Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 10 May 2023

Bentuk Istiqamah yang Diminta Allah


islamindonesia.id – Istiqamah berasal dari kata istiqaama-yastaqiimu, yang berarti tegak lurus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Dalam terminologi akhlak, istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman, sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seseorang yang istiqamah laksana batu karang di tengah-tengah lautan yang tidak bergeser sedikit pun walau dipukul oleh gelombang yang bergulung-gulung.

Diriwayatkan bahwa seorang sahabat yang bernama Sufyan ibn ‘Abdillah meminta kepada Rasulullah s.a.w supaya mengajarkan kepadanya intisari ajaran Islam dalam sebuah kalimat yang singkat, padat dan menyeluruh. Dengan demikian, dia tidak perlu lagi menanyakan hal tersebut kepada siapa pun pada masa yang akan datang. Memenuhi permintaan sahabat tersebut, Rasulullah s.a.w bersabda: “Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah!” (HR. Muslim)

Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi, yaitu hati, lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian hatinya, kebenaran perkataannya, dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam. Ibarat berjalan, seorang yang istiqamah akan selalu mengikuti jalan yang lurus, jalan yang paling cepat mengantarkannya ke tujuan.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w pada suatu hari membuat satu garis lurus di hadapan beberapa sahabat. Kemudian Beliau membuat pula garis melintang-lintang di kanan-kiri garis lurus tersebut. Sambil menunjuk garis lurus, Beliau berkata: “Inilah jalan Allah”. Kemudian Beliau menunjuk pada garis-garis yang banyak yang ada di kiri-kanan garis lurus itu, dan berkata: “Inilah jalan-jalan bersimpang, pada setiap jalan itu ada setan yang selalu menggoda.” Setelah itu, Beliau membacakan ayat Al-Qur’an: “Sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-An’aam:153)

Jalan lurus yang dimaksud oleh ayat di atas adalah agama Allah, Islam. Al-Qur’an menyebut agama Allah dengan agama yang lurus. Hal ini sebagaimana disebut dalam Surah al-Bayyinah ayat 5: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” 

Namun demikian, istiqamah yang diminta oleh Allah SWT dari diri kita bukanlah tampil sempurna 100% tanpa ada kesalahan, kekhilafan dan ketergelinciran.

Allah berfirman: “…karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya…” (QS. Fussilat:6)

Al-Hafidz Ibnu Rajab Rahimahullah menjelaskan ayat di atas adalah isyarat dari Allah SWT bahwa dalam berusaha istiqamah pasti kita akan tergelincir, lalai, khilaf dan ada kekurangan. Dan itu sudah tabiatnya manusia. Maka Allah pun memerintahkan kita untuk beristighfar kepada-Nya. Dan ketika tergelincir, maka tugas kita adalah segera istighfar, taubat, bangkit lagi dan lanjutkan perjuangan. Inilah yang semestinya diterapkan dalam setiap sendi kehidupan kita.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *