Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 10 August 2023

6 Cara Hidup Sederhana Menurut Islam


islamindonesia.id – Cara hidup sederhana menurut Islam patut dicontoh oleh semua umat Muslim, terutama karena Nabi Muhammad s.a.w mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hidup sederhana artinya menerima apa adanya yang telah diberikan Allah SWT.

Hidup sederhana berarti juga hidup sesuai kebutuhan dan tidak terbawa dengan kesenangan duniawi yang berlebihan sehingga terjerumus ke dalam sifat keserakahan yang tidak disukai Allah SWT.

Hidup sederhana tidak selalu miskin, tetapi merasa puas, bersyukur, dan tidak berlebihan. Sederhana dalam Islam dinamakan qana’ah. Hidup yang qana’ah akan membawa kebaikan pada kita di dunia maupun di akhirat.

Berikut cara hidup sederhana menurut Islam yang penting diketahui dan dipraktikkan umat Muslim:

Sederhana dalam kebutuhan berpakaian

Cara hidup sederhana menurut Islam yakni sederhana dalam kebutuhan berpakaian.

Rasulullah s.a.w bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan pakaian (yang bagus) disebabkan tawadu (merendahkan diri) di hadapan Allah, sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.” (HR. Tirmidzi)

Sederhana dalam memenuhi kebutuhan makan

Cara hidup sederhana menurut Islam berikutnya, yaitu hendaknya kita makan sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “…Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A’raf:31)

Sederhana dalam kebutuhan tempat tinggal

Dalam sebuah riwayat digambarkan, “… Sesungguhnya hamparan tempat tidur Rasulullah terdiri atas kulit binatang, sedang isinya adalah sabut kurma.” (HR. Tirmidzi)

Keadaan Rasulullah s.a.w pada waktu itu benar-benar mencerminkan sikap yang sangat sederhana.

Sederhana dalam berpenampilan

Allah SWT berfirman dalam surah al-Furqan ayat 67: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”

Lepaskan diri dari pembelian impulsif

Manusia secara alami terhubung untuk mencari kebahagiaan dengan membeli barang. Kita merasa sedih, dan saat berikutnya pesta belanja terjadi sebagai pelampiasan. Alih-alih menemukan alasan ketidakpuasan hidup, kita malah memprioritaskan perilaku pembelian ini. Tindakan ini, sebaliknya, tidak menambah nilai pada pikiran kita yang sudah tidak puas.

Oleh karena itu kita harus belajar memahami bahwa keinginan duniawi tidak mengurangi keinginan spiritual kita, dan dengan demikian siklusnya akan terus berlanjut.

Jika tidak membutuhkannya, donasikan!

Sebagian besar dari kita tahu apa dan berapa banyak yang kita “butuhkan” untuk menjalani kehidupan yang nyaman; segala sesuatu di luar itu hanya menjadi “barang” yang kita miliki.

Kita juga tahu perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Namun sering kali ketika kita melihat sesuatu yang kita sukai, kita berkata pada diri sendiri bahwa kita akan menyimpannya tanpa bertanya pada diri sendiri apakah kita benar-benar membutuhkannya, dan jika tidak kita harus benar-benar menyumbangkannya atau memberikannya sebagai hadiah untuk orang yang lebih membutuhkan.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *