Satu Islam Untuk Semua

Friday, 29 April 2022

Makna Persaudaraan dan Solidaritas dalam Islam


islamindonesia.id – Rasulullah s.a.w bersabda, “Orang Islam itu saudara orang Islam. Ia tidak menganiayanya dan tidak pula membiarkannya teraniaya. Siapa yang menolong keperluan saudaranya, Allah akan menolong keperluannya pula. Siapa yang menghilangkan kesusahan orang Islam, Allah akan menghilangkan kesusahannya di Hari Kiamat. Siapa yang menutup rahasia orang Islam, Allah akan menutup rahasianya di Hari Kiamat nanti.” (HR Bukhari)

Persaudaraan Islam adalah persaudaraan lahir-batin, persaudaraan sejati. Persaudaraan yang didasari oleh iman. Allah SWT memastikan hanya orang-orang Mukmin yang bersaudara.

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat:10)

Iman kepada Islam itulah yang membuat kaum Aus dan Khazraj yang bermusuhan ratusan tahun itu menjadi bersaudara.

“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran:103)

Mereka menjadi satu umat yang solid dan kuat. Mereka siap menolong Rasul dan risalahnya, kaum Anshar.

Iman dan Islam telah membuat kaum Muslimin bersaudara dalam arti sesungguhnya. Bukan sekadar retorika, tetapi persaudaraan nyata, sebagaimana yang diamanatkan dalam hadis tersebut di atas. Ketika kaum Muhajirin baru berhijrah dari Makkah ke Madinah dan memulai hidup baru, dari nol kembali, Rasulullah s.a.w mempersaudarakan kaum Muslimin tiap dua dari mereka.

Kaum Anshar yang dipersaudarakan dengan saudara barunya dari Makkah itu secara ikhlas menolong saudaranya. Mereka ditunjukkan kepada tempat pekerjaannya masing-masing. Mereka menolong para pendatang dan berserikat dalam mendapatkan rezeki.

Tatkala Nabi dan pasukannya mendapatkan rampasan harta dari Yahudi Bani Nadir, para sahabat Anshar mempertanyakan kebijakan hanya membagi harta itu kepada seluruh kaum Muhajirin, tidak kepada kaum Anshar kecuali hanya kepada dua orang fakir di antara mereka, yaitu Abu Dujanah dan Sahal bin Hunaif.

Nabi menjawab, “Jika kalian mau, bagikan saja rumah-rumah dan harta kalian kepada kaum Muhajirin, lalu kalian bisa ambil bagian dalam harta rampasan ini atau kalian tidak usah membagi harta dan rumah kalian, dan kami tidak membagi harta rampasan ini kepada kalian.”

Orang-orang Anshar itu berkata, “Justru kami ingin membagi rumah dan harta kami untuk saudara-saudara kami dan kami lebih mengutamakan mereka untuk mendapatkan harta rampasan itu.”

Pantaslah Allah mengabadikan sikap mereka dalam firman-Nya, “Dan mereka mengutamakan [orang-orag Muhajirin] atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka sangat memerlukan.” (QS Al-Hasyr: 9)

Sungguh hari ini kaum Muslimin di beberapa negara, seperti Palestina, Yaman, Irak, India, Pakistan, dan di banyak belahan dunia lainnya tengah mengalami penindasan luar biasa dari musuh-musuh Islam yang zalim dan arogan, maka solidaritas ala kaum Anshar itulah yang diperlukan.

Kita tidak boleh membiarkan kaum Muslimin itu tertindas, dijajah, dan dianiaya, sementara kita tidak berbuat apa-apa untuk membantu mereka.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *