Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 14 April 2022

Kesaksian Awak Pesawat Antariksa Ungkap Kebenaran Alquran tentang Fakta Gelap Total Luar Angkasa


islamindonesia.id – Allah SWT berfirman: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang. Namun, orang-orang kafir masih menyekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu.” (QS. Al-An’am:1)

“Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya? Dia telah meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita). Dan menjadikan siangnya (terang benderang).” (QS. An-Nazi’at:27–29)

Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan bahwa langit sangat gelap. Sebagian besar mufasir terdahulu, seperti Ibnu Katsir dan Ath Thabari, meyakini bahwa yang dimaksud dengan zhulumat (gelap) dan nur (terang) dalam ayat di atas ialah malam dan siang.

Belakangan terungkap, bahwa keadaan di luar angkasa ternyata memang sangatlah gelap, hal ini berdasarkan penjelasan ilmiah yang akhirnya mengungkap kebenaran dari apa yang telah termuat di dalam Alquran.

Adapun para pakar astronomi dan kemukjizatan Alquran mengatakan bahwa gelap dalam ayat-ayat di atas ialah kegelapan alam semesta yang baru belakangan ini ditemukan.

Pendapat terakhir ini menegaskan adanya kemukjizatan Alquran di bidang astronomi dan adanya kegelapan-kegelapan lainnya. Kegelapan-kegelapan itu di antaranya:

1. Kegelapan awal semesta yaitu pada masa setelah terjadinva ledakan besar hingga awal proses peleburan inti atom, kira-kira selama 30 juta tahun. Masa ini bercirikan kegelapan yang sangat kelam.

2. Kegelapan lokal di bagian tertentu semesta, yaitu pada masa setelah dimulainya proses peleburan inti atom hingga masa kita sekarang. Pada masa inilah bintang-bintang diciptakan dan mulai memancarkan sinarnya ke luar angkasa. Sinarnya terdiri atas sinar inframerah, gelombang elektromagnet, spektrum-spektrum cahaya yang terlihat, sinar ultraviolet, sinar X, dan sinar gamma.

Berkaitan dengan ihwal “kegelapan alam semesta” tersebut, seorang pakar astronomi mengunjungi salah satu pusat peluncuran pesawat antariksa di suatu negara maju. Pesawat antariksa ini senantiasa menjalin kontak terus-menerus dengan pusat peluncuran.

Ketika itu, pesawat antariksa baru beberapa saat diluncurkan. Tiba-tiba ada pesan masuk ke kotak surat pusat peluncuran dari pesawat yang baru diluncurkan itu.

Awak pesawat berkata, “Sungguh, kami menjadi buta, tidak bisa melihat apa-apa.”

Padahal, pesawat itu diluncurkan di tengah terang matahari. Sesaat setelah meninggalkan atmosfer bumi, pesawat itu memasuki wilayah hampa udara dan cuaca menjadi sangat gelap pekat. Hingga sang astronot pun berteriak, “Sungguh, kami menjadi buta, tidak bisa melihat apa-apa. Apa yang terjadi?”

Hal yang terjadi adalah sinar matahari apabila sampai di atmosfer, ia akan terurai dan tercerai-berai di antara partikel-partikel udara dan debu. Inilah yang oleh para pakar fisika dinamakan penguraian cahaya. Sinar matahari tersebut lalu dipantulkan oleh partikel-partikel udara dan debu sehingga partikel-partikel itu tampak bercahaya.

Inilah yang dalam istilah di dunia dinamakan daerah yang terkena cahaya matahari atau daerah yang bercahaya tanpa kehadiran matahari. Ada cahaya di sana, tetapi tak ada matahari. Itu karena sinar matahari telah terurai.

Ketika pesawat antariksa telah meninggalkan atmosfer, tidak ada penguraian cahaya di luar sana sehingga antariksa menjadi sangat gelap dan tak ada sesuatu pun yang bisa dilihat di sana.

Fakta di atas baru diketahui beberapa tahun yang lalu. Ketika manusia telah mengenal atmosfer dan menaklukkannya, mengabaikan adanya penguraian cahaya, dan memasuki kegelapan yang sangat kelam sebagaimana yang berabad-abad sebelumnya telah dinyatakan dengan jelas dalam Alquran.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *