Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 12 January 2023

Islam Melarang Tamak Harta dan Kuasa yang Membuat Manusia Celaka


islamindonesia.id – Islam melarang tamak, yang merupakan salah satu sikap rakus pada diri manusia, karena sifat tamak akan memberi dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Tamak juga merupakan salah satu penyakit hati. Adapun yang menggoda seseorang untuk berbuat tamak bisa karena harta dan kuasa.

Manusia pada umumnya sangat mencintai harta, tidak merasa puas dengan harta yang sedikit maupun yang banyak, membuatnya terus mencari harta alias sangat tamak pada harta dan senang memanjangkan angan-angan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS Al-Fajr:20). Juga firman-Nya yang lain, “Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan”. (QS. Al-Adiyat:8)

Sedangkan Nabi s.a.w bersabda, “Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.” Artinya, harta dan panjang angan-angan membuat seorang hamba dengan hati yang tua renta menjadi muda karena keduanya.

Menjadikan harta sebagai tujuan akan membuat seseorang menjadi sangat mencintainya, lupa bahwa sifat harta ini adalah fana. Padahal sejatinya harta yang dimiliki seorang hamba adalah hartanya yang digunakan untuk sedekah dan harta yang digunakan pada jalan Allah lainnya. Pakaian yang bermerek terkenal dan asesorisnya akan habis terpakai. Makan makanan di restoran yang premium dengan sekali makan berharga jutaan rupiah per orang, terasa enak di lidah hanya sebentar dan nantinya habis terbuang.

Dalam firman Allah di atas jelas sekali bahwa kita diingatkan untuk tidak mencintai harta secara berlebihan. Tak dapat dimungkiri bahwa harta memang diperlukan dalam kehidupan, namun hendaknya kita jadikan harta ini sekadar sarana atau bekal untuk kehidupan akhirat nanti.

Kecintaan terhadap harta, terbukti telah banyak menggelincirkan para pejabat dan pemimpin di negeri kita. Cara atau gaya hidup hedonis dan menjadikannya ibarat ajang saling berlomba, mempercepat seseorang yang punya kuasa untuk “berkreasi” seenaknya sendiri bahkan dengan cara melanggar hukum dan norma agama dalam mendapatkan harta.

Panjang angan-angan, merasa masih berusia panjang adalah penyakit berbahaya dan kronis bagi manusia. Jika penyakit ini menjangkiti seorang hamba, maka itu akan membawanya pada indikasi yang lebih serius. Misalnya ia mulai menjauhi perintah Allah SWT, enggan bertaubat, cinta kepada dunia, lupa akan kehidupan akhirat yang abadi, dan membuat hati menjadi keras.

Manusia tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah diperolehnya. Nabi s.a.w bersabda, “Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.’ Kemudian Allah mengampuni orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari)

Adapun orang yang tamak kepada harta dan tidak menggunakannya di jalan Allah SWT, maka orang yang demikian pasti celaka dan binasa. Ia akan mengalami kesusahan di dunia dan akhirat.

Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat adalah orang yang sangat celaka. Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan tidur daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang daripada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa daripada tempat tinggal yang kekal, dan menukar kehidupan yang abadi nan nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari sekadar mimpi atau bunga tidur yang akan segera hilang saat dirinya bangun.

Begitu pula tamak karena kekuasaan, menjadi salah satu sikap kebanyakan manusia. Berkenaan dengan hal ini Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesungguhnya kalian akan berambisi kepada kempemimpinan. Dan hal itu nantinya akan jadi penyesalan pada hari Kiamat, ibarat kenikmatan (bayi) yang menyusu dan kejelekan (bayi) yang disapih.” (HR. Bukhari)

Kenikmatan bayi yang menyusu maksudnya nikmat mendapat kedudukan, harta, kelezatan yang nyata dan tidak nyata ketika ia mendapatkan kepemimpinan tersebut. Sedangkan kejelekan bayi yang disapih maksudnya ketika ia berpisah (lengser) dari kepemimpinan, apakah dengan sebab kematian atau dengan sebab lainnya, dan juga keburukan ketika mendapatkan hukuman di akhirat atas kepemimpinan tersebut.

Seorang ulama mengingatkan, “Ambisi manusia kepada jabatan dan kedudukan (kepemimpinan) merupakan sebab terjadinya peperangan di antara manusia sampai banyak orang yang terbunuh, harta mereka dirampas dan juga berbagai kerusakan besar terjadi di muka bumi dengan sebab ketamakan manusia kepada kepemimpinan.”

Rasulullah s.a.w juga mengingatkan manusia agar tidak tamak, tidak bercita-cita dan tidak berambisi kepada jabatan dan kekuasaan, karena kalau itu diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya, atau kepada orang yang tidak mampu atau tidak jujur dan amanah, maka pasti akan terjadi pemutusan silaturahmi dan kerusakan di muka bumi.

Allah SWT berfirman, “Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” (QS. Muhammad:22-23)

Maksud dari peringatan ini adalah bahwa menjadi seorang pemimpin bukanlah mudah karena jika membuat kerusakan di muka bumi, maka janji Allah akan jatuh kepadanya.

Begitulah ketamakan ini pada hakikatnya merupakan sikap tercela yang dapat merusak ubudiyah. Bahkan menjadi pangkal semua kesalahan.

Ketamakan menandakan adanya ketergantungan dan penghambaan manusia terhadap manusia. Di sini terlihat kehinaan dan kenistaan dari sikap tamak. Itulah sebabnya, Ibnu Atha’illah menasihatkan, “Tidaklah tumbuh dahan-dahan kehinaan, kecuali dari benih ketamakan.” Oleh karena itu, janganlah menanam benih ketamakan dalam hati sehingga tumbuh pohon kehinaan yang dahan dan rantingnya akan bercabang-cabang.

Lalu bagaimana cara kita menghindari sikap tamak ini? Tidak lain hendaknya kita memperkuat keyakinan pada sifat-sifat Allah Yang Mahakuasa, bahwa Dia Maha Pemberi rezeki dan menjamin rezeki semua makhluk.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *