Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 04 January 2023

Mengapa Adab Mesti di Atas Ilmu?


islamindonesia.id – Setiap Muslim wajib menuntut ilmu. Ilmu itu sangat penting untuk dimiliki karena Rasulullah sendiri yang mengatakan bahwa hidup di dunia maupun di akhirat ada ilmunya. Setiap perbuatan yang tak dilandasi ilmu hanya akan menimbulkan kemudharatan belaka. Beribadah tanpa ilmu pun hanya akan mengundang murka Allah. Itulah letak pentingnya ilmu yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Bahkan, untuk mengapresiasi seseorang yang telah bersusah payah menjadikan dirinya berilmu, Allah akan mengangkat derajatnya.

Namun demikian, ternyata ada yang lebih penting daripada ilmu. Tanpa perkara yang satu ini,  ilmu tak akan memberi manfaat kepada khalayak ramai. Tanpa perkara ini, ilmu setinggi apapun itu, hanya akan menjadi bumerang bagi pemiliknya. Apakah yang lebih penting daripada ilmu?

Nabi Muhammad s.a.w bersabda, “Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi)

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Al Baihaqi)

“Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mukmin adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor.” (HR. At-Tirmidzi)

Dari ketiga hadis tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa perkara yang melebihi derajat ilmu adalah akhlak yang mulia atau adab. Akhlak mulia atau adab akan menjadikan ilmu membawa manfaat yang besar tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Akhlak yang mulia akan melahirkan pribadi-pribadi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Ilmu tanpa dibarengi oleh penguasaan akhlak mulia hanya akan menjadi bencana. Akhlak akan mengimbangi melangitnya ilmu agar orang yang berilmu tersebut tetap membumi dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan banyak pihak. Contoh, orang yang sangat menguasai ilmu perdagangan, tanpa akhlak, ia akan memonopoli semua perdagangan demi meraup untung sebesar mungkin. Pedagang kecil akan semakin mundur karena tentu kalah bersaing dengannya. Pada akhirnya banyak pedagang dengan modal kecil gulung tikar karena tak mendapatkan kesempatan untuk mendapat pasar.

Kalau orang yang sangat menguasai ilmu perdagangan itu juga memiliki akhlak, tentu tak ada pedagang kecil yang gulung tikar. Ia akan membatasi sepak terjangnya demi berbagi keuntungan dan pasar bagi mereka yang bermodal kecil. Akhirnya, semua pedagang memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.

Imam Malik pernah berkata kepada seorang pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Adab lebih sulit dipelajari oleh seseorang karena adab merupakan perkara pembiasaan seseorang untuk terus berakhlak mulia. Menjadikan diri berakhlak mulia tak semudah menghafal materi pelajaran yang akan diujikan esok hari. Perlu waktu yang lama agar sebuah perilaku baik bisa menjadi sebuah kebiasaan. Menjadi terbiasa melakukan hal-hal baik dalam kehidupan sehari-hari perlu kesadaran yang tinggi dan kemauan yang kuat dari dalam diri seseorang. Untuk itu, orang yang terbiasa berperilaku baik di dalam setiap aktivitasnya sehari-hari bisa dikatakan ia beriman kepada Allah dengan kesungguhan. Mengapa demikian?

Orang yang senantiasa berusaha berperilaku dengan baik sesuai dengan ajaran Islam, tentu di dalam dirinya terdapat sebuah keyakinan bahwa Allah selalu mengawasi kapanpun dan di manapun. Tak ada penghalang antara dirinya dan Allah atas perbuatan yang ia lakukan. Semua perbuatan, baik atau buruknya, yang ia lakukan akan Allah balas. Orang dengan perilaku yang baik sudah barang tentu menghadirkan Allah dalam setiap langkah kakinya. Oleh karena itu ia selalu merasa diawasi oleh-Nya.

Menyoal ilmu, berarti membahas tentang bagaimana harusnya seseorang dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik setiap harinya di dunia ini karena tujuan dari ilmu adalah mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ilmu tak hanya didapatkan di sebuah lembaga pendidikan dan majelis saja dan ilmu tidak hanya bisa didapatkan melalui perantara guru, dosen ustadz, atau orang yang berkompeten di dunia pendidikan saja. Ilmu yang wajib dimiliki oleh seseorang juga tak hanya melulu tentang ilmu pengetahuan alam, sosial, bahasa, eksakta, dan agama. Ilmu bisa didapatkan di mana saja, dari siapa pun, kapanpun, dan dalam bentuk apapun. Bahkan hal remeh seperti bagaimana cara menyapu, membungkus makanan pun termasuk ilmu. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk menghormati orang lain karena kita bisa mendapatkan ilmu dari siapapun, di manapun, dan kapanpun.

Orang yang beradab akan sangat menjunjung tinggi ilmu dengan sikapnya. Tidaklah seseorang dikatakan berilmu ketika ia tak mampu menghormati mereka yang memberi dan mengajarkan ilmu kepadanya.

Abu Sa’id Al-Khudri pernah menceritakan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh para sahabat ketika Rasulullah sedang memberikan ilmu kepada mereka di sebuah majelis.

“Suatu ketika Rasulullah berdiri di atas mimbar dan bersabda: ‘Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan menimpa kepada kalian adalah kenikmatan yang Allah bukakan kepada kalian dari perbendaharaan bumi’, kemudian beliau menyebutkan perhiasan dunia satu persatu.

Lalu salah seorang sahabat berdiri dan berkata: ‘Wahai Rasulullah apakah kebaikan bisa mendatangkan kejelekan?’. Maka Rasulullah diam dan kami berkata, ‘Beliau sedang menerima wahyu’. Dan semua manusia diam sampai seakan-akan di atas kepala mereka ada seekor burung.” (HR Bukhari)

Dari cerita tersebut kita mengetahui, bahwa para sahabat sangat menghormati dan takzim kepada Rasulullah yang sedang memberikan ilmu kepada mereka. Mereka tahu kedudukannya sebagai murid. Mereka tahu apa yang harus dilakukan ketika sedang bersama Rasulullah dalam sebuah majelis ilmu.

Sangat memprihatikan bila sekarang di banyak sekolah yang kita anggap sebagai tempat sumber ilmu pengetahuan, pada kenyataannya justru memiliki sedikit adab di dalamnya. Tentu masih hangat dalam ingatan kita banyak berita yang mengabarkan tentang seorang murid dan orangtuanya yang melaporkan seorang guru ke pihak kepolisian lantaran guru tersebut memberi hukuman atas aturan yang dilanggar oleh murid tersebut. Tak hanya itu, banyak juga video yang beredar di media sosial tentang perilaku seorang murid yang tidak pantas menggoda seorang guru yang sedang mengajar dengan cara berjoget tak senonoh di hadapan guru tersebut. Entah karena murid tersebut merasa telah membayar uang sekolah dengan jumlah yang besar atau karena ia hanya ingin mendapatkan perhatian dari teman-temannya dan dianggap hebat karena telah berani mengolok-olok seorang guru, tetap saja perbuatannya merupakan sebuah tindakan yang sangat keji dan bejat karena akhlak dan adab telah hilang dari dirinya.

Tak berhenti di situ, hilangnya adab juga tak sedikit ditunjukkan justru oleh para guru yang di pundaknya terdapat tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa, baik pikiran maupun akhlaknya. Tentu kita masih ingat tentang seorang oknum guru yang melecehkan seorang murid yang harusnya dibimbingnya. Inilah sebuah bukti bahwa semakin menurunnya kualitas adab dibarengi oleh menurunnya kadar keimanan kepada Allah yang dimiliki oleh seseorang.

Untuk bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat memanglah ada ilmunya. Namun, tanpa adab, ilmu yang dimiliki hanya akan mengundang angkara murka Allah. Kita tidak bisa memilih mana yang harus dipelajari dan diperdalam. Keduanya sepaket. Artinya, ilmu dan adab sudah semestinya berjalan seiring mendampingi kehidupan manusia.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *