Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 08 August 2023

Orang Beriman Jangan Mudah Tersinggung


islamindonesia.id – Salah satu sifat yang sering membuat energi kita terkuras adalah mudah tersinggung. Karena ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan memikirkan kejelekan orang lain. Bahkan lebih dari itu, tersinggung juga bisa menimbulkan kemarahan dan berujung dengan balas dendam.

Untuk itu, sebisa mungkin kita harus bisa menjauhi sifat mudah tersinggung yang merupakan indikasi kondisi kita sebagai berikut:

  1. Kita memandang diri sendiri terlampau tinggi sehingga langsung tersinggung ketika ada yang merendahkan.
  2. Keinginan selalu dipandang baik di hadapan manusia.
  3. Porsi cinta dunia masih cukup besar di hati kita.
  4. Hati kita masih kurang lapang untuk memaafkan.

Meskipun manusiawi, tetapi perasaan tersinggung perlu dikelola agar tidak menodai pengakuan iman kita kepada Allah. Sehingga tidak menimbulkan pertanyaan: Mengaku beriman tapi kok gampang tersinggung?

Lalu, bagaimana cara meredam ketersinggungan?

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan.

  1. Belajar melupakan

Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur, lupakanlah jabatan itu. Jika kita seorang pimpinan, lupakanlah hal itu, dan lain-lain.

Lupakan dan yakinkan diri bahwa semua itu dari Allah SWTdan atas pertolongan Allah, sehingga kita tidak tamak terhadap pujian dan penghargaan.

Dengan sikap seperti ini, hidup kita akan lebih ringan. Sebaliknya, semakin kita ingin dihargai, dipuji dan dihormati, akan semakin membuat kita mudah tersinggung dan sakit hati.

  1. Positive Thinking

Kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang lain kepada kita akan bermanfaat dan tidak merugikan jika kita bisa menyikapinya dengan tepat. Karena kita tidak bisa memaksa orang lain untuk selalu berbuat sesuai dengan keinginan kita.

  1. Berempati

Kita harus berempati, yaitu melihat sesuatu tidak dari sudut pandang kita saja. Artinya, jika kita tidak ingin mudah tersinggung, maka carilah seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain.

Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan sehingga kita dapat mengendalikan diri.

Kemudian, bagaimana sikap yang tepat menghadapi penghinaan orang lain kepada kita?

Jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ajang peningkatan kualitas diri dan kesempatan untuk berbuat baik, yaitu dengan memaafkan orang yang menyakiti kita, lalu membalasnya dengan kebaikan.

Rasulullah s.a.w tidak pernah membalas perlakuan buruk terhadap diri pribadi beliau, namun jika ada penyelisihan terhadap syariat Allah, beliau bersikap marah dan bertindak dengan tegas. Itulah bukti bahwa kemarahan beliau adalah karena Allah.

Dalam salah satu riwayat disebutkan: “Tidaklah Rasulullah s.a.w diberi pilihan di antara dua hal kecuali beliau ambil yang paling mudah di antara keduanya, selama tidak ada (unsur) dosa. Jika ada (unsur) dosa, beliau adalah manusia yang paling jauh darinya. Tidaklah Rasulullah s.a.w membalas (ketika disakiti) untuk dirinya sendiri, namun jika hal-hal yang diharamkan Allah dilanggar, beliau membalas untuk Allah ‘Azza wa Jalla.“ (HR. Bukhari-Muslim)

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *