Satu Islam Untuk Semua

Monday, 08 August 2022

Syukur Pangkal Bahagia


islamindonesia.id – Syukur, sebuah kata yang sederhana namun bermakna luas dan dalam.

Secara bahasa, kata syukr (شكر) di dalam bahasa Arab adalah bentuk kata dasar (mashdar) dari kata kerja syakara (شكر) – yasykuru (يشكر). Selain kata ini, ada juga bentuk kata dasar yang lain, yaitu syukūran(شكورا) dan syukrānan (شكرانا).

Dalam pengertian kebahasaan ini, kata syukr (شكر) memiliki banyak arti, seperti 1) berterima kasih kepada (syakara al-rajul wa lahu), 2) Allah memberi kamu pahala (Syakara Allah sa’yaka), 3) memuji (syakara al-rajula).

Dari kata ini lahir beberapa bentuk kata yang lain, seperti syākir (شاكر), yang berarti ‘seseorang yang bersyukur’ yang bentuk jamaknya adalah syākirūn (شاكرون), yang berarti ‘orang-orang yang bersyukur’. Lahir pula kata syakūr, yaitu salah satu dari sifat-sufat Allah SWT yang berarti ‘Yang Maha Mensyukuri’.

Dalam sebuah ayat Alquran, Allah SWT berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS. al-Baqarah:152)

Perjalanan hidup setiap orang tentu berbeda-beda jalan ceritanya. Namun yang jadi persoalan adalah bagaimana kita menyikapi setiap ujian dalam kehidupan.

Banyak orang yang tidak kuat dalam menjalani persoalan hidup. Terbukti, banyak pula berita yang kita baca dan kita lihat dari berbagai media, tentang meningkatnya angka kriminal, tingginya jumlah korban bunuh diri, dan masih banyak lagi berita miris lainnya.

Sederhana sekali sebenarnya untuk bisa tetap hidup dengan bahagia karena kuncinya ada dalam diri sendiri, yakni bersyukur atau dalam kata yang lebih mudah dimengerti yakni merasa cukup.

Sebuah pepatah lama mengatakan, “Saat kamu berjalan janganlah melihat ke atas karena khawatir terperosok, tapi menunduklah agar kau bisa berhati-hati dalam berjalan, sehingga dirimu selamat.”

Artinya, dalam hidup ini jangan melihat hidup orang lain yang lebih dari kita, sebab itu hanya akan menyiksa diri sendiri dengan iri dan dengki. Namun biasakan melihat pada orang yang kemampuan hidupnya di bawah agar kita bisa lebih bersyukur.

Manusia memang telah disertakan hawa nafsu termasuk nafsu akan duniawi, tapi sebaik-baik manusia adalah mereka yang memenuhi hatinya dengan syukur. Sehingga dengan begitu, manusia akan terbebas dari penyakit hati yakni suuzan, iri, hasud, dan dengki.

Cobalah meluangkan waktu untuk merenung sejenak, bukankah kita tidak memiliki kekurangan apapun, karena sebagai sebaik-baik makhluk ciptaan Allah SWT, yakni manusia, kita dilengkapi bukan saja akal tapi juga pikiran untuk dipergunakan sebagai alat pertimbangan antara baik dan buruk atau benar dan salah.

Ketika kita sedang dihadapkan pada sebuah persoalan atau kesulitan, cobalah untuk menelaah diri, sudahkah kita lakukan kewajiban sebagai manusia beragama dan bersosial? Jika sudah, maka kita tinggal berserah diri atas setiap hasil yang akan diberikan Allah pada usaha dan kerja keras kita.

Jika masih punya tubuh yang sehat dan lengkap, bersyukurlah karena si buta pun masih bersyukur dengan kebutaannya, si tuli pun masih bersyukur atas ketidakmampuannya untuk mendengar.

Banyak orang yang hidup dengan kekurangan, tapi tetap bisa  menampakkan tawa dan keceriaan dari wajahnya, karena hatinya dipenuhi dengan rasa syukur.

Bersyukurlah atas setiap hal yang kita punya, sehingga dengan memperbanyak bersyukur niscaya Allah tambahkan lagi nikmat-Nya seperti yang telah dijanjikan dalam firman-Nya, “Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmat-Ku untuk kalian.” (QS. Ibrahim:7)

Mari kita perbanyak bersyukur dan bersiaplah untuk menerima kabar baik dari-Nya, yaitu bertambahnya nikmat, salah satunya hidup menjadi lebih bahagia. Insya Allah.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *