Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 30 April 2016

ASMAUL HUSNA–Allah dan Ilah


asmaul husna Allah dan Ilah

IslamIndonesia.id – Asmaul Husna–Allah dan Ilah

Lafal Allâh tercantum dalam Alquran sebanyak 980 kali sedangkan kata Ilâh dengan variasinya (ilâhun, ilâhan, ilâhuka, ilâhukum, dan ilâhuna) tercantum sebanyak 147 kali.

Pakar bahasa Arab berselisih pendapat tentang asal kata Allah.

Satu pendapat menyatakan bahwa Allah berasal dari kata Ulûhiyyah, yang berarti ibadah dan dari kata ta’alluh, yang berarti ta’abbud (penghambaan).

Kata Allâh dan Ilâh adalah Dzat yang patut disembah dan tidak ada yang patut disembah kecuali Dia. Kata Ilâh selalu bermakna yang patut disembah. Karena itu, orang-orang musyrik melakukan ritual ibadah untuk berhala-berhala yang mereka sebut Âlihah yang berasal dari kata Ilâhah, yang berarti ibadah.

Pendapat lain menyatakan bahwa kata Allâh diturunkan dari ungkapan, ‘alahtu ilâ fulân’, yakni ‘fazi’tu ilaihi’ (meminta perlindungan kepadanya) karena semua makhluk meminta pertolongan kepada Allah dalam semua kebutuhannya.

Pendapat ketiga menyatakan bahwa kata Allâh dan Ilâh berasal dari ungkapan ‘alahtu ilaihi‘, yakni ‘sakantu ilaihi‘ (merasa tenang dengannya), lantaran setiap makhluk merasa tenang saat mengingat Allah.

Ada juga yang menyatakan bahwa Allâh dan Ilâh berasal dari kata ‘lâha‘ yakni ihtajaba (tertutup). Maksudnya, Allah tertutup dari persangkaan dan spekulasi manusia. Kata ‘lâha‘ juga bermakna meninggi, karena sesungguhnya Allah Mahatinggi.

Apapun perbedaan maknanya, kata Allâh berasal dari kata Ilâh. Kemudian huruf hamzah dibuang dan digantikan dengan huruf alif (ا) dan lam (ل) dan dua huruf lam (ل) yang berjajar digabungkan (idghâm) menjadi Allah.

Maksud Ilah dalam Alquran

Allâh dan Ilâh adalah dua kata yang mempunyai kesamaan arti. Hanya saja, kata Allâh menunjukkan bentuk tunggal partikular, sedangkan kata Ilâh bersifat universal, mencakup Allâh dan yang lain.

Dengan kata lain, lafal al-Ilâh menunjukkan sebutan Tuhan dalam konsep universal, sedangkan Allah menunjukkan makna partikular. Allah Swt berfirman,

asmaul husna Allah dan Ilah

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya (langit dan bumi) itu telah rusak binasa.” (QS. al-Anbiyâ’ [21]: 22)

Penafian politeisme dalam ayat di atas tidak akan tepat kecuali jika Al-Âlihah (bentuk plural dari Ilâh) dalam ayat tersebut kita artikan sebagai “Pengendali dan Pengatur”, atau “Penguasa segala urusan” dan semisalnya. Jika al-Ilâh kita artikan sebagai Al-Ma’bûd (Dzat yang disembah), dalil ini akan gugur, sebab ada banyak tuhan yang disembah di alam ini tanpa terjadi kerusakan pada langit dan bumi. Bahkan, pada saat ayat ini turun, Jazirah Arab sesak dengan ‘sesembahan’ palsu, tapi langit dan bumi tetap teratur dan berjalan normal.

Demikian halnya ditegaskan oleh ayat berikut ini,

asmaul husna Allah dan Ilah

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakan dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain.” (QS. al-Mu’minûn [23]: 91)

Jika kata al-Ilâh dalam ayat di atas dimaknai sebagai al-ma’bûd (yang disembah), maka asumsi terjadinya perebutan atau adu kekuatan itu akan gugur. Dalil paling kuat atas gugurnya asumsi itu adalah adanya 360 patung sesembahan di sekitar Kabah dan tidak terjadi perebutan kekuasaan di alam semesta.

Ayat lainnya menyebutkan konsekuensi banyaknya pencipta dan pengatur di alam ini,

asmaul husna Allah dan Ilah

“Katakanlah, ‘Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai ‘Arsy.'” (QS. al-Isrâ’ [17]: 42)

Seandainya ada banyak pencipta, pengatur atau dzat yang berkuasa, maka masing-masing tuhan tersebut akan mencari jalan menuju Tuhan Pemilik ‘arsy. Lagi-lagi ayat di atas meniscayakan keesaan Allah dan menjelaskan kepada kita bahwa Allah dan Ilah bermakna Pengatur, Pencipta dan Dzat yang Mahakuasa.

Untuk memperkuat kesimpulan bahwa Allah dan Ilah tidak sekadar bermakna yang disembah, maka berikut ini adalah ayat-ayat yang menuturkan Allah berperan sebagai Ilâh al-‘Âlam (Tuhan alam semesta), Pencipta, Pelindung dan Pengatur. Allah Swt berfirman,

QS-al-Qashash-71

“Katakanlah, ‘Tidakkah kalian perhatikan jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepada kalian? Maka apakah kamu tidak mendengar?'” (QS. al-Qashash [28]: 71)

asmaul Husna Allah dan Ilah

“Katakanlah, ‘Tidakkah kalian perhatikan jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari Kiamat, siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kalian tidak memperhatikan?'” (QS. al-Qashash [28]: 71)

 

Tom/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *