Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 31 December 2022

Renungan Jelang Tahun Baru dan Pentingnya Setiap Muslim Menghargai Waktu


islamindonesia.id – Tahun baru sebaiknya dirayakan dengan rasa syukur dan dimaknai dengan muhasabah diri. Namun sayangnya, seringkali manusia berlebihan bahkan salah makna dalam merayakan tahun baru. Merayakan tahun baru sejatinya adalah hal yang wajar selama masih dalam batas-batas tertentu terutama bagi seorang Muslim.

Haedar Nashir menyampaikan bahwasannya seorang Muslim diamanahkan waktu oleh Allah Swt sehingga ia memiliki kewajiban untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, Haedar mengajak untuk memaknai arti waktu lewat surah Al Ashr.

“Ini surah ke-13 turunnya, berarti masih di Makkah. Al Ashr demi waktu. Wal ashr, wawu nya wawu qasam (sumpah). Tuhan bersumpah dengan waktu. Kenapa waktu? Al Ashr itu menurut At Thabari di kitab klasik, maupun di kitab-kitab berikutnya seperti Ibnu Katsir juga Al Manar memiliki banyak makna. Sebagian orang kalau usia makin ke ujung, itu tinggal menghitung tahun atau bulan. Meskipun kita tidak bisa memastikan,” jelas Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) saat menjadi Pembicara di Refleksi Akhir Tahun Masjid Husnul Khatimah, Rabu (28/12/2022).

إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ 

Ayat tersebut memiliki makna Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, dan dia jika rugi, akan rugi sampai akhir hayat.

Haedar melanjutkan bahwa Allah Swt mengingatkan manusia tentang waktu karena manusia itu kerap terjebak dengan waktu.

“Ketika kita muda, itu segalanya seakan-akan bebas, mudah. Tapi coba setelah tua. Mulai asam urat. Dulu jarang yang masih muda asam urat. Kalau mahasiswa atau anak SMA asam urat itu mesti dicek kesehatannya. Tapi kalau sudah usia tua, rambut yang dulu hitam mulai memutih. Ada banyak hal yang hilang di waktu tua, bahkan ingatan. Maka ada doa ‘berilah usia panjang dan tidak pikun’. Pikun itu susah. Mendengar mulai kurang. Kemudian melihat orang juga mulai kabur. Apa artinya? Mumpung masih muda, rawat kesehatan. Baik kesehatan lahir maupun kesehatan batin. Jangan makan makanan sampah (junk food) tidak suka sayur, tidak suka buah-buahan atau juga waktu muda tidak cari ilmu,” papar Haedar.

Haedar lantas mengingatkan kembali pada para jemaah yang rata-rata generasi milenial untuk memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya.

“Cinta ilmu, cinta orang, cinta pergaulan, punya banyak ilmu, senang ke masjid, dan seterusnya. Senang ke museum, Muhammadiyah punya museum di UAD. Itu punya pimpinan Muhammadiyah. Coba kalau kita pergi ke negara maju, pagi-pagi sudah antri di museum. Di London itu ada museum besar, itu antrinya panjang sampai ke jalan. Tapi di Indonesia itu hanya penjaganya saja. Kita yang ada di masjid harus mengubah mindset itu,” ungkapnya.

Ada sabda Rasul agar seorang Muslim menjaga dirinya ketika sehat, sebelum datang sakit.

“Ketika sakit, termasuk sakit gigi. Itu betapa tidak nikmatnya sakit. Meskipun Umar bin Khattab minta sakit agar bisa merenungkan diri sendiri. Maka ketika sehat, jangan menggunakan kesehatan untuk hal-hal yang tidak penting. Gunakan untuk hal-hal yang penting,” kata Haedar.

Perlu juga kita berhati-hati saat sedang berpunya, sebelum hilang harta menjadi fakir.

“Mahasiswa punya uang lebih selama sebulan, itu jangan dihabiskan semua biarpun orang tuanya punya. Saya dulu pengalaman kalau uang satu bulan itu berusaha untuk disisakan, sisanya untuk beli buku. Kalau tidak bisa beli buku, dulu mainnya di toko buku dan perpustakaan,” lanjutnya.

Seorang Muslim juga perlu menghargai waktunya ketika senggang, sebelum datangnya waktu sibuk.

Menurut Haedar, orang sukses biasanya orang yang memang tidak senggang waktunya. Kalau ingin sukses jangan bersenggang-senggang dengan waktu. Penganggur itu waktunya banyak. Tetapi dengan adanya waktu itu, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Seorang Muslim juga mesti menghargai waktunya ketika masih hidup, sebelum datangnya ajal.

“Kalau sudah ajal tiba, tua maupun muda, apapun tidak bisa kita lakukan. Dulu jarang berbuat baik, ketika ajal tiba minta waktu kepada Tuhan. Tapi Tuhan tidak mengizinkan lagi karena itu sudah tiba waktunya. Itulah yang harus kita samai ketika terjadi pergantian dari waktu lama ke waktu baru,” terang Haedar.

Orang Arab punya pepatah, “Waktu itu seperti pedang. Pedang itu kalau tidak Anda gunakan dengan baik, justru bisa memotong leher Anda.”Artinya, waktu itu bisa membuat kita lalai dan tertipu.

Ada pula hadis lain yang menjelaskan tentang dua nikmat yang membuat manusia tertipu yakni di kala sehat dan di kala luang waktu.

Haedar menegaskan kembali untuk memanfaatkan waktu dengan baik.

“Apa yang berguna? Masing-masing kita tentu tahu. Ketika di rumah, manfaatkan untuk ke masjid. Kalau sudah tiba waktu shalat ada baiknya meninggalkan tijarah (transaksi ekonomi) sementara. Jangan sampai kita ada di sekitar masjid tetapi masjid itu seakan-akan dunia asing bagi kita padahal kita Muslim. Kenapa? Setiap manusia akan rugi, kecuali mereka yang beriman. Insyaallah kita semua sudah beriman. Beriman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir, dan qadha & qhadar. Tetapi menjadikan iman sebagai ruh kehidupan, itulah yang harus kita rawat. Iman itu harus menjadi ruhani kita yang shaleh,” pesan Haedar.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *