Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 25 June 2020

Tiga Pemuda yang Terperangkap dalam Gua Keluar dengan Selamat karena Keikhlasan


islamindonesia.id – Tiga Pemuda yang Terperangkap dalam Gua Keluar dengan Selamat karena Keikhlasan

Abu Abdirrahman bin Abdullah bin Umar bin Khattab meriwayatkan, “Aku mendengar Rasulullah SAW bercerita.”:

Sebelum kalian, ada tiga orang sedang berjalan-jalan, kemudian mereka menemukan sebuah gua yang dapat digunakan untuk berteduh dan mereka pun masuk, tiba-tiba ada batu besar dari atas bukit yang menggelinding dan menutupi pintu gua, sehingga mereka tidak dapat keluar.

Salah seorang diantara mereka berkata, “Sungguh tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari bahaya ini, kecuali bila kalian berdoa kepada Allah swt dengan menyebutkan amal-amal saleh yang pernah kalian perbuat.”

Kemudian salah seorang di antara mereka berdoa, “Ya Allah, aku mempunyai orang tua yang sudah renta. Kebiasaanku, mendahulukan mereka minum susu sebelum aku berikan kepada anak, istri, dan budakku.

“Suatu hari, aku terlambat pulang karena mencari kayu namun keduanya sudah tidur, aku enggan untuk membangunkan mereka, tetapi aku terus memerah susu untuk persedian minum keduanya.

“Walaupun demikian aku tidak memberikan susu itu kepada keluarga maupun kepada budakku sebelum keduanya minum. Dan aku menunggunya hingga terbit fajar.

“Ketika keduanya bangun, kuberikan susu itu untuk diminum, padahal semalam anakku menangis terisak-isak meminta susu sambil memegangi kakiku. Ya Allah, jika berbuat seperti itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini.”

Kemudian bergeserlah sedikit batu itu, tetapi mereka belum bisa keluar dari gua itu.

Orang kedua pun melanjutkan doanya, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempuyai saudara sepupu yang sangat aku cintai.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Aku sangat mencintainya sebagaimana seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, aku selalu ingin berbuat zina dengannya, tetapi dia selalu menolaknya.

“Beberapa tahun kemudian, dia tertimpa kesulitan. Dia pun datang untuk meminta bantuanku, dan aku memberikan kepadanya seratus dua puluh dinar dengan syarat menyerahkan dirinya kapan saja aku menginginkan.”

Pada riwayat yang lain, “Ketika aku berada di antara kedua kakinya, dia berkata, ‘Takutlah engkau kepada Allah. Janganlah engkau sobek selaput daraku kecuali dengan jalan yang benar.’

“Mendengar yang demikian aku meninggalkannya dan merelakan emas yang aku berikan, padahal dia seseorang yang sangat aku cintai. Ya Allah, jika perbuatan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini.”

Kemudian bergeserlah batu itu, tetapi mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang yang ketiga melanjutkan doanya, “Ya Allah, aku mempekerjakan beberapa pekerja dan mereka digaji dengan sempurna, kecuali ada seseorang yang meninggalkanku dan tidak mau mengambil gajinya terlebih dahulu.

“Kemudian gaji itu aku kembangkan dan menjadi banyak. Selang beberapa tahun, dia datang dan berkata, ‘Wahai hamba Allah, berikanlah gajiku!’

“Aku berkata, ‘Semua yang engkau lihat baik unta, sapi, kambing, maupun budak yang menggembalakannya, semua adalah gajimu.’

“Dia berkata, ‘Wahai hamba Allah, janganlah engkau mempermainkan aku!’

“Aku menjawab, ‘Aku tidak mempermainkanmu.’

“Kemudian dia mengambil semuanya itu dan tidak meninggalkannya sedikitpun. Ya Allah, jika perbuatan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka singkirkanlah batu yang menutupi pintu gua ini.”

Kemudian bergeserlah batu itu dan mereka pun bisa keluar dari dalam gua. (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengenai hadis di atas, Imam Nawawi berkomentar:

1. Berbakti kepada orang tua lebih diutamakan, bahkan lebih didahulukan ketimbang terhadap istri dan anak.

2. Tidak jadi berbuat dosa karena takut kepada Allah adalah tindakan yang sangat mulia.

3. Pekerja harus selalu diperlakukan dengan adil. Jika seseorang menggaji pekerja kurang dari haknya, maka haknya mesti dibayar kembali dengan cara-cara yang pantas.

4. Doa apa pun yang diminta dengan tulus, dan dengan rasa rendah hati yang sesungguhnya, akan dikabulkan oleh Allah.

5. Allah terkadang menolong hambanya yang saleh dengan sesuatu yang tidak biasa, yang mana biasa disebut dengan karamah. Ini bagaikan mujizat para nabi, karamah dari orang-orang yang saleh adalah juga kenyataan. Namun mujizat dan karamah, keduanya muncul atas izin Allah.

*Dikutip dari Imam Nawawi, Kitab Riyadhus Shalihin, Bab Ikhlas dan Niat dalam Segala Perilaku Kehidupan, Tampak dan Tersembunyi, Hadis No. 13.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Getty

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *