Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 28 July 2015

KISAH – Permata Kelembutan Hati


Di masa Khalifah Ma’mun, putra Harun Ar Rasyid, hidup seorang ulama terkemuka dari desa Kareh, Baghdad, Irak. Namanya Abdul Mahfudz bin Ma’ruf atau yang dikenal Ma’ruf Karkhi. Di desanya, hidup pula seorang laki-laki yang bermoral bejat. Keberadaanya senantiasa meresahkan penduduk hingga dia dibenci dan dijauhi banyak orang.

Saat menderita sakit keras, tidak ada seorang pun yang mendampinginya kecuali Ma’ruf. Banyak yang mengatakan bahwa hidupnya tidak lama lagi tamat. Penyakitnya yang semakin memburuk membuatnya sering meronta-ranta, meracau dan berteriak. Karena itu, orang lain semakin menjauhinya kecuali Ma’ruf yang tetap bertahan. Malam demi malam dilewati Ma’ruf dengan duduk di samping si sakit. Hingga pada suatu malam Ma’ruf kelelahan dan tertidur di kursi.

Laki-laki yang terbaring sakit itu lalu berbicara tidak karuan ketika melihat Ma’ruf tidur di sampingnya. “Terkutulah keturunanmu!” laki-laki itu meracau di atas pembaringannya. “Tahu apa si rakus yang mabuk dengan kantuknya tentang lelaki yang tak berdaya dan tak dapat memejamkan mata?” lanjutnya.

Ma’ruf yang tidur dengan lelap tidak mendengarkan kata-katanya yang nyaring terdengar hingga ke luar rumah itu. Seorang wanita yang mendengarnya masuk dan memberitahu Ma’ruf apa yang telah ia katakan.

“Apakah Anda tidak mendengar apa yang dikatakan penjahat itu? Usirlah ia, dan katakan padanya untuk membawa derita dan kematiannya ke tempat lain. Kebaikan hati dan rasa kasihan memang pantas diberikan. Tapi perbuatan baik pada orang jahat merupakan sesuatu kejahatan. Hanya tanaman yang kering yang tumbuh di tanah tandus. Seekor anjing yang bisa berterima kasih, lebih baik daripada manusia yang tidak tahu berterima kasih.”

Ma’ruf tersenyum dan menjawab, “Jangan sakit hati meski kata-katanya kasar. Jika ia menggerutu padaku karena sakitnya, aku tidak marah. Saat Anda dalam keadaan sehat dan kuat, sebagai ungkapan rasa syukur, bantulah si lemah dengan memikul beban penderitaannya. Jika Anda merawat pohon kebaikan hati, pastilah Anda akan memakan buah nama baik.”

Sebagai penutup kisah, Sa’di berpesan dalam bukunya ‘Bustan’, “Mereka yang membersihkan diri dari kesombongan akan mencapai kemuliaan. Sedang orang yang memuja kemuliaan adalah budak kesombongan. Ia tidak tahu bahwa kemuliaan terletak dalam kelembutan hati.”

Edy/ Islam Indonesia/ Foto: hdwallpaperpc.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *