Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 04 January 2023

Begini 10 Cara Menjadi ‘Sebaik-baik Manusia’ Sesuai Tuntunan Nabi Termulia


islamindonesia.id – Manusia mana yang tidak menginginkan menjadi baik? Apalagi jika bisa dikatakan menjadi sebaik-baik manusia. Masya Allah, ingin rasanya kita bisa menjadi sebaik-baik manusia bukan hanya di mata manusia, tapi lebih dari itu menjadi sebaik-baik manusia di mata Allah dan Nabi-Nya.

Seandainya label “Sebaik-baik Manusia” itu bisa dibeli, maka tentu saja orang-orang berharta akan lebih dulu mendapatkan predikat “Sebaik-baik Manusia” itu. Namun, bersyukurlah kita terlahir sebagai seorang Muslim yang Mukmin. Karena rupanya, untuk mendapatkan titel “Sebaik-baik Manusia” itu tak perlu merogoh kocek yang banyak, tapi hanya perlu perjuangan yang besar dan keimanan yang kuat.

Lalu bagaimana cara menjadi “Sebaik-baik Manusia” menurut Nabi Muhammad s.a.w yang merupakan suri tauladan terbaik bagi kita?

Pertama, “Sebaik-baik Manusia” adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya. Hal ini seperti disebut dalam hadis Nabi s.a.w, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Dalam hadis ini, Nabi memberikan standar bahwa sebaik-baik manusia adalah siapa saja dari umatnya yang mempelajari Al-Qur’an lalu mengajarkannya kepada orang lain. Al-Qur’an adalah Kalamullah  atau Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w sebagai pedoman hidup.

Kedua, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang paling baik akhlaknya. Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari)

Sebaik-baik manusia dalam hadis ini adalah tergantung akhlaknya kepada orang lain. Akhlak yang baik menjadi barometer untuk menjadi sebaik-baik manusia. Bahkan, Nabi sendiri diutus ke bumi ini pun untuk menyempurnakan akhlak.

Ketiga, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang paling diharapkan kebaikannya dan orang lain pun merasa aman dari kejelekannya. Nabi s.a.w bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidzi)

Ada orang ketika mendengar nama seseorang disebut sudah malas mendengarnya dan cenderung ingin menjauh darinya karena orang tersebut dikenal keburukannya. Namun, sebaliknya, ada pula orang yang kedatangannya diharapkan banyak orang, dan orang yang dekat dengannya akan selalu merasa aman dan nyaman. Tipe terakhir inilah yang disebut Nabi s.a.w sebagai “Sebaik-baik Manusia”.

Keempat, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang paling baik kepada keluarganya. Hal ini seperti disabdakan oleh baginda Nabi s.a.w, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. At-Tirmidzi)

Dalam hadis ini, Nabi s.a.w mengatakan bahwa untuk menjadi sebaik-baik manusia, seorang Muslim bisa melakukannya dengan berbuat yang terbaik kepada semua anggota keluarganya. Berbuat baik kepada keluarga menjadi indikator seseorang disebut sebagai sebaik-baik manusia, karena rupanya tak sedikit seorang suami atau ayah yang berbuat kasar kepada keluarganya, dalam hal ini istri dan anak-anaknya.

Kelima, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang faqih (paham) dalam masalah syariat Islam. Ini seperti sabda Nabi s.a.w, “Maka sebaik-baik orang di antara kalian di masa Jahiliyyah adalah yang paling dalam (pemahaman) Islamnya apabila mereka memahami (ajaran Islam).” (HR. Bukhari)

Wajar jika Nabi s.a.w mengatakan sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih faqih terhadap hukum-hukum Islam. Secara logika, orang yang faqih dengan hukum-hukum Islam, maka tutur kata dan sikapnya akan menjadi teladan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan tak jarang pendapat dan nasihatnya seringkali diminta untuk menyelesaikan berbagai macam masalah.

Keenam, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang gemar memberikan makanan kepada orang lain dan menjawab salam. Dalam sebuah hadis, Nabi s.a.w pernah bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang memberikan makanan dan menjawab salam.” (HR. Ahmad)

Ada dua amal yang bisa dilakukan oleh seorang Muslim jika ia ingin mendapat label sebagai sebaik-baik manusia dalam hadis di atas: Pertama, orang yang memberi makanan, dan kedua, orang yang menjawab salam.

Mari kita analisa, mengapa orang yang memberi makan disebut sebagai sebaik-baik manusia? Bisakah kita merasakan saat sedang kelaparan? Pahamilah, ternyata orang yang lapar apalagi kelaparan akan membuat lemah bukan hanya fisiknya saja tapi juga imannya, akhirnya ia bisa bertindak nekad dan melanggar aturan agama.

Kedua, orang yang ringan menjawab salam. Hari ini, tak sedikit orang yang acuh dan tak mau menjawab salam. Jika ditanya apakah mereka yang tidak menjawab salam itu bukan orang Muslim? Boleh jadi mereka akan marah jika disebut non-Muslim. Menjawab salam menjadi salah satu tanda sebaik-baik manusia. Karena itu, segeralah menjawab salam jika ada saudara kita yang menebar salam.

Ketujuh, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang senang merapatkan shaf dalam shalat. Tentang hal ini, Rasulullah s.a.w telah bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam shalat.” (HR. Abu Dawud)

Maksud hadis ini adalah bahwa salah satu kategori orang yang paling baik adalah orang yang ketika berada di dalam shaf, kemudian ada orang lain yang memegang bahunya untuk menyempurnakan (merapatkan dan meluruskan) shaf, ia akan tunduk dengan hati yang ikhlas lagi lapang tanpa ada pembangkangan (lihat Badzlul-Majhuud 4/338 dan Ma’alimus-Sunan 1/184)

Kedelapan, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang panjang usianya dan baik pula amalannya. Tentang hal ini, Rasulullah s.a.w bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling panjang usianya dan paling baik amalannya.” (HR. Ahmad)

Ada pepatah “Tua-tua keladi, makin tua makin jadi”. Pepatah ini menunjukan usia seseorang yang sudah senja tapi perilakunya kian menjadi-jadi dan membuat orang lain yang melihatnya tidak menyenanginya. Sebaliknya, salah satu tanda keberkahan hidup seorang hamba adalah ketika dia diberi umur panjang hingga usia lanjut, tapi dia semakin shalih dan banyak beramal.

Orang semacam itu benar-benar sadar bahwa sebentar lagi kereta kematian akan datang menghampirinya, sehingga dengan segala daya dan upaya ia akan lebih meningkatkan amal ibadahnya dan sekuat tenaga memperbanyak bekal menuju kehidupan akhirat. Dia sangat sadar bahwa pada masa seusianya itu sudah seharusnya memperbanyak istighfar dan zikrullah selalu agar termasuk orang-orang yang beruntung di akhirat kelak.

Kesembilan, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang menepati janji. Rasulullah s.a.w bersabda,  “Mereka adalah para hamba pilihan di sisi Allah pada hari Kiamat, yaitu orang-orang yang menepati janji dan berbuat baik.” (HR. Ahmad)

Kita sadar bahwa tidak mudah menjadi orang yang selalu menepati janjinya. Betapa banyak di antara kita yang saat berjanji mulut bicara hingga berbusa, tapi entah kapan janji-janji itu akan diwujudkan.

Salah satu indikasi menjadi sebaik-baik manusia, dalam hadis di atas adalah orang yang senantiasa berusaha untuk selalu menepati janjinya, kapan dan kepada siapa pun.

Kesepuluh, “Sebaik-baik Manusia” adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah s.aw bersabda, “Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’i dalam Musnad Asy-Syihaab, Ath-Thabarani dalam Al-Ausath)

Bisa jadi kita bukan orang yang berpengaruh. Bisa jadi kita berpendidikan rendah, berekonomi lemah dan tak banyak pengikut serta pengaruh. Namun, ketika kita bisa memberi banyak manfaat bagi orang lain, maka Insya Allah kita termasuk dalam kelompok sebaik-baik manusia seperti dijelaskan dalam hadis di atas.

Semua adalah pilihan. Termasuk hidup ini juga pilihan. Semua ada di tangan kita; dengan cara apa kita mau menjadi “Sebaik-baik Manusia”. Rasulullah s.a.w pun sudah menjelaskan dalam beberapa hadisnya di atas. Silakan, tinggal pilih kita mau menjadi sebaik-baik manusia dengan cara mengamalkan ibadah dan amal apa, semua itu sekali lagi tergantung kepada keputusan kita.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *