Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 14 June 2023

Kriteria dan Kemuliaan Pemimpin yang Adil


islamindonesia.id – Rasulullah s.a.w bersabda: “Ketahuilah..! Setiap diri kamu adalah pemimpin, dan kamu masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang isteri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Ingatlah…! Setiap diri kamu adalah pemimpin dan kamu masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)

Di zaman sekarang ini, mencari pemimpin yang adil bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Banyak orang yang mau menjadi pemimpin. Mulai dari kepala desa, bupati, gubernur, bahkan menjadi presiden. Begitu banyak orang saling berburu untuk menempati kursi kepemimpinan tersebut.

Akan tetapi, banyak orang yang ketika sudah menjadi pemimpin, mereka malah bertindak seenaknya sendiri. Mereka seringkali tidak mempedulikan nasib rakyat yang dipimpinnya. Bahkan mereka lebih banyak sibuk memikirkan masalah duniawi semata, seperti harta, pangkat, kedudukan, dan urusan pribadinya tanpa sedikitpun merasa bahwa di pundaknya terdapat beban berat serta tanggung jawab yang harus dipikul, yaitu kesejahteraan rakyatnya.

Menjadi pemimpin yang adil, sangatlah berat. Karena seorang pemimpin itu harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap apa pun dan siapa pun yang dipimpinnya.

Di dalam sejarah Islam, sosok pemimpin yang adil telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Kita dapat melihat dan mengetahui dari berbagai macam sirah nabawiyah bagaimana beliau memimpin umat yang pada saat itu sangatlah beragam. Bukan hanya berbeda agama, tapi juga berbeda kebudayaan dan adat. Namun dengan kondisi yang seperti itu, Nabi Muhammad s.a.w mampu menjadi sosok pemimpin yang bisa merangkul umat dari segala aspek dengan sifat al-amin yang disandangnya.

Balasan bagi pemimpin yang adil

Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa salah satu dari tujuh golongan yang mendapat naungan Allah SWT di hari ketika tidak ada naungan adalah pemimpin yang adil. (HR. Bukhari-Muslim)

Di hadis yang lain Nabi Muhammad s.a.w bersabda: ”Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah Azza wajalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka dia akan mendapatkan akibatnya.”

Lalu apa balasan bagi seorang pemimpin yang adil? 

Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak di sisi Allah ditempatkan di atas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap keluarga, dan apa saja yang dikuasakan kepadanya.” (HR. Muslim)

Dari sejumlah hadis di atas sudah jelas bahwa menjadi seorang pemimpin itu adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya, dan balasan bagi pemimpin yang adil adalah kemuliaan di sisi Allah SWT. Sebaliknya, bagi pemimpin yang tidak adil hanya kemurkaan Allah SWT yang akan didapatkannya.

Abul Hasan Al-Mawardi dalam bukunya Al-Ahkam As-Sulthaniyah menegaskan bahwa mengangkat dan menegakkan kepemimpinan merupakan kewajiban agama yang bersifat kifa’i yang menuntut keterlibatan semua pihak untuk merealisasikan kepemimpian yang benar sesuai dengan panduan Islam dan memberi kemaslahatan serta kesejahteraan bagi seluruh komponen umat.

Kewajiban menegakkan kepemimpinan sama dengan kewajiban jihad dan menuntut ilmu. Jika sudah ada yang memegang tampuk kepemimpinan dari mereka yang layak untuk itu, maka gugurlah kewajiban atas semua umat. Namun jika belum ada, maka kewajiban tetap berlaku atas semua imam sampai terbentuknya kepemimpinan. 

Karena itu, dalam hal inilah peran kita sebagai pemilih sangatlah penting. Imam Al Mawardi membagi gubernur menjadi dua. Pertama, gubernur yang diangkat dengan kewenangan khusus (imarah ‘ala as-shalat). Kedua, gubernur dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (imarah ala as-shalat wal kharaj).

Syarat untuk menjadi gubernur tidak jauh berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawinu tafwidh). Jadi, secara umum syarat menjadi gubernur sama dengan syarat menjadi kepala negara.

Lalu bagaimana sebenarnya kriteria pemimpin yang baik dalam Islam?

1.  Beriman dan beramal saleh

Hal ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin yang beriman, bertakwa, selalu menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tenteram, dan bahagia, baik dunia maupun akhirat. Di samping itu juga, seorang pemimpin harus mampu mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal saleh.

2.  Amanah dan dapat dipercaya

Allah SWT mengisyaratkan untuk mengangkat “pelayan rakyat” yang kuat dan dapat dipercaya (QS. 28: 26). Secara umum, orang dipercaya karena 2 hal, yaitu integritas kepribadiannya, seperti: shiddiq (benar dan jujur), adil, ramah, istiqamah, bertanggung jawab, serta mampu menjadi uswatun hasanah (suri tauladan) bagi semua yang dipimpinnya. Sedangkan dari sisi kemampuannya, seorang pemimpin mesti profesional/ahli dalam mengatur tugas, atau fathanah (cerdas). Pemimpin yang fathanah harus memiliki 3 kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan emosional.

3.  Laki-Laki

Dalam Alquran surah An-Nisaa’ ayat 34 telah diterangkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”

Ayat ini menegaskan bahwa kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum perempuan. Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin bagi perempuan, hakim atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik, sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan tertinggi.

4.  Memiliki rekam jejak atau track record kehidupan yang baik

Ini salah satu hal penting yang tidak bisa kita lupakan. Kita harus mengenal siapa orang yang akan memimpin kita nanti. Karena itu, cari dan galilah sebanyak mungkin informasi tentang para calon pemimpin tersebut, apakah sebelumnya dia adalah orang yang amanah, cerdas, relijius dan tentunya memiliki integritas dalam bermasyarakat, dst.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *