Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 28 October 2015

KISAH – Permintaan Setengah Matang


Sebelum periode kenabian, Rasulullah Muhammad saw pernah melakukan perjalanan ke Thaif, kota yang terletak 100 km dari Kota Makkah. Di kota yang terletak di dataran tinggi itu, Rasul dijamu oleh seorang warga dengan penuh hormat. Perjamuan ini jadi kenangam tersendiri setelah Rasul mendeklarasikan Islam.

Di Thaif, seorang datang ke rumah dimana Muhammad pernah dijamu. Kepada pemilik rumah, orang itu bertanya, “Apakah Anda mengetahui siapakah orang dari Makkah yang dikabarkan diutus Tuhan sebagai nabi?”

“Saya belum tahu, siapa yang Anda maksud itu,” jawab pemilik rumah.

“Ia adalah Muhammad, keponakan Abu Thalib. Apakah Anda tidak mengingat bahwa ia pernah datang ke Thaif dan menjadi tamu di rumah ini?”

Sang pemilik rumah pun mengingat orang yang pernah menjadi tamunya itu. Tidak lama kemudian, ia segara pergi ke Makkah mencari Muhammad.

“Ingatkah Anda siapa saya?” tanya orang Thaif itu ketika berhasil menemui Muhammad

“Siapa Anda…?” Nabi balik bertanya dengan ramah sambil mencoba mengingat wajahnya yang tidak asing.

“Saya adalah orang yang pernah menjamu Anda ketika Anda berada di Thaif.”

“Selamat datang! Sekarang Anda berhak meminta apapun dariku,” kata Nabi menjamu tamunya itu.

“Wahai Nabi Allah, saya minta dua ratus kambing,” pinta orang Thaif itu.

Sang nabi pun meminta kepada salah satu sahabatnya menyiapkan 200 ekor kambing untuk orang yang pernah menjamunya dengan baik itu. Setelah tamunya itu pergi, Muhammad berkata kepada para sahabatnya yang masih terheran-heran melihat apa yang telah diberikan sang nabi pada tamunya itu.

“Sayang, ia hanya meminta sedikit dariku, tidak seperti permintaan wanita tua Bani Israil kepada Nabi Musa,” kata Nabi kepada para sahabatnya.

“Wahai kekasih Allah, bagaimana kisah wanita Bani Israil yang Anda maksud itu?”

“Kisah ini berawal ketika Tuhan memerintahkan Musa memindahkan makam Nabi Yusuf dari Mesir ke dekat kuburan para nabi di Palestina. Karena Musa belum mengetahui makam Yusuf dengan pasti, ia pun bertanya kepada warga Mesir. Sayangnya tidak ada yang mengetahui makam putra Nabi Yaqub itu. Hingga suatu ketika, lelaki tua mendatangi Musa dan berkata, “menurut saya, hanya ada seorang wanita tua yang masih mengingat dimana Yusuf dimakamkan.”

Musa akhirnya menemui nenek yang berusia sangat sepuh itu. Kepada sang wanita tua itu, Musa berkata, “Tunjukkan kepadaku makam Nabi Yusuf dan apapun yang Anda minta akan saya kabulkan.”

“Pada hari kebangkitan kelak, saya ingin bersamamu di surga,” pinta wanita bani Israil itu sebelum menjawab permintaan Musa.

“Sekiranya orang yang pernah menjamuku itu meminta sebagaimana yang diminta wanita tua Bani Israil itu, niscaya akan saya kabulkan,” kata Rasul mengakhiri kisah, sambil menekankan pentingnya mengutamakan akhirat daripada kepentingan dunia.

 

Edy/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *