Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 22 August 2023

Nasihat Hubabah Ummu Salim Istri Habib Umar bin Hafidz tentang Keutamaan Shalat Isyraq


islamindonesia.id – Sungguh sangat merugi bagi mereka yang selepas Shalat Subuh kemudian langsung tertidur. Agama dan para sesepuh sering mengingatkan hal itu, namun faktanya terkadang kebanyakan dari kita terlena dengan waktu-waktu tersebut dan memilih untuk tidur kembali sebelum matahari terbit. Padahal di dalamnya terdapat keutamaan yang luar biasa.

Dalam banyak riwayat disebutkan, bila seseorang telah melaksanakan Shalat Subuh secara berjemaah, lalu duduk berzikir sampai terbit matahari, kemudian Shalat Isyraq dua rakaat, maka pahalanya seperti haji dan umrah yang sempurna.

Sebagaimana Rasulullah s.a.w bersabda: “Barang siapa yang Shalat Subuh secara berjamaah, kemudian duduk dengan berzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Tirmidzi)

Tidak ada beda antara laki-laki dan perempuan, kaum lelaki tempat shalatnya di masjid dan untuk perempuan paling utama tempat shalat baginya adalah di rumah.

Berkenaan dengan hal ini, Istri Habib Umar Bin Hafidz, Hubabah Ummu Salim binti al-Haddar dalam setiap kesempatan dakwahnya ke berbagai majelis di Indonesia belum lama ini, tidak pernah lupa mengingatkan jemaahnya untuk menggiatkan Shalat Sunah Isyraq.

Menurut Hubabah Ummu Salim, kalau kita berangkat secara nyata ke Makkah untuk menunaikan haji dan umrah belum tentu amal kita diterima, namun serangkaian ibadah bakda Subuh ini jelas diterimanya. Apalagi jika Shalat Isyraq itu dilaksankan pada hari Jumat. Beliau mengatakan bahwa akan dilipatgandakan menjadi 30 kali lipat ganjarannya, mengingat Jumat adalah sayyidul ayyam dan banyak fadhilah di dalamnya.

Beliau kemudian menceritakan suatu ketika Sayyidah Fathimah az-Zahra tertidur seusai Shalat Subuh. Kemudian ayahnya, Nabi Muhammad s.a.w membangunkan putri tersayangnya itu. Maka sejarah mencatat tidak pernah lagi Sayyidah Fathimah tidur pada waktu tersebut hingga menunggu matahari terbit.

Dikatakan, barang siapa menjaga Shalat Isyraq maka Allah SWT akan menjaganya sepanjang hari dan memberikan pahala berlebih.

Hubabah juga mengingatkan kepada Muslimat yang sedang udzur, baik haid maupun nifas untuk bangun dan terjaga pada jam-jam tersebut karena besar keutamaannya.

Adapun waktu pelaksanaan Shalat Isyraq yaitu setelah matahari terbit dan telah naik satu tombak (tujuh hasta atau 2,5 meter) yaitu sekitar 10-20 menit setelah terbitnya matahari. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadis: “Ketika matahari terbit dan mulai naik (satu atau dua tombak) maka Rasulullah berdiri dan shalat dua rakaat; dan ketika matahari mulai menjulang tinggi dari arah timur dalam seperempat siang maka beliau shalat empat rakaat.” (HR. Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

Tata cara pelaksanaan Shalat Isyraq yaitu sama dengan shalat-shalat Sunah lainnya, sebanyak dua rakaat dengan melafalkan niat sebelum menunaikan shalat sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الإِشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal Isyraq rak‘ataini lillahi ta‘ala.

Menukil Syeikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain, surah-surah yang Sunah dibaca dalam Shalat Isyraq yaitu pada rakaat pertama setelah al-Fatihah adalah surah ad-Dhuha dan rakaat kedua surah al-Insyirah.

Kemudian beliau juga menganjurkan musholli untuk membaca doa setelah salam.

اَللّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ، وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ، بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ.

“Wahai Allah, Wahai Sang Cahayanya Cahaya dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma’mur, daku memohon kepada Engkau atas cahaya yang dapat menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringi hidupku dan menerangiku setelah berpindah dari kegelapan liang (kubur)ku.

“Aku meminta kepada-Mu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan dengan jiwa dan kesempurnaannya, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat kepada-Mu yang seperti matahari cerahnya bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemahaesaan di kala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun.

“Berikanlah rahmat ta’dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sang pamungkas para nabi dan rasul. Segala Puji hanya milik Allah Tuhan sekalian alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.” 

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *