Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 01 October 2019

HIKMAH – Alquran Sentuh Logika dan Hati Mitra Bicaranya


Islamindonesia.id-HIKMAH – Alquran Sentuh Logika dan Hati Mitra Bicaranya

Manusia memiliki daya pikir dan daya rasa. Daya pertama disebut akal, kedua dikenal sebagai kalbu atau hati.

Daya pikir mendorong manusia, antara lain, untuk memberikan argumentasi sebagai pendukung pandangannya. Sementara kalbu mengantarkan pemiliknya untuk dapat mengeskpresikan keindahan dan mengembangkan imajinasi.

Hanya saja, ketika berinteraksi, manusia sulit sekali mendapatkan bahasa yang dapat memuaskan kedua daya tersebut secara bersamaan. Tapi dalam bahasa Alquran, kemampuan ini dapat ditemukan.

Tak seperti para pakar hukum, Alquran berbicara peraturan dan ketentuan dengan redaksi yang tidak ‘kaku’. Kitab suci ini menguraikan ketetapan hukum dengan argumentasi logika dan dengan gaya bahasa berbeda-beda.

Perhatikan ayat 15 dari Surat Al-Ahqaf berikut ini:

“Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, …”

Ayat di atas memperlihatkan salah satu contoh perintah berbuat baik kepada kedua orang tua dibarengi dengan argumen logika yang dimulai dengan mengingatkan sang anak tentang susah payah ibu dalam mengandung, melahirkan dan menyusui anak. Kemudian, di celah peringatan tersebut, ditetapkannya bahwa masa kehamilan dan penyusuan selama tiga puluh bulan.

Kalau dalam Surat Albaqarah ayat 233, masa penyusuan sempurna ditetapkan selama dua tahun, dari celah ayat tersebut ditetapkan bahwa masa kehamilan minimal adalah enam bulan, yaitu 30 bulan dikurangi 24 bulan (2 tahun).

Selanjutnya, perintah tersebut dikaitkan dengan sentuhan batin, yakni mengigatkan manusia bahwa seorang yang telah dewasa pasti mengharapkan agar anak-anaknya berbakti kepadanya, dan karena itu lanjutan ayat tersebut menyatakan bahwa:

“…sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Ketika Nabi Yusuf dirayu oleh istri pembesar Mesir, Alquran menguraikan kisah itu dengan argumenasi logika sekaligus menggambarkannya dengan bahasa yang menyentuh jiwa.

“Dia (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya (berulang-ulang) merayu (dengan cara terselubung) untuk menundukkan dirinya kepadanya.”

“Ditutupi semua pintu dengan amat rapat, serya berkata (sambil menyerahkan dirinya kepada kekasihnya dan setelah berdandan):

“Ayolah, kemari (lakukan itu!)

Demikian Alquran melukiskan tiga upaya Zulaikha menggoda Yusuf. Alquran lalu menguraikan sikap dan jawaban Yusuf, anak muda yang dirayu wanita itu, juga dengan tiga alasan penolakan, seimbang dengan tiga cara merayunya.

“Aku berlindung kepada Allah”

“Sesungguhnya dia (suamimu) adalah tuanku, yang memperlakukan aku dengan baik.”

Yang ketiga – karena khawatir dua jawaban di atas belum cukup – dinyatakannya:

“Sesungguhnya tidak pernah dapat berbahagia orang yang berlaku aniaya.”

Demikia Alquran menyentuh jiwa tanpa melupakan aspek akal.

Dalam bidang akidah, uraian-uraian Alquran juga diberikan sentuhan batin dan dikuatkan dengan argumen-argmen logika. Semua arguentasi logika tentang bukti keesaan Tuhan, baik yang dikenal dahulu mapun masa kini, contohnya, dipaparkan oleh Alquran. Hanya saja, laman ini bukan tempatnya untuk menguraikannya.[]

YS/Islamindonesia/Disarikan dari buku Mukjizat Alquran (2013)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *