Satu Islam Untuk Semua

Monday, 24 October 2022

Mengapa Kita Mesti Lebih Memilih Memaafkan?


islamindonesia.id – Dalam kehidupan, kita terkadang mengalami berbagai peristiwa tidak menyenangkan, perasaan tidak nyaman, bahkan emosi dan pikiran yang sesekali negatif.

Ternyata, jika ditelusuri lebih jauh, semua hal tersebut bisa saja bersumber dari kejadian traumatik di masa lalu maupun “urusan yang belum selesai” yang sampai saat ini masih belum dilepaskan.

Salah satu cara yang pasti kita semua sudah ketahui untuk melepaskan setiap beban masa lalu adalah melalui memaafkan. Namun, meski terdengar mudah, memaafkan adalah sesuatu hal yang membutuhkan perjuangan dan proses panjang.

Seperti sudah disampaikan, memaafkan adalah tindakan melepaskan, bukan memberikan.
Karena akan berat rasanya bagi kita untuk memberikan sesuatu kepada seseorang yang kita anggap “bersalah” kepada diri kita.

Memaafkan harus atas dasar kita yang melakukannya untuk diri sendiri dan bukan untuk orang lain.

Ketika kita tidak melepaskan maaf, itu artinya kita menanggung beban dan mengikat diri kita sendiri dalam berbagai emosi negatif termasuk di dalamnya rasa dendam, perasaan bersalah, malu, dan rendah diri.

Emosi negatif ini bisa menjadi masalah di kemudian hari jika tidak diselesaikan dengan baik.

Lalu, bagaimana cara untuk melepaskan maaf?

Pertama, menerima setiap kejadian yang sudah terjadi. Ini bukan berarti membenarkan hal yang tidak baik ataupun menyetujui perbuatan tidak nyaman dari orang lain.
Menerima berarti kita paham bahwa hal yang sudah terjadi tidak bisa diubah ataupun disangkal.

Kedua, mengekspresikan emosi. Ketika terdapat sebuah perasaan atas sebuah kejadian, ada baiknya hal tersebut tidak perlu dipendam atau ditekan ke dalam hati. Marah, sedih, kecewa boleh, asal kita bisa menyampaikan atau mengekspresikannya secara baik-baik.

Ketiga, memaknai setiap emosi dan kejadian yang terjadi. Mengambil makna adalah satu bagian terpenting untuk mengingat sebuah kejadian di masa lalu sebagai pembelajaran yang berarti untuk masa depan.

Maklumi diri kita yang dulu mungkin belum punya cukup pengalaman dan pengetahuan, setelah itu tanyakan kepada diri sendiri. “Apa makna yang bisa diambil dari kejadian ini?” dan “Apa pelajaran baik yang bisa diupayakan saat ini?”

Ingat, memaafkan artinya memberi ruang untuk bertumbuh. Baik itu untuk diri sendiri maupun orang lain.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur:22)

Apa saja pelajaran penting yang bisa dipetik dari ayat di atas, yang di dalamnya terkandung anjuran untuk memaafkan?

1. Memaafkan orang lain dapat menjadi sebab bagi Allah memberikan ampunan kepada kita.

2. Wajibnya memberikan maaf ketika ada yang mau bertaubat dan memperbaiki diri.

3. Kejelekan tidaklah dibalas dengan kejelekan, namun balaslah kejelekan dengan kebaikan.

4. Berikanlah maaf kepada orang yang berbuat jelek kepada kita.

Inilah ayat-ayat dan hadis yang memerintahkan untuk memaafkan.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat:34-35)

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran:34)

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Asy-Syura:40)

Rasulullah s.a.w bersabda, “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin membuatnya mulia. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)

Memaafkan yang salah, berlaku jika yang salah tersebut tahu akan kesalahan dan kezalimannya, ini dianjurkan. Begitu pula ketika dengan memaafkannya, maka akan lebih menyelesaikan masalah dan kita yang mengalah. Hal ini tidak berlaku jika yang berbuat zalim terus-menerus zalim dan melampaui batas. Terhadap yang demikian, maka kita wajib membela diri.

Allah SWT berfirman, “Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.” (QS. Asy-Syura:39)

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *