Satu Islam Untuk Semua

Monday, 05 June 2023

Bolehkan Kita ‘Pamer’ Kebaikan di Media Sosial?


islamindonesia.id – Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat sudah tidak bisa dibendung lagi. Setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik, manusia dapat mengakses informasi dan peristiwa yang terjadi di selurh belahan dunia secara cepat dan murah.

Perkembangan teknologi informasi seperti saat ini tentu menciptakan ruang tersendiri bagi penggunanya. Manusia dapat berinteraksi dengan pengguna lain di seluruh penjuru dunia tanpa harus berhadapan secara langsung.

Di samping manusia dapat berinteraksi secara langsung, sudah menjadi maklum bahwa saat ini banyak pengguna media sosial yang berfoto saat sedang beribadah lalu di-posting. Tak hanya itu, tak jarang banyak juga orang yang memajang di akun media sosial miliknya ketika ia sedang bersedekah. Fenomena ini marak terjadi dan bahkan mungkin sadar tidak sadar, kita juga pernah melakukannya.

Banyak orang yang mem–bully dan nyinyir ketika saudaranya, temannya, tetangganya atau bahkan orang yang ia kenal, memajang foto-foto atau video kebaikan dan ibadah yang sedang mereka kerjakan. Foto depan Kabah, foto di Arafah, foto di Masjid atau foto sedang memberikan sedekah kepada orang lain.

Bilang sok pamer lah, sombong lah, riya’ lah. Apa tidak takut pahalanya hilang karena riya’? Untuk apa pamer kebaikan. Tujuannya apa? Apa kalau tidak di-posting Allah tidak mengetahui. Kebaikan itu harus dirahasiakan, tidak usah dipamerkan. Riya’ itu syirik khafi loh? Apa tidak takut terjerumus dalam kesyirikan. Dan masih banyak lainnya. 

Nyinyiran seperti di atas, tidak perlu didengarkan. Tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Karena orang yang berbuat kebaikan tersebut lebih tahu apa maksud dan tujuan mem-posting kebaikannya di akun medsosnya.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjawab orang yang suka nyinyir tersebut. Tulisan ini hanya untuk mengetahui apakah betul Allah dan Rasulullah s.a.w melarang secara mutlak menampakkan kebaikan di medsos seperti anggapan kaum nyinyiriyin

Baiklah mari kita coba buka Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah s.a.w. Karena inilah yang menjadi sebaik-baik petunjuk dalam kehidupan kita.

Berikut ini adalah sebagian ayat yang kami temukan untuk menjawab fenomena yang terjadi sekarang ini.

1. Sedekah boleh ditampakkan bahkan itu baik sekali

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Baqarah:271)

Imam Abu Jakfar, Imam Qatadah dan Imam Ar-Rabi’ juga ulama yang lain dalam Tafsir At-Thabari menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam ayat di atas adalah sedekah tathawwu’ (Sunah) bukan sedekah wajib atau zakat.

Dengan kata lain, Allah tidak melarang kita menampakkan kebaikan-kebaikan yang Sunah seperti sedekah dan lain-lain yang kita kerjakan sehingga orang lain mengetahuinya. Dan itu masih Allah katakan sebaik-baik sesuatu. Namun yang lebih baik adalah kita merahasiakannya karena lebih aman dan lebih selamat dari riya’.

Di akhir komentarnya, Imam Ar-Rabi’ memberikan catatan terhadap ayat tersebut di atas bahwa sedekah yang ditampakkan atau yang dirahasiakan keduanya akan diterima oleh Allah jika niatnya baik dan benar.

Lantas bagaimana dengan amalan-amalan wajib seperti zakat, shalat dan lain-lain, apakah lebih baik dirahasiakan sebagaimana ayat di atas?

Sahabat Abdullah bin Abbas – sepupu Rasulullah s.a.w yang juga mendapat gelar bahrul ummah – berkata dalam Tafsir At-Thabari bahwa sedekah wajib dan amalan-amalan wajib lebih utama ditampakkan dan jangan dirahasiakan.

2. Sedekah dengan secara sembunyi maupun terang-terangan tetap mendapatkan pahala dari Allah

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah:274)

3. Bisik-bisik atau membicarakan orang lain adalah perbuatan yang tidak baik dan tercela

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (Q.S.An-Nisa:114)

4. Rasulullah s.a.w diperintahkan berdakwah secara terang-terangan

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Q.S. Al-Hijr:94).

Dalam ayat ini sangat jelas bahwa Nabi Muhammad s.a.w diperintahkan untuk berdakwah dan mengajak orang lain berbuat kebajikan dengan terang-terangan.

Orang yang mem-posting foto-foto kebaikan yang sedang ia lakukan bisa jadi dalam rangka dakwah dan mengajak orang lain berbuat kebaikan yang sama.

5. Jadilah perintis kebaikan

Rasulullah s.a.w menganjurkan kita membuat Sunah (jejak langkah) yang baik. Karena jika ada yang mengikuti jejak tersebut, maka kita akan senantiasa mendapatkan pahalanya.

“Barangsiapa yang membuat Sunah yang baik maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat Sunah sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Ibnu Majah)

Mengutip pendapat Ibnu Abbas di atas bisa kita kita simpulkan bahwa semuanya tergantung niat. Pamer atau riya’ merupakan perbuatan hati yang sulit diprediksi dan diketahui karena sifatnya yang bathin. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hati seseorang kecuali Allah. Rasulullah s.a.w saja tidak mengetahui tentang hati orang-orang munafik jika Allah tidak memberitahunya.

Oleh karena itu, beliau menghukumi lahir mereka sebagai orang-orang yang beriman. Allah SWT berfirman:  “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi mengetahui perkara ghaib kecuali Allah.” (QS. An-Naml:64)

Memviralkan amal kebaikan, atau ibadah, atau kegiatan baik, tidak mesti untuk tujuan pamer atau riya’. Bisa jadi pelakunya ingin memberikan motivasi, atau inspirasi kepada orang lain, atau minimal tahadduts binni’mah (menampakkan nikmat Allah) yang telah diperoleh. Dan hal ini diperbolehkan menurut syariat seperti ayat yang menjadi penghujung surat Ad-Dluha.

Oleh karena itu, mari kita lebih menyibukkan diri untuk mengintrospeksi diri kita daripada mengintrospeksi orang lain. Karena diri kita lebih layak untuk dikhawatirkan terjatuh pada hal-hal buruk.

Kalau Anda tidak ingin menampakkan amalan baik Anda atau tidak mau mem-posting kegiatan baik Anda di medsos karena Anda takut riya’, itu baik dan itu hak Anda. Namun hal itu tidak bisa dijadikan sebagai kesimpulan umum apalagi untuk memvonis semua orang.

Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan pertolongan kepada kita semua agar kita tetap istiqamah dalam berbuat kebaikan. 

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *