Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 30 July 2015

KISAH – Terkabulnya Doa Tiga Yahudi


lukisan-gua

Rasulullah SAW berkisah pada sahabat-sahabatnya soal tiga orang bani Israil yang sedang bepergian.

Di tengah perjalanan, muncul awan gelap. Hujan pun turun dan mereka berteduh di sebuah gua.

Tiba-tiba, sebuah batu besar bergerak dan menutup mulut gua itu. Mereka pun berada dalam gelap gulita. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain memohon bantuan Allah Swt.

Salah seorang di antara mereka berkata, “Sebaiknya, kita berusaha menjadikan amal perbuatan yang pernah dilakukan secara ikhlas dan murni untuk Allah sebagai perantara dalam berdoa kepada-Nya agar kita dapat keluar dari gua ini.”

Ketiganya sepakat melakukan cara tersebut.

Orang pertama berkata, “Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku memiliki seorang sepupu perempuan yang amat cantik dan aku jatuh cinta padanya. Hingga suatu hari, aku hanya berdua bersamanya. Lalu, aku berhasrat untuk melakukan dosa. Sedangkan dia berkata, ‘Wahai sepupuku, takutlah kepada Allah, jangan kau cemari kesucianku.’ Kemudian, kutahan hawa nafsuku dan tak jadi berbuat dosa. Ya Allah, sekiranya (upaya menahan diri) itu kulakukan secara ikhlas, murni, dan hanya mengharap ridha-Mu, maka selamatkanlah kami semua dari penderitaan ini.”

Tiba-tiba, batu besar itu sedikit bergeser, sehingga gua pun sedikit terang.

“Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku memiliki ayah dan ibu yang telah lanjut usia, yang punggungnya telah bungkuk karena amat tua. Dan aku senantiasa sibuk melayani mereka. Suatu malam, aku datang untuk memberi mereka makan, lalu keluar. Aku lihat mereka berdua tengah tidur. Malam itu, kupegang piring yang berisi makanan itu dari malam hingga pagi; menunggu dan tak membangunkan agar mereka tak terganggu. Ya Allah, sekiranya itu kulakukan sepenuhnya untuk keridhaan-Mu, singkirkanlah batu yang menutupi mulut gua ini dan bebaskanlah kami,” kata orang kedua.

Setelah itu, batu yang menutupi mulut gua bergeser sedikit lagi.

Lalu orang ketiga berkata, “Wahai Yang Mahatahu yang tampak dan yang tersembunyi, Engkau tahu bahwa aku memiliki seorang buruh. Tatkala dia selesai melakukan pekerjaannya, kuberikan dengan segera upahnya. Namun, dia enggan menerimanya dan meminta yang lebih banyak lagi serta pergi meninggalkan saya. Lalu upah itu kubelikan seekor kambing dan kupelihara secara terpisah. Dalam waktu singkat, kambing itu beranak-pinak. Suatu hari, buruh itu datang kembali menemuiku dan meminta upahnya. Lalu, kutunjukkan padanya kambing-kambing yang ada di hadapannya. Dia kira, aku mencemoohnya. Kemudian, kuserahkan seluruh kambing itu padanya dan dia pun pergi. Ya Allah, sekiranya perbuatanku ini kulakukan secara ikhlas dan demi keridhaan-Mu, selamatkanlah kami dari penderitaan ini.”

Saat itu pula, batu itu bergeser secara penuh. Akhirnya, mereka bertiga keluar dari dalam gua dengan penuh rasa bahagia dan melanjutkan perjalanan.

Zainab/Islam Indonesia. Foto: teguh212.weblog.esaunggul.ac.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *