Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 09 October 2018

Renungan Pagi – Abdillah Toha: ILMU dan AKHLAK


islamindonesia.id – Kolom Abdillah Toha: ILMU dan AKHLAK

 

Paragraf pertama dari tulisan ini dulu pernah saya tulis di Pojok Hikmah harian Republika. Saya lupa persisnya kapan tapi kira-kira 15 tahun yang lalu. Dalam hubungan antara ilmu dan akhlak, manusia terbagi kedalam empat kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berilmu dan berakhlak. Kelompok kedua, berilmu dan tidak berakhlak. Kelompok ketiga tidak berilmu dan berakhlak. Kelompok keempat, tidak berilmu dan tidak berakhlak.

Yang paling utama dengan sendirinya adalah kelompok pertama yaitu mereka yang berilmu sekaligus berakhlak, karena ilmu yang dilandasi akhlak boleh dipastikan sebagai ilmu yang akan membawa kebaikan bagi semua. Sebaliknya yang paling berbahaya bukan kelompok keempat yaitu mereka yang tidak berilmu dan tidak berakhlak, tetapi justru kelompok kedua, yaitu mereka yang berilmu tetapi tidak berakhlak, karena mereka yang berilmu tanpa akhlak berpotensi membuat kerusakan yang jauh lebih besar daripada orang yang tidak berilmu.

Orang pandai yang korup bisa menguras kekayaan negara lebih besar daripada orang bodoh. Ulama yang tidak berakhlak akan menjadi contoh yang buruk bagi para pengikutnya. Cendekiawan yang tidak bermoral akan menjual ilmunya kepada penguasa guna meraih jabatan dengan menyimpangkan ilmunya sesuai dengan selera penguasa. Profesor yang materialis akan menjual gelar akademi dengan menerima imbalan uang.

Sebagaimana rezeki, maka ilmu datang dan berasal usul dari Yang Maha Kuasa. Malaikat pun mengakui ketika ditantang oleh Tuhan dan kemudian mengatakan “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Baqarah : 31-32)

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Hal ini terlihat dari banyaknya ayat Alquran yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.

Di dalam Al qur’an, kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Alquran sangat kental dengan nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam.

Kita menuntut dan mencari ilmu dengan berupaya sebagaimana kita berupaya mencari rezeki. Karena ilmu berasal dari Tuhan maka semua ilmu adalah baik. Ilmu dikatakan sebagai cahaya penerang, petunjuk jalan bagi mereka yang ada dalam kegelapan. Kalau pun ada ilmu hitam atau ilmu kejahatan maka sebenarnya bukan ilmunya yang hitam tetapi ilmu yang digunakan untuk tujuan yang buruk.

Dalam ayat lain Allah meninggikan derajat orang berilmu dalam firmannya “Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (yang diberi ilmu pengetahuan), dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Mujadalah:11)

Sebaliknya ketika menggambarkan sosok junjungan kita nabi terakhir Muhammad SAW, Allah tidak menyebutnya dalam hubungan ilmu tetapi pada sisi akhlak beliau ketika Allah berfirman “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berakhlak agung”.(QS 68:4) Di ayat lain Allah memuji Nabi kita sebagai pengasih dan penyayang.

Bila manusia yang berilmu ditinggikan derajatnya oleh Allah, sedangkan manusia sempurna (Insan Kamil) dipuji olehNya karena akhlaknya yang agung, maka sesungguhnya akhlak berada di atas ilmu, karena setinggi apapun manusia yang berilmu tak akan mencapai tingkat kesempurnaan.

Sesungguhnya iman, akhlak, dan ilmu adalah tiga sisi yang tak terpisahkan dalam membentuk manusia seutuhnya. Satu sisi saja hilang, maka manusia akan tersesat dan berada di jalan yang keliru. Ilmu tanpa akhlak akan fatal akibatnya seperti telah disinggung di atas. Ilmu tanpa iman akan menciptakan manusia-manusia angkuh yang tidak mengenal batasnya. Iman tanpa ilmu adalah imannya orang “buta” yang beresiko menabrak sesuatu yang tak tampak di hadapannya. Akhlak tanpa iman adalah moralitas sekuler yang menafikan sisi spiritualitas dari manusia.

Dan terakhir, iman tanpa akhlak adalah masalah utama yang dihadapi umat Islam pada saat ini karena memandang agama hanya dari sisi ibadah ritual yang dianggapnya cukup untuk membawanya ke surga. Karenanya umat Islam pada umumnya berada pada posisi adab yang lebih rendah dibanding kelompok sekuler yang berakhlak. Ketinggian spiritualitas pun tidak tercapai karena hanya melalui akhlak yang mulia maka sisi kerohanian seorang muslim dapat ditingkatkan. Inilah sesungguhnya tanggung jawab kita bersama dalam mentransformasikan umat Islam menjadi umat yang bukan saja rajin beribadah tetapi juga beradab dan menjadi teladan bagi bangsa dan pemeluk agama lain. Wallah a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *