Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 16 July 2015

KISAH – Pada Mata & Menara


3-saudara

Dikisahkan ada tiga laki-laki bersaudara yang hidup di suatu kota. Si sulung adalah seorang muazin di sebuah masjid. Tiap waktu salat tiba, ia naik ke menara mengumandangkan azan. Demikianlah si sulung menjadi muazin kota selama sepuluh tahun hingga meninggal.

Tugasnya lalu digantikan adiknya. Tapi tidak lama berselang, adiknya pun meninggal. Akhirnya masyarakat berharap ke si bungsu untuk melanjutkan tugas kakak-kakaknya.

“Jangan sampai tidak terdengar lagi suara azan dari menara ini,” kata warga separuh mendesak.

Tapi yang didesak justru menolak keras.

“Kami akan memberimu uang yang banyak,” kata warga terus membujuk.

“Sekalipun kalian memberiku 100 kali lipat dari tawaran itu, aku tetap tidak bersedia.”

“Apakah mengumandangkan azan itu perbuatan yang buruk?”

“Tidak. Aku tidak bersedia jika mengumandangkan azan dari atas menara.”

Warga yang masygul menanyakan alasannya. Si bungsu pun menjelaskannya. “Menara ini merupakan tempat yang telah menjadikan kedua saudaraku meninggal dalam keadaan penuh dosa. Ketika saudara sulungku menghadapi ajalnya, aku hendak membacakan surah Yasin di sisinya. Namun ia melarangku membacanya.”

“Begitu juga saudaraku yang kedua,” kata si bungsu melanjutkan penjelasannya.  “Lewat mimpi,  Allah laku mempertemukanku dengan kedua saudaraku yang sedang diazab. Setelah aku bertanya tentang sebab mereka diazab, saudaraku bercerita, ‘Setiap kami mengumandangkan azan dari atas menara, mata kami acap kali melihat wanita dan istri orang yang berada di rumah-rumah mereka. Kebiasaan ini membuat hati dan pikiran kami melalaikan Allah. Karena perbuatan mata inilah, maka kami merasakan azab yang pedih’.”

 

Zainab/Islam Indonesia/ Tafsir Ruh al-Bayan. Foto: Duniatehnikku.wordpress.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *