al-Qur’an terdapat dua kata yang berhubungan dengan ikhlas, yakni mukhlis dan mukhlas. Lantas, apa arti mukhlis dan mukhlas?

Makna Mukhlis dan Mukhlas

Mengutip laman Muhammadiyah Online, kata mukhlis merupakan bentuk isim fail dari kata akhlasha– yukhlishu–ikhlaashan–mukhlishun, yang artinya orang yang ikhlas. Kata mukhlis diambil dari kata khalasha yang artinya bersih.

Berdasarkan buku Allah Senantiasa Menjagamu oleh Nurhasan, mukhlis artinya orang yang berusaha untuk berbuat ikhlas. Sedangkan, mukhlas adalah orang yang dianugerahi sifat ikhlas oleh Allah SWT. Mukhlas merupakan tingkatan tertinggi manusia yang ikhlas.

Orang yang mukhlis selalu menjaga setiap amal perbuatan yang dilakukannya murni untuk mendapatkan ridha Allah. Tidak sedikitpun memiliki harapan untuk mendapatkan pujian atau balasan selain dari Allah SWT.

Hal ini sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT: Katakanlah: “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam.” (QS. al-An’aam:162)

Setiap umat Muslim yang ingin memiliki sifat mukhlis harus punya modal dasar penting berupa tauhid uluhiyyah yang benar. Fondasi utama sikap ikhlas adalah bertauhid kepada Allah dengan bersih dan murni. Oleh karena itu, seorang Muslim akan sulit menjadi mukhlis apabila belum memiliki dasar-dasar bertauhid yang benar.

Jadi, pada ikhlas terdapat dua jenis; ada mukhlis dan ada mukhlas. Mukhlis merupakan orang yang sadar bahwa dia berbuat baik dan ikhlas. Ikhlas pada mukhlis itu kadang kala masih bisa “bocor”.

Sementara itu, mukhlas ialah orang yang berbuat segalanya hanya karena dan kepada Allah. Kedua jenis ikhlas tersebut bagus. Namun, mukhlas ialah yang terbaik dan ini perlu dilatih.

Apa yang bisa kita latih dengan ibadah berpuasa? Yaitu kemukhlasan. Kalau sudah ikhlas yang mukhlas, hidup seseorang tidak akan terasa susah. Dalam menjalankan hidupnya, dia akan berbuat dan berusaha dengan sungguh-sungguh dan tawakal menyerahkan apa pun hasilnya hanya semata kepada Allah SWT.

Manfaat Memiliki Pribadi yang Mukhlis

  • Seseorang dengan kepribadian yang mukhlis tidak akan pernah merasa sombong ketika berhasil. Seorang yang memiliki pribadi mukhlis sadar bahwa keberhasilan yang diperolehnya hanyalah pemberian dari Allah SWT.
  • Saat mengalami gagal dalam usahanya, ia tidak akan putus asa.
  • Seorang yang memiliki sifat mukhlis akan menyadari bahwa kegagalan itu adalah kehendak Allah SWT. Dalam setiap kegagalan pasti terdapat hikmah kebaikan bagi dirinya.
  • Tidak lupa diri saat menerima pujian. Seorang yang memiliki pribadi mukhlis merasa bahwa pujian yang diharapkan hanyalah dari Allah SWT.
  • Seorang hamba yang mukhlis akan selalu bersemangat dalam beramal.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *