Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 20 November 2018

Sikap Terbaik Hadapi Badai Kehidupan


islamindonesia.id – Sikap Terbaik Hadapi Badai Kehidupan

 

Saat mengendarai mobil bersama ibunya, seorang anak dikejutkan awan hitam yang datang bersama angin kencang. Dalam sekejap, langit menjadi gelap. Beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.

“Bagaimana, Bu? Kita berhenti juga seperti yang lain?” tanya si Anak.

“Kita terus sajalah…!” jawab si Ibu, tegas.

Mobil terus melaju. Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujan deras pun turun. Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yang diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Terlihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti.

“Bu….?” gumam si Anak menatap ibunya.

“Ah, teruslah mengemudi…!” kata si Ibu, sambil terus menatap jauh ke depan.

Meski tak mudah, si Anak tetap mengemudi. Tak berani membantah perintah sang Ibu.

Hujan lebat menghalangi pandangan. Saat jarak pandang hanya beberapa meter saja, si Anak mulai takut.

Meski demikian, ia tetap mengemudi. Perlahan, penuh kehati-hatian.

Setelah melewati beberapa kilometer perjalanan, hujan mulai mereda dan angin pun tak begitu kencang.

Tak berapa lama, sampailah mereka di daerah yang bahkan kering, cerah diterpa matahari bersinar.

“Ayo kita berhenti dan keluar,” ajak si Ibu.

“Kenapa sekarang?” tanya si Anak justru heran.

“Agar kau bisa melihat seandainya tadi kita berhenti di tengah badai,” terang si Ibu.

Sang Anak berhenti dan keluar. Dia melihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Dia membayangkan orang-orang yang terjebak di sana. Dan saat itulah dia mulai sadar dan mengerti bahwa Ibunya benar. Berhenti di tengah badai sama halnya membiarkan diri terjebak dalam ketidak pastian.

Hikmah apa yang dapat kita petik dari ilustrasi di atas?

Jika kita sedang menghadapi “badai” kehidupan, teruslah berjalan. Jangan berhenti dan putus asa karena kita akan tenggelam dalam keadaan menakutkan berterusan. Sebaliknya, lakukan saja apa yang dapat kita lakukan dan yakinkan diri bahwa badai pasti berlalu. Kita tidak akan pernah berhenti, tetapi maju terus karena kita yakin bahwa di depan sana kepastian dan kesuksesan sedang menunggu kita.

Hidup memang tak selamanya berjalan mulus. Butuh batu kerikil supaya kita berhati-hati. Butuh semak berduri supaya kita waspada. Butuh persimpangan supaya kita belajar bijaksana dalam memilih arah. Butuh petunjuk jalan supaya kita punya harapan tentang arah masa depan. Hidup butuh masalah supaya kita tahu kita punya kekuatan. Butuh pengorbanan supaya kita tahu cara bekerja keras. Butuh air mata supaya kita tahu cara rendah hati. Kadang pula butuh dicela supaya kita tahu bagaimana cara menghargai.

Butuh senyum dan tawa supaya kita tahu cara bersyukur. Serta butuh orang lain supaya kita tahu kita tak sendiri.

Maka selesaikanlah masalah tanpa mengeluh, apalagi marah-marah. Hadapi saja dengan sabar, bersyukur dan jangan lupa tersenyum. Teruslah melangkah meski mendapat rintangan. Jangan takut dan gentar. Yakinlah, saat tak ada lagi tembok untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud.

Jangan menghitung apa yang hilang, namun hitunglah apa yang tersisa. Sekecil apapun penghasilan kita, pasti akan cukup bila digunakan untuk kebutuhan hidup. Sebesar apa pun penghasilan kita, pasti akan kurang bila digunakan untuk gaya hidup. Sadarilah, hidup ini terlalu singkat, abaikan mereka yang menyakitimu, sayangi mereka yang peduli padamu.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *