Satu Islam Untuk Semua

Friday, 10 March 2023

Pesan-pesan Penting Imam Ali untuk Meraih Ketenangan Jiwa


islamindonesia.id – “Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu.” Begitu kata Imam Ali bin Abi Thalib.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib (599-661 M) adalah Khalifah keempat yang berkuasa sekitar 4-5 tahun. Beliau adalah sepupu Nabi Muhammad s.a.w yang juga menantunya setelah menikahi putri Nabi, Fatimah Az-Zahra.

Salah satu keistimewaan Imam Ali bin Abi Thalib adalah beliau merupakan orang kedua yang menerima dakwah Islam, setelah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi s.a.w.

Menurut sejumlah riwayat, di usianya yang ke-8 tahun, Ali bin Abi Thalib sudah bersedia masuk Islam setelah mendengar dakwah Nabi. Uniknya, Ali bin Abi Thalib tidak meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya untuk masuk Islam di usia yang sangat belia.

Saat dewasa, Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang yang sangat cerdas. Oleh sebab itu, para sahabat atau orang-orang di sekitarnya ketika mengalami kebuntuan dalam mengambil suatu keputusan, mereka akan meminta nasihat dari Ali.

Teman yang juga menantu Nabi ini dikenal dengan sikap bijaknya dalam menghadapi berbagai persoalan. Maka dari itu, bagi kita sangat dianjurkan agar selalu mengingat pesan-pesan beliau saat longgar maupun sempit ketika mendayung uji nyali atau pada saat mengarungi kehidupan di dunia fana ini.

Berikut ini adalah beberapa pesan dari pemiliki julukan “gerbangnya ilmu”, Ali bin Abi Thalib;

Pertama, balas dendam yang paling baik adalah mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi. Sadar atau tidak ketika mendapat kritik atau hujatan dari orang lain, kita akan memendam perasaan marah dan melakukan balas dendam di lain waktu.

“Aku tak mendendam hanya akan selalu ingat apa yang dikau perbuat.” Itulah sepenggal kalimat yang sering terucap di antara kita, padahal makna yang terkandung di dalamnya tetap saja tersimpan dendam tak berkesudahan.

Jalan lurus yang seharusnya kita lakukan bukanlah menjingkang apalagi menjatuhkan dan melakukan perbuatan buruk untuk melunasi balas dendam kita. Pesan dari sahabat Ali di atas sangat logis, bahwasanya balas dendam tidak dilarang, monggo dipersilahkan tapi dengan mengubah diri kita menjadi lebih bijak dan baik.

Kedua, tidak perlu menjelaskan siapa dirimu kepada orang lain, karena yang membencimu tak mempercayainya dan yang menyukaimu tak perlu itu.

Pesan bijak ini perlu kita renungkan untuk dijadikan alarm pengingat agar kita selalu bersikap rendah hati dengan apa yang kita miliki. Kita tidak perlu koar-koar, jemawa, sombong, angkuh untuk sebuah pengakuan. Hal yang sebenarnya tidak penting. Sebab kapan pun kita berbuat baik tak perlu kita jelaskan kepada orang lain. Cukup diri kita sendiri saja yang merasakan. 

Pepatah mengatakan, “Tong kosong berbunyi nyaring.” Biasanya orang yang mengaku hebat, sok dermawan, merasa paling pintar, menyorong-nyorongkan muka adalah topeng muka. Hanya omong besar tetapi kerdil dan dangkal ilmu pada kenyataannya. 

Yang pasti dan perlu dilakukan adalah teruslah berbuat yang terbaik, jalani kehidupan dengan kedamaian. Perbanyak silaturahmi sebagaimana anjuran pepatah Tiongkok, “Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.”

Jangan pedulikan bisik-bisik tetangga sebelah. Karena sesuatu yang kita kerjakan di mata kawan setia pasti didukung dan bela. Sebaliknya sebaik apa pun yang kita kerjakan di mata orang yang tak suka, pasti akan tetap dikomentari curiga dan tak ada baiknya.

Ketiga, kepahitan yang paling besar adalah berharap kepada manusia. Padahal jelas si manusia adalah makhluk yang pada dirinya terkumpul sifat salah dan lupa. Maka alangkah baiknya bila kita menghindari ketergantungan dan kegemaran bersandar kepada orang lain. Agar tidak kecewa di belakang hari.

Rasulullah s.a.w mengingatkan agar tidak cinta dan benci berlebihan. “Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta.” (HR Tirmidzi)

Banyak orang kecewa karena suka bersikap membabi buta, dan akibatnya celaka. Ramai orang benci tak terkira menyumpah serapah tanpa hasil dan faidah. Maka berharap dan bergantunglah hanya kepada Allah yang Mahatahu atas segalanya. Tak usah lagi risau orang akan berkata apa tentang apa yang kita lakukan, yang penting, jalankan saja sesuai aturan dan agama, karena kita tak butuh nilai rapor dari mereka.

Keempat, apa yang ditakdirkan jadi milikmu akan berada dalam genggamanmu. Tugas kita hanya menjalani takdir Allah dengan ikhlas. Jangan tanya kenapa, karena Allah tahu yang terbaik untuk kita.

Kalau sudah rezeki kita tak akan kemana, karena Allah tidak akan salah dalam memberikan rezeki kepada siapa pun yang Dia inginkan. Maka jauhkan diri dari merasa resah, cemas, khawatir berlebihan  terhadap kehidupan dan masa depan. Yakinlah Allah tidak pernah salah alamat dalam membagi karunia-Nya.

Kelima, suatu hal yang baik akan menantimu di masa depan, sehingga kamu pun akan lupa merasakan rasa sakit yang selama ini kamu jalani.

Terdapat ungkapan, “Jangan pernah menengok ke belakang, teruslah menatap ke depan.” Hal tersebut dapat diartikan masa lalu harus segera dilupakan agar lebih mudah menjalani kehidupan selanjutnya.

Masa lalu merupakan momen yang sudah terlewat dan tidak perlu selalu diingat. Tengkoklah sebentar ke masa lalu, hanya untuk membuatnya sebagai pelajaran agar tidak salah langkah pada masa kini dan masa depan.

Setiap harinya, dalam pikiran manusia kerap dipenuhi dengan bayangan-bayangan di masa depan. Namun terlalu memikirkan masa depan, sama seperti membeli furnitur untuk rumah yang bahkan belum dibangun.

Percayalah bahwa pangkat, derajat, rezeki, jodoh, dan mati mutlak rahasia Tuhan. Maka jalani saja kehidupan dengan penuh rasa syukur, karena kita tidak akan diberi tahu, apakah esok hari masih akan punya waktu dan kemampuan bekerja mencangkul tanah atau justru sudah waktunya dikubur dalam tanah.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *